Amerika Serikat memasukkan Santoso ke dalam daftar teroris globalnya
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Polri memperpanjang masa Operasi Tinombala selama dua bulan
JAKARTA, Indonesia – Otoritas Amerika Serikat (AS) memasukkan teroris Indonesia, Santoso, ke dalam daftar teroris global.
Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan Santoso masuk dalam daftar Teroris Global atau SDGT.
AS juga membekukan seluruh aset milik Santoso yang disebut-sebut merupakan pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Akibat penunjukan ini, seluruh properti di yurisdiksi AS yang terkait dengan Santoso diblokir dan seluruh warga negara AS dilarang melakukan transaksi apa pun dengan Santoso, demikian bunyi pernyataan Departemen Luar Negeri AS, Rabu pekan ini. .
Dalam daftar SDGT, Santoso disebut sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang bertanggung jawab atas sejumlah pembunuhan dan penculikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Ketua DPR RI Ade Komaruddin menilai wajar jika AS memasukkan Santoso alias Abu Wardah ke dalam daftar teroris global karena kejahatan yang dilakukannya mengancam dunia internasional.
“Saya kira wajar jika (Santoso) masuk dalam daftar terorisme karena bukan hanya menjadi masalah di Amerika dan tingkat bahayanya sehingga masuk dalam daftar ancaman internasional,” kata Ade kepada wartawan.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia selalu melihat ancaman serius terorisme yang dilakukan Santoso van Poso di Sulawesi Tengah.
Saya melihat pemerintah proaktif dan melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang dipimpin Tito Karnavian akan ada terobosan, ujarnya.
Ia yakin kelompok Santoso bisa dikalahkan oleh pemerintah khususnya Polri dan TNI.
Polri mengaku sudah mengetahui tempat persembunyian Santoso
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan polisi sudah mengetahui di mana Santoso bersembunyi.
“Lokasi keberadaannya sudah kita ketahui,” kata Badrodin Haiti awal pekan ini, Senin 21 Maret, di Jakarta.
Namun Badrodin enggan membeberkan informasi lokasinya.
Dia memastikan, operasi gabungan TNI-Polri dalam Operasi Tinombala akan terus berlanjut menyusul jatuhnya helikopter TNI AD yang membawa 13 orang di dalamnya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tenggara pada Minggu, 20 Maret.
Awak helikopter tersebut bertugas membantu operasi Tinombala di Poso, bahkan salah satu korban meninggal adalah Danrem yang bertugas memimpin kegiatan tersebut.
“Operasi (Tinombala) terus berjalan dan tidak terhenti oleh bencana ini,” ujarnya.
Operasi Tinombala telah diperpanjang selama dua bulan setelah berakhir pada 10 Maret 2016 untuk memaksimalkan penyelesaian kasus terorisme di Sulawesi Tengah.
“Diperpanjang dua bulan lagi untuk menyelesaikan kasus teroris untuk memastikan tidak ada lagi terorisme,” kata Kapolri.
Polda Sulawesi Tengah melakukan Operasi Burung Camar Maleo I hingga IV pada tahun 2015 yang tidak membuahkan hasil.
Setelah itu dilanjutkan dengan Operasi Tinombala mulai tanggal 10 Januari 2016 dengan batas waktu 60 hari, namun hingga saat ini target operasi Santoso belum tercapai. —Rappler.com