
Alasan mengapa berita palsu terus beredar di dunia maya
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sebanyak 65 persen pengguna internet di Indonesia mempercayai suatu informasi tanpa menyelidiki kebenaran informasi tersebut
JAKARTA, Indonesia – Berita palsu atau fake news terus beredar di dunia maya. Kasus terbaru muncul di Bangkalan, Jawa Timur. Seorang pemuda bernama Abdul Rahman (26 tahun) ditangkap polisi setelah menyebarkan berita bohong.
Pada Jumat, 15 Desember 2017, Rahman mengunggah foto kecelakaan tragis antara truk tron dan bus serta foto jenazah korban yang berjejer di pinggir jalan di akun Facebook miliknya. Rahman kemudian menulis komentar: “Tadi kecelakaan di Bangkalan”.
Unggahan ini pun langsung ditanggapi ratusan warganet dengan membagikan suka, komentar, Dan Membagikan. Namun setelah diselidiki pihak kepolisian Polres Bangkalan, kabar yang diunggah Rahman ternyata tidak benar alias hoax.
Sebab, tidak ada kecelakaan tragis di Bangkalan pada hari itu, apalagi dengan jenazah korban tergeletak di pinggir jalan. Rahman, kata penyidik dalam pengakuannya Dia mendapat foto kecelakaan itu dari seorang teman. Dan, karena Anda ingin mendapat banyak menyukai di Facebook dia juga mengunggahnya.
Kapolres Bangkalan AKBP Anissullah M Ridha mengatakan, pihaknya bisa saja mendakwa Rahman dengan UU ITE. Namun langkah tersebut tidak diambil karena Rahman dinilai minim ilmu.
Padahal, kata Anissullah, Rahman belum mengetahui cara menghapus postingan di Facebook. Lagipula dia akan segera menjadi ayah, istrinya sedang hamil delapan bulan, kata Anissullah media.
Bukan hanya karena Anda mencari menyukai
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyebut maraknya hoaks tersebut terjadi bukan hanya karena ada yang memviralkannya, namun juga karena warganet yang tidak memverifikasi informasi yang diterimanya di dunia maya.
Direktur Jenderal Aplikasi Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani mengatakan sebanyak 65 persen pengguna internet di Indonesia mempercayai suatu informasi tanpa menyelidiki kebenaran informasi tersebut.
“Sebanyak 15 persen pengguna internet menelan mentah-mentah dan meyakini kebenarannya, 50 persen meyakini informasi di Internet benar adanya,” ungkapnya. Samuel Abrijani.
Semuel mengatakan, hasil survei CIGI-Ipsos tahun 2016 menempatkan Indonesia pada peringkat ketujuh dunia dalam hal pengguna yang langsung mempercayai berita di Internet.
Oleh karena itu, lanjut Semuel, literasi digital harus terus memberikan dorongan untuk melawan berita bohong. Dengan literasi digital, Semuel melanjutkan: “Jadi tidak hanya mempercayai informasi dari internet.” —Rappler.com