Apa jadinya jika seorang anak tumbuh tanpa ayah?
keren989
- 0
Memiliki sosok orang tua yang utuh tentu menjadi dambaan dan kebutuhan setiap anak.
Namun menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Beragama Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia meningkat dalam lima tahun terakhir. terus meningkat. Antara tahun 2010-2014, 15% dari sekitar 2 juta pasangan bercerai.
Tak hanya perceraian, banyak faktor yang menyebabkan seorang anak tumbuh tanpa ayah.
Dibesarkan tanpa ayah mempengaruhi struktur otak
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus membandingkan perilaku sosial dan anatomi otak pada tikus. Penelitian ini membandingkan tikus yang disatukan dengan kedua orangtuanya, dan tikus yang dibesarkan hanya oleh ibunya.
Tikus yang digunakan adalah tikus California karena tikus jenis ini mirip dengan manusia dalam hal membesarkan keturunannya secara bersama-sama.
Dr. Gabriella Gobbi, dari McGill University Kanada yang melakukan penelitian tersebut mengatakan, ini adalah pertama kalinya penelitian menemukan bahwa ketidakhadiran ayah dalam tumbuh kembang anak dapat berdampak pada neurobiologi.
Tikus yang dibesarkan tanpa ayah mengalami perubahan bagian Korteks prefrontal di otak, bagian yang mengontrol perilaku sosial dan kognitif.
Tikus ini mempunyai masalah dalam interaksi sosial, mempunyai sifat agresif yang jauh lebih dominan dibandingkan dengan tikus yang dibesarkan dengan kedua orang tuanya.
Penelitian mengenai perubahan perilaku pada tikus ini sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada manusia.
Berikut beberapa kondisi yang terjadi pada anak yang dibesarkan tanpa ayah:
Sulit untuk menyesuaikan diri
Anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung memiliki masalah perilaku dan sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
Beberapa melaporkan perilaku mengintimidasi satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan rasa takut, gugup dan ketidakbahagiaan.
Seperti dikutip dari Psychology Today, 85% remaja yang dipenjara karena kejahatan tumbuh tanpa ayah. Bahkan ketika sudah dewasa, mereka yang tumbuh tanpa sosok ayah lebih besar kemungkinannya untuk melakukan kejahatan.
Merokok, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan penyalahgunaan alkohol juga lebih mungkin terjadi pada masa remaja dan dewasa.
Masalah akademis
Tak hanya terkait perilaku sosial, dibesarkan tanpa ayah juga bisa memengaruhi kemampuan akademik. 71% anak putus sekolah dibesarkan tanpa ayah.
Dampak lain terhadap bidang akademis termasuk masalah membaca dan aritmatika pada masa kanak-kanak dan kecenderungan gagal memenuhi tuntutan akademik dan kualifikasi profesional saat dewasa.
Mereka yang hanya dibesarkan oleh ibunya juga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun.
Kesehatan seksual
Dampak tumbuh besar tanpa ayah memberikan dampak yang lebih besar, terutama pada perempuan, mereka yang dibesarkan tanpa ayah cenderung memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan seksual.
Hal ini mencakup kemungkinan melakukan hubungan seks pertama kali pada usia 16 tahun dan mengidap penyakit menular seksual, menjadi orang tua di usia muda, dan kemudian menjadi sasaran eksploitasi laki-laki.
Eksploitasi dan pelecehan
Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah mempunyai risiko lebih besar mengalami pelecehan fisik, emosional, atau seksual. Mereka mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk mengalami kekerasan fisik dan kekerasan emosional.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak usia 3-5 tahun yang tidak tinggal bersama orang tua kandungnya memiliki kemungkinan 40 kali lebih besar untuk mengalami kekerasan seksual dibandingkan dengan anak yang tinggal bersama kedua orang tua kandungnya.
Masalah kesehatan fisik dan mental
Ketidakhadiran ayah pada masa tumbuh kembang juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental anak.
Asma, Sakit kepala dan sakit perut merupakan jenis penyakit yang biasa dialami oleh anak-anak yang tumbuh tanpa ayah. Nyeri yang tidak dapat dijelaskan juga sering terjadi, hal ini berkaitan dengan gangguan psikosomatis dimana penyakit yang terjadi berkaitan dengan keadaan mental dan fisik.
Sementara kecemasan, depresidan kecenderungan bunuh diri juga lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang dibesarkan tanpa ayah.
Kesulitan dengan tanggung jawab
Saat dewasa, mereka yang tumbuh tanpa ayah cenderung menjadi pengangguran, berpenghasilan rendah, atau bahkan tidak mempunyai tempat tinggal atau tunawisma. 90% anak-anak yang lari dari rumah dan tinggal di jalanan atau di tempat penampungan biasanya tidak memiliki ayah.
Hubungan dengan lawan jenis juga terganggu, kemungkinan besar terjadi perceraian atau mempunyai anak di luar nikah.
Semua penelitian terkait ketidakhadiran ayah dalam tumbuh kembang anak bertujuan untuk menekankan pentingnya sosok ayah, terutama pada masa pertumbuhan sel dan saraf otak, karena ketidakhadiran ayah dapat menyebabkan gangguan dalam perilaku sosial. . dan mungkin berlanjut hingga dewasa. —Rappler.com
Sumber artikel ini berasal dari HaloSehat.comsebuah situs kesehatan yang menyajikan informasi terpercaya dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.