• November 25, 2024
Amerika Serikat mengeluh bahwa negara-negara koalisi tidak benar-benar memerangi ISIS

Amerika Serikat mengeluh bahwa negara-negara koalisi tidak benar-benar memerangi ISIS

Amerika mengatakan Turki dan Arab Saudi “tidak berbuat cukup” untuk melawan ISIS. Apa penyebabnya?

WASHINGTON DC, Amerika Serikat—Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ashton Carter mengatakan beberapa anggota koalisi pimpinan Negeri Paman Sam yang turut serta dalam perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dinilai tidak serius untuk melawan mereka.

Pidatonya ditujukan kepada 65 anggota koalisi yang mengusung semangat “satu misi, banyak negara” yang sering dikaitkan dengan upaya melawan ISIS.

“Kebanyakan dari mereka tidak berbuat cukup, bahkan tidak melakukan apa pun,” katanya dalam wawancara dengan stasiun berita CNBC, di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.

“Banyak hal yang bisa kita lakukan sendiri, tapi kita mencari mitra yang bisa memainkan perannya,” ujarnya tanpa menyebut nama negara mitra yang dinilai tidak melakukan yang terbaik dalam koalisi.

Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg TV, Carter bahkan secara gamblang menyebut negara koalisi yang dimaksud belum melakukan yang terbaik, yakni Arab Saudi.

“Kita butuh orang lain untuk ikut berbagi beban ini, jangan biarkan ada yang diam saja,” ujarnya.

Carter sebelumnya menghabiskan beberapa minggu terakhir di Eropa, khususnya di Paris, dalam upaya menggalang dukungan melawan ISIS.

Dia dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan perwakilan koalisi 26 negara bulan depan.

Harapan di Turki

Secara khusus, Carter mengatakan Amerika Serikat menunggu Turki meningkatkan perlawanannya terhadap para jihadis.

Turki sebelumnya mengizinkan AS menggunakan Incirlik, pangkalan udara utama di selatan negara itu, untuk menyerang ISIS di Irak dan Suriah. Namun Carter mengatakan Turki harus berbuat lebih banyak untuk mengamankan perbatasannya dengan Suriah.

“Türkiye adalah teman lama kami,” katanya. Namun kenyataannya, katanya, masih ada pejuang asing yang melarikan diri dari perbatasan.

Carter kembali mengeluhkan jumlah negara yang masuk dalam daftar koalisi tidak sedikit. Seperti Arab Saudi yang masuk dalam daftar koalisi, mereka memerangi milisi Houthi di Yaman.

Amerika Serikat sendiri telah melancarkan 9.800 serangan udara di Irak dan Suriah sejak musim panas 2014.

Meski ada beberapa negara dalam koalisi yang tidak melakukan upaya maksimal, Carter enggan meminta bantuan. Ia menegaskan kemampuan ISIS kini semakin lemah, apalagi setelah tentara berhasil mengambil alih kota Ramadi di Irak. Koalisi pimpinan AS juga berhasil menghancurkan sumber daya keuangan ISIS dan kemampuan menjual minyak di pasar gelap.

Ketika teror ISIS pecah di Paris dan menyebabkan 130 orang tewas, Prancis dan Inggris langsung menyatakan perang terhadap organisasi tersebut.

Negara lain juga mengikuti jejaknya, seperti Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Yordania, Belanda, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Kemudian puluhan negara lain juga ikut bergabung, antara lain Islandia, Italia, dan Panama. Mereka telah menyatakan komitmennya untuk memberikan dukungan, salah satunya dengan melatih pasukan militer di Irak dan Suriah.

Diperlukan respons global yang segera

Komentar Carter mencerminkan tekanan yang dialami Gedung Putih, dengan para kritikus mengatakan Presiden Barack Obama terlalu lambat dalam melawan ISIS.

Meski koalisi mengklaim telah membunuh ratusan jihadis dan merebut banyak wilayah, kenyataannya para jihadis masih melancarkan serangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Afghanistan, dan Paris.

“Mereka muncul di Jakarta, mereka muncul di Eropa, mereka muncul secara global, dan itu memerlukan respons global,” kata Kol. Steve Warren, juru bicara koalisi yang berbasis di Baghdad, mengatakan.

Derek Chollet, mantan asisten urusan keamanan internasional dan penasihat senior di German Marshall Fund, mengatakan koalisi saat ini sangat berbeda dengan koalisi sebelumnya.

“Dunia terpecah mengenai kebijakan dan legitimasi tindakan Amerika di Irak,” katanya kepada Agence France-Presse.

“Dengan ISIS, ini sangat dinamis. Dunia bersatu dalam perang melawan ISIS. “Pernyataan yang ada sekarang hanya sebatas sejauh mana kita mengerahkan kekuatan dan upaya,” ujarnya. – dengan laporan dari Thomas Watkins, AFP/Rappler.com

BACA JUGA: