Apa perbedaan keseharian siswa SMA di kota dan di kota?
keren989
- 0
Seorang peneliti Perancis, Jean-Marc de Grave, mempelajari dua sekolah menengah di Yogyakarta
JAKARTA, Indonesia — Seperti apa kehidupan siswa SMA? Apakah mereka mempunyai banyak waktu luang di luar jam sekolah dan apakah mereka dapat melakukan kegiatan positif lainnya?
Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu landasan penelitian peneliti Perancis, Jean-Marc de Grave. De Grave melakukan penelitian di dua sekolah menengah; yaitu SMAN 6 Yogyakarta yang berada di pusat kota dan SMAN Pakem yang berjarak 20 KM dari pusat kota.
Dosen sekaligus peneliti utama Departemen Antropologi Universitas Aix-Marseille, Perancis ini telah banyak melakukan penelitian di Indonesia, khususnya terkait pendidikan dan kebudayaan Jawa.
Dalam penelitian ini De Grave membutuhkan waktu dua tahun. Dia mengikuti siswa sekolah menengah selama sehari penuh keluar masuk sekolah. Hasil penelitiannya ia paparkan dalam konferensi yang digelar Rabu, 2 Agustus di Institut Francais Indonesia, Thamrin, Jakarta Pusat.
Berikut penjabaran hasil penelitian yang dilakukan De Grave:
Siapa yang sudah bersekolah lebih lama?
De Grave mengatakan siswa di kota bersekolah lebih lama dibandingkan siswa di kota. Siswa di kota biasanya memiliki banyak kegiatan setelah sesi belajar di kelas selesai.
Alasan lainnya, sekolah-sekolah di kota tersebut biasanya menutup gedungnya pada jam-jam tertentu.
Di SMAN 6 Yogyakarta sendiri, seluruh siswa diharapkan meninggalkan sekolah setelah pukul 16.00 sore. Mereka menilai jika siswa tersebut dibiarkan terus bersekolah, dikhawatirkan akan terjadi insiden terkait perilaku yang dilakukan siswa tersebut.
Selain itu, siswa di perkotaan biasanya mempunyai banyak aktivitas setelah sesi pembelajaran di kelas selesai. Banyak dari mereka adalah pengurus organisasi dan harus menyelesaikan banyak hal sebelum dapat kembali ke rumah.
Siapa yang punya lebih banyak waktu bersama keluarga?
Pelajar di perkotaan mempunyai lebih banyak waktu luang bersama keluarga di rumah dibandingkan pelajar di perkotaan. Terlepas dari nilai-nilai bersama yang masih dipegang teguh, bbiasanya siswa di pedesaan jarang sekali mengambil pelajaran tambahan.
Sedangkan pelajar di kota, selain mengikuti pelajaran di luar jam sekolah, juga memilih pergi ke tempat lain seperti pusat perbelanjaan atau kafe.
Mereka yang tinggal di perkotaan biasanya mempunyai aktivitas tersendiri. Apakah Anda sedang berjalan-jalan dengan teman atau pacar. Hal ini membuat mereka jarang berbicara langsung dengan keluarganya di rumah.
Siapa yang lebih banyak terlibat dalam kegiatan di sekolah?
Siswa di kota memiliki kegiatan sekolah yang mereka buat sendiri, seperti koperasi tempat mereka menjual makanan ringan dan alat tulis.
Koperasi ini tidak hanya menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mencari pekerjaan, namun mereka juga mendapatkan keuntungan bisnis dari koperasi yang mereka jalankan.
Sementara itu, meski sekolah di kota mempunyai koperasi, namun tidak ada siswa yang terlibat dalam pengelolaannya.
Siapa yang mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar sekolah?
Faktanya, ada banyak perkumpulan pemuda di kota. Bagi yang tidak mempunyai kegiatan sepulang sekolah dapat bergabung dengan perkumpulan yang ada.
Selain itu, kegiatan keagamaan masih banyak terlihat. Meskipun pelajar di perkotaan juga mempunyai kegiatan keagamaan, namun frekuensinya tidak sebanyak di perkotaan.
Namun, kesempatan beraktivitas di luar sekolah ini ternyata juga terjadi pada siswa di kota. Hanya saja mereka yang berada di perkotaan cenderung individualistis dan memiliki aktivitas pribadi sehingga peluang tersebut kurang terlihat.
Siapa yang lebih suka langsung bekerja setelah lulus?
Berbeda dengan pelajar di kota, mereka yang tinggal di kota lebih memilih untuk bisa bekerja setelah lulus. De Grave merasa ada banyak alasan di balik keputusan mereka, salah satunya adalah lingkungan hidup.
Lihatlah bagaimana pendidikan di mata masyarakat yang tinggal di kota. Mungkin mereka mempunyai pemikiran mengenai pekerjaan karena sebagian besar masyarakat di daerahnya juga bekerja setelah lulus SMA.
Sedangkan pelajar di perkotaan lebih memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. SSekolah yang berada di pusat kota biasanya mempunyai kerjasama dalam bidang pendidikan dengan beberapa universitas.
Sekolah di perdesaan belum tentu mempunyai kesempatan ini.
Meski penelitian ini sudah selesai, De Grave mengatakan hasil penelitian ini belum bisa ditarik kesimpulan tunggal. Tentu saja karena ini adalah penelitian kualitatif yang memfokuskan narasumber dan observasinya pada dua sekolah di Yogyakarta saja. Hasilnya mungkin berbeda dengan sekolah lain di Indonesia. —Rappler.com