Angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah
- keren989
- 0
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya penurunan gizi anak, gizi buruk anak dan perawakan pendek
BANDUNG, Indonesia – Setiap tahunnya, Pekan ASI Sedunia (ASI) diperingati pada minggu pertama bulan Agustus.
Pada tahun ini, acara yang merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Innocenti tahun 1990 di Florence, Italia, mengambil tema “Breastfeeding a Key to Sustainable Development”, dimana menyusui adalah kunci untuk mencapai 17 Sustainable Development Goals (SDGs) .mencapai. target tersebut harus tercapai pada tahun 2030. Hal ini termasuk mengentaskan kemiskinan, ketidakadilan dan mengatasi perubahan iklim.
“Pekan ASI Sedunia 2016 merupakan langkah awal bagi semua pihak untuk bekerja sama dan menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI,” ujar Breastfeeding Counsellor dan Leader La Leche League (LLL) Indonesia, Fatimah Berliana dikatakan. Monika Purba, kepada Rappler, Kamis, 4 Agustus.
La Leche League (LLL) adalah organisasi internasional non-profit dan non-sektarian yang berdedikasi untuk mendidik dan memberikan informasi, dukungan dan pemberdayaan bagi perempuan yang ingin menyusui.
Monika mengatakan, dukungan semua pihak terhadap ibu menyusui sangat penting demi keberhasilan pemberian ASI hingga anak menginjak usia 2 tahun.
Sayangnya, masih banyak yang belum memahami bahwa menyusui bukan hanya sekedar keterlibatan antara ibu dan anak, namun juga memerlukan keterlibatan laki-laki, anggota keluarga, tenaga profesional dan fasilitas kesehatan, rekan kerja dan tempat kerja, masyarakat, pemerintah dan pengambil kebijakan.
Dukungan dari suami dan anggota keluarga dapat berupa memastikan ibu dapat menyusui dan memberikan ASI, serta memberikan kenyamanan pada ibu seperti memberikan pijatan, membantu bayi, dan melakukan pekerjaan rumah tangga bila diperlukan.
Dukungan dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan adalah dengan memberikan penjelasan tentang manfaat ASI dan menyusui, menjelaskan teknik dasar menyusui dan mendukung ibu untuk tetap memberikan ASI pada setiap pemeriksaan.
Bagi ibu bekerja, dukungan dari rekan kerja dan tempat kerja juga sangat penting. Seringkali kegagalan dalam menyusui dimulai ketika ibu menyusui mulai bekerja.
Dukungan yang diperlukan adalah menyediakan ruang laktasi yang nyaman dan berkualitas, mendukung dan melindungi hak pekerja perempuan menyusui untuk memeras ASI di tempat kerja, dan memberikan cuti melahirkan yang memadai sesuai undang-undang.
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi ibu menyusui juga berkontribusi terhadap keberhasilan menyusui. Apalagi jika didukung dengan kebijakan pemerintah yang memperkuat realisasi kondisi tersebut.
Sebagai pengambil kebijakan, pemerintah dan anggota legislatif dapat membuat peraturan atau memberikan fasilitas yang memudahkan ibu menyusui di tempat umum, seperti menyediakan ruang laktasi yang lebih banyak dan adil di tempat umum, serta kebijakan yang melindungi hak-hak ibu. . ibu, khususnya ibu bekerja, dalam menyusui dan memberikan sanksi berat bagi pelanggarnya.
Pemerintah juga harus lebih agresif dalam memberikan edukasi dan promosi ASI ke seluruh daerah, terutama daerah terpencil. Selain itu, pemerintah secara ketat menerapkan Kode Internasional Pengganti ASI dari WHO agar berbagai pelanggaran yang dilakukan produsen susu formula dapat dihentikan dan ditindaklanjuti.
“Oleh karena itu, setiap minggu pertama bulan Agustus setiap tahunnya dijadikan sebagai Pekan Menyusui yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya ASI bagi bayi dan perlunya dukungan bagi para ibu agar sukses dalam menyusui bayinya,” kata Monika. . .
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38 persen. Indonesia adalah salah satunya.
Di Indonesia, kata Monika, angka pemberian ASI masih rendah. Berdasarkan data yang dihimpun International Baby Food Action Network (IBFAN) tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang turut serta dalam penilaian status kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak (baby-young child). nutrisi) ).
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi masih kurang. Padahal, lanjut Monika, menurunnya gizi anak mengakibatkan anak mengalami gizi buruk hingga kurang gizi dan pendek (dwarfisme) dapat dicegah sedini mungkin dengan memberikan ASI eksklusif dan MPASI yang benar.
“Hal ini menunjukkan masih adanya tantangan besar yang harus dihadapi, masih kurangnya komitmen bersama dari semua pihak dalam melakukan upaya perlindungan, promosi dan dukungan pemberian makan bayi,” kata Monika.—Rappler.com