Aktivis Kendeng menolak pabrik semen dan menghempaskan kaki mereka ke Jerman
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Aksi tersebut dilakukan di hadapan 500 pemegang saham Heidelberg Cement
Jakarta, Indonesia – Upaya pembangunan pabrik semen dan pertambangan di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, sudah sampai ke Jerman. Perwakilan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) Gunarti dan sejumlah simpatisan di sana melancarkan aksi lempar kaki.
Aksi tersebut digelar di depan gedung Stadthalle, Kota Heidelberg, Jerman, bertepatan dengan rapat umum pemegang saham Heidelberg Cement pada Kamis, 11 Mei 2017. Anak perusahaan mereka di Indonesia, Indocement, sudah lama berencana membuka pabrik di Pati membangun
Sementara itu, Gunarti ditunjuk untuk berbicara lebih dari 15 menit tentang kondisi di Pati dan Rembang di hadapan hampir 500 pemegang saham Heidelberg Cement. Ia berbicara sendiri, hanya ditemani penerjemah dari sebuah LSM.
“Masalahnya anak perusahaan di sini sepertinya tidak sepenuhnya menyampaikan apa yang terjadi. Mulai konflik sosial dan lain-lain karena wacana pembangunan pabrik,” ujarnya saat dihubungi Rappler.
Ia juga menyerahkan 6.000 tanda tangan dari petani warga yang menentang pendirian pabrik. Setelah itu dia langsung keluar dan bergabung dengan simpatisan yang melakukan aksi lempar kaki.
Saat RUPS selesai, Bernd Scheifele, CEO Heidelberg Cement, meninggalkan gedung dan mendatangi Gunarti. Ia kemudian mengungkapkan ketidakpastiannya terhadap pembangunan pabrik dan pertambangan di kawasan karst di sana.
Scheifele juga mengatakan, dirinya tidak berani mengganggu kawasan tersebut jika tidak diizinkan untuk ditambang. Mereka mengakui bahwa Undang-Undang Lingkungan Hidup di Indonesia sangat baik dan harus dihormati.
“Saya juga mencintai lingkungan. “Ayah saya punya hutan,” katanya kepada Gunarti. Namun dalam RUPS tersebut, dia menyatakan akan menghubungi manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Sahabat Mulia Sakti dalam waktu 10 hari ke depan.
Gunarti mengaku belum mengetahui alasan keraguan pihak Jerman tersebut. “Intinya kami tidak bisa menjawab apakah kami ingin melanjutkan di Pati atau tidak. Entah kenapa, mungkin karena saya baru pertama kali mendengarnya secara pribadi, sehingga butuh waktu lama untuk berpikir,” ujarnya.
Saat ini, ia sedang bersiap untuk kembali ke Indonesia bertemu saudara-saudara Kendeng lainnya.
Mengenai penampilan di Jerman, dia sangat terpengaruh. Menurutnya solidaritas mereka sangat luar biasa, meski tinggal di tempat yang sangat jauh dan tidak terlibat langsung di Kendeng.
“Warga Indonesia sendiri, saya tidak peduli, banyak yang tidak peduli,” ujarnya. Tak hanya masyarakat, pihak perusahaan juga dinilai lebih berhati-hati dalam memutuskan proyek pertambangan.
Seperti diketahui, raksasa semen asal Jerman itu ingin mendirikan pabriknya yang ke-15 di Pati. Mereka membutuhkan lahan hingga 2.700 hektare untuk pabrik berkapasitas produksi 4 juta ton per tahun. Warga sendiri sudah menentang pembangunan tersebut selama 7 tahun.
Selain PT Indocement di Pati, mereka juga menangani PT Semen Indonesia di Rembang. Perusahaan tetap bersikukuh mengoperasikan pabrik mulai Juni mendatang, dengan bahan baku dari Tuban. —Rappler.com