Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian Perubahan Iklim Paris
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Presiden Donald Trump menilai Perjanjian Paris merugikan perekonomian AS
JAKARTA, Indonesia – Presiden Donald Trump dari Amerika Serikat akhirnya secara resmi mengumumkan sikapnya terhadap perjanjian perubahan iklim di Paris, Prancis. Amerika secara resmi telah menarik diri dari perjanjian yang bertujuan mengurangi dampak perubahan iklim terhadap dunia.
Trump mengumumkan bahwa AS akan segera menghentikan penegakan Perjanjian Paris yang ditandatangani oleh 195 negara. Menurutnya, perjanjian tersebut akan berdampak negatif terhadap perekonomian negara yang dipimpinnya.
“Dalam hati dan hati nurani saya, saya tidak bisa mendukung perjanjian yang menghukum Amerika Serikat,” kata Trump saat menggelar konferensi pers di taman Gedung Putih, Kamis, 1 Juni waktu setempat.
Trump telah berulang kali mengatakan kesepakatan itu adalah langkah buruk dan tidak konsisten dengan prinsip “America First” yang ia junjung sejak awal masa jabatannya sebagai presiden. Kebijakan ini tidak membawa manfaat, terutama terhadap pesaing AS di bidang ekonomi, antara lain India, Tiongkok, dan Eropa.
“Saya dipilih untuk mewakili warga Pittsburgh dan bukan Paris. “Kami tidak ingin para pemimpin lain dan negara-negara lain menertawakan kami lagi dan mereka tidak akan melakukannya,” katanya.
Meski secara resmi mengumumkan akan menarik AS dari Perjanjian Paris, Trump tidak menjelaskan secara rinci bagaimana dan kapan mereka akan menarik diri. Meski demikian, Trump juga tidak menutup kemungkinan ada beberapa poin yang bisa dinegosiasi ulang.
“Kami bisa mulai bernegosiasi lagi dan kita lihat apakah kesepakatannya adil, lalu kami kembali bernegosiasi dan itu bagus. Namun, jika perjanjian ini tidak bisa diubah, maka kami tetap akan pergi, ujarnya.
Namun, para pejabat di Gedung Putih mengatakan AS tidak bisa pergi begitu saja. Penarikan resmi baru bisa dilakukan setelah pemilu 2020.
Sayangnya, sekutu AS di Eropa menegaskan bahwa poin-poin yang ditandatangani sejak 2015 tidak bisa dinegosiasikan ulang. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Perancis, Jerman, dan Italia.
Dengan kebijakan tersebut, berarti Trump lebih mendengarkan masukan para penasihatnya dibandingkan Ivanka, putrinya sendiri. Ivanka dan beberapa pebisnis sebenarnya sudah menyarankan agar Trump terus menerapkan Perjanjian Paris.
Masa depan terancam
Keputusan Trump mengancam masa depan dunia. Negeri Paman Sam merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar kedua setelah China.
Barack Obama, saat masih menjabat presiden, menyebut sikap AS sebelum menandatangani perjanjian tersebut digambarkan sebagai sikap menolak menerima kenyataan di masa depan. Sebab, ada sebagian pihak yang tidak percaya dengan dampak perubahan iklim.
Nikaragua dan Suriah adalah dua negara yang bukan bagian dari Perjanjian Paris. Saat itu, Obama melihat Suriah tidak tertarik dengan visi tersebut. Apalagi situasi negaranya saat ini sedang dilanda perang saudara.
Kebijakan Trump tentu menuai kritik tajam, terutama dari Partai Demokrat. Mereka berjanji akan segera bertindak.
Gubernur Demokrat di New York, Kalifornia, dan Washington membentuk aliansi. Mereka berjanji akan menghormati standar yang disepakati dalam Perjanjian Paris. Dalam perjanjian tersebut terdapat lima poin utama yaitu pencegahan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius, sistem penghitungan karbon dan pengurangan emisi yang transparan, bantuan termasuk pendanaan bagi negara-negara untuk mengembangkan bangunan ekonomi hijau dan terlibat dalam upaya pemulihan akibat perubahan iklim. (BA: 5 poin Perjanjian Paris tentang perubahan iklim yang perlu Anda ketahui)
Trump mengaku telah menghubungi beberapa mitranya, antara lain Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Theresa May, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, untuk menjelaskan alasan keputusan tersebut.
Tiongkok tetap terikat pada perjanjian tersebut
Sementara itu, beberapa jam sebelum Trump mengumumkan keputusannya, Tiongkok tampak tidak mengikuti kebijakan AS. Perdana Menteri Li Keqiang mengaku akan terus menerapkan perjanjian perubahan iklim di Paris.
Negeri Tirai Bambu juga telah menginvestasikan miliaran dolar untuk infrastruktur energi bersih. Hal ini sejalan dengan upaya mereka untuk mengurangi polusi dari industri yang sedang booming di sana. – dengan pelaporan AFP/Rappler.com