Apakah bidang pekerjaan harus sesuai dengan gelar pendidikan?
- keren989
- 0
Dilema adalah ketika apa yang kita pelajari bertahun-tahun ternyata tidak sesuai dengan keinginan kita
JAKARTA, Indonesia – Anda mungkin memiliki gelar sarjana akuntansi, tetapi dunia mode atau fashion membuat Anda lebih menggairahkan.
Atau gelar sarjana dalam bidang filsafat sudah dalam jangkauan, tetapi menjadi versi lain dari Mark Zuckerberg adalah hal yang sebenarnya ingin Anda capai.
Orang tuamu mendorongmu untuk belajar kedokteran. Tapi hatimu menolaknya.
Kabar baiknya adalah Anda tidak sendirian. Jutaan orang merasakan hal yang sama. Mereka menyadari bahwa apa yang mereka pelajari di universitas bukanlah passion mereka.
Jonathan Yabut, pria asal Filipina adalah salah satunya.
Beliau memperoleh gelar sarjana ekonomi (Sarjana Sains). Gelar ini memungkinkannya mempelajari matematika secara mendalam untuk diterapkan dalam bidang pemerintahan, khususnya dalam pengambilan kebijakan.
Ia melihat gelar sarjana ekonomi sebagai satu langkah lebih dekat menuju karir di bidang hukum.
Tapi apa yang terjadi? Dia kini memiliki karir cemerlang di bidang pemasaran dan meninggalkan mimpinya untuk berkarir di bidang hukum. Sekarang dia menjadi direktur pemasaran di sebuah perusahaan di Malaysia.
Pria yang juga mendirikan perusahaan konsultan pemasarannya sendiri adalah contoh nyata. Sebuah contoh nyata bahwa gelar pendidikan kita tidak harus mendikte/menyesuaikan (dengan) jalur karir kita.
Apalagi dengan semakin berkembangnya dunia internet. Kita bisa mempelajari apapun yang kita inginkan.
Kita hanya perlu keberanian dan usaha untuk mencapai karir yang kita inginkan.
Berdasarkan pengalamannya, Jonathan berbagi pemikirannya tentang meniti karir yang tidak sejalan dengan gelar pendidikan:
Yakinkan diri Anda bahwa mengubah “haluan” itu mungkin
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Jonathan tidak memiliki pelatihan formal di bidang pemasaran.
Pertama itu mahasiswa manajemen di Globe Telecom. Suatu hari ia mendapat kesempatan bekerja di bidang pemasaran. Ia merasa tertantang dan mencobanya.
Seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa bidang pemasaran lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya.
Pemasaran memerlukan kemampuan “memprediksi”. Yang Dipelajari Jonathan Saat Mengambil Gelar Sarjana Ekonomi (Sarjana Sains). Pemasaran mencakup perkiraan inventaris dan penjualan.
Jonathan kemudian menceritakan sejumlah pengalaman temannya.
Beberapa temannya mempunyai gelar di bidang teknik. Tapi sekarang memang begitu manajer penjualan untuk Apple, Samsung dan HTC. Mereka tidak terpaku pada bidang teknis atau ilmiah.
Begitu pula dengan pengusaha sukses di Silicon Valley, Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka bukan lulusan bisnis melainkan lulusan Teknologi Informasi atau Teknik. Mereka berani mengambil langkah untuk mengembangkan diri.
Belajar dari pengalaman
Kami belajar banyak dari latihan. Lebih dari sekedar mempelajari teori. “Belajar sambil melakukan” adalah ungkapan yang harus selalu kita ingat.
Sebuah penelitian tentang Morgan McCall menarik kesimpulan. Salah satunya adalah 70-20-10 Model Pembelajaran dan Pengembangan.
McCall menyimpulkan bahwa manajer yang sukses terdiri dari 70 persen manajer yang melakukan pekerjaannya. Usai latihan, mereka mengevaluasi dan mengoreksi diri agar tidak lagi mengulangi kesalahan masa lalu. Misalnya, sebanyak 20 persen orang disekitarnya mendapat kritik dan nasehat dari mentor atau rekan kerja. Sisanya 10 persen dari membaca buku teks atau teori.
Artinya tidak menjadi masalah jika Anda tidak mendapatkan pelatihan formal terkait bidang yang Anda inginkan.
Belajar dari pengalaman. Kesalahan yang kita lakukan sebenarnya adalah batu loncatan untuk menjadi lebih baik.
Kritik dan saran dari orang lain juga bisa menjadi bahan pertimbangan. Bangunlah diri Anda dari kritik dan saran.
Keterampilan lunak tidak bisa dipelajari di kelas
Dalam dunia kerja kita akan menjumpai berbagai macam orang. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Contohnya adalah bagaimana kita bisa bekerja sama dengan orang-orang yang jauh lebih tua atau jauh lebih muda dari kita.
Sikap, kepribadian, motivasi dan EQ adalah hal-hal yang membangun soft skill.
Pengetahuan kita tentang suatu bidang (keterampilan keras) juga penting. Namun, menyeimbangkan kedua hal ini adalah suatu keharusan.
Keterampilan lunak terbentuk lebih awal. Bagaimana keluarga dan lingkungan mempengaruhi kita.
Tapi kita bisa mengembangkannya. Bukalah diri Anda terhadap pengalaman. Cobalah berlatih berinteraksi dengan orang-orang yang latar belakangnya berbeda dengan kita.
Tiga hal di atas inilah yang mendorong Jonatan mengubah “haluan”nya.
Kita juga dapat dikuatkan oleh pemikiran Jonathan. Tapi ingat, kita semua punya keunikan masing-masing. Maka kembangkanlah ketiga pemikiran di atas. Sesuaikan dengan apa yang Anda alami.
Berpikir kreatif dan tetap kritis dalam menghadapi situasi! -Rappler.com
Jonathan Yabut adalah pemenang reality show tersebut Magang Asia. Sekarang bekerja sebagai Direktur Pemasaran di Perusahaan Tune Group. Ia juga mendirikan perusahaan konsultan pemasaran yaitu The JY Ventures Consultancy Group. Ia sering diundang untuk berbicara tentang kepemimpinan, Gen Y dan manajemen karir oleh perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Buku yang dia tulis Dari Grit ke Besar, menjadi salah satu buku motivasi terlaris di Asia Tenggara pada tahun 2015. Kunjungi situs resminya di jonathanyabut.com