Arsenal vs Bayern Munich: Peluru kosong The Gunners
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sejak era Liga Champions, belum ada yang bisa lolos setelah kalah 4 gol.
JAKARTA, Indonesia – Tidak ada yang lebih mustahil selain meraih kemenangan setelah kalah 1-5 di leg pertama. Memang, Real Madrid melakukannya pada tahun 1980an. Mereka kalah 1-5 di laga tandang lalu berbalik lolos ke babak selanjutnya setelah menang 4-0.
Tapi itu terjadi di era Piala Champions. Di era Liga Champions, belum pernah ada yang melakukan hal seperti itu.
Bagaimanapun, Arsenal bukanlah Real. Dan yang dihadapi Per Mertesacker dan kawan-kawan bukan sekadar defisit gol 1-5 dari Bayern Munich. Tapi juga situasi di dalam tim.
Situasi tim London Utara memang sedang bergejolak. Penyebabnya adalah hubungan tidak harmonis antara Alexis Sanchez dan rekan-rekannya. Pemicunya adalah leg pertama Liga Champions melawan Bayern di Allianz Arena 16 Februari lalu.
Mantan pemain Barcelona itu menjadikan rekan-rekannya sebagai kambing hitam atas rasa malu tersebut. Wenger turun tangan untuk meredam konflik antar pemain.
Masalahnya sepertinya belum terselesaikan. Bahkan setelah beberapa pertandingan di Liga Inggris, disharmoni masih terjadi. Pada puncaknya, Alexis ditinggalkan saat Arsenal memasuki pertandingan permainan besar melawan Liverpool 5 Maret lalu.
Kondisi kurang baik tersebut membuat eks pemain Udinese itu langsung hengkang. Usulan kontrak baru yang disodorkan manajemen dipahami tak menggiurkan Alexis. Klub-klub besar asal Prancis dan China pun sudah mengantre untuk mendapatkan tanda tangannya.
Dengan situasi yang jauh dari kata solid, kecil kemungkinan Arsenal bisa membalikkan keadaan. Selain itu, target bebannya cukup besar. Kekalahan 1-5 di Allianz Arena membuat mereka harus menang dengan skor minimal 4-0. Melihat solidnya Bayern di bawah asuhan Carlo Ancelotti, rasanya agenda besar tersebut masih jauh dari kata membara. Sangat sulit untuk disadari.
Padahal, kondisi tim Bavaria jauh lebih baik dibandingkan Arsenal. Di kancah domestik, mereka sangat stabil. Dengan dua kemenangan beruntun usai menahan imbang Hertha Berlin 1-1, mereka kini sendirian di puncak klasemen Bundesliga dengan selisih 7 poin dari RB Leipzig.
Celah Jarak ini akan memberikan banyak kekuatan mental kepada Philipp Lahm dan kawan-kawan. Ancelotti bisa menurunkan pasukan terbaiknya di Liga Champions tanpa khawatir mengganggu performa mereka di dalam negeri.
Memang beberapa pemain andalan seperti Douglas Costa, Lahm, dan Rafinha tak bisa diturunkan seperti pada leg pertama. Namun tanpa ketiganya, tim Bayern tetap kompetitif. Masih ada Arjen Robben yang akan memberikan dimensi kecepatan dalam serangan Bayern dari sayap kanan. Begitu pula dengan Thomas Mueller yang pergerakannya begitu tak terbatas.
Peluang Arsenal semakin buruk karena Robert Lewandowski akan siap bermain. Lewy mengalami hari-hari penuh kegembiraan di pertemuan juara Eropa. Koleksi golnya menyusul Lionel Messi dan Edinson Cavani. Jika pemain Barcelona itu mencetak 10 gol dan Cavani 7 gol, Lewy mencetak 6 gol untuk Bayern.
Arsenal bisa jadi sasaran empuk Lewy untuk menyalip kedua rivalnya tersebut.
Seberapa buruk Arsenal?
Sebagai kapten tim, Mertesacker mengakui peluang timnya cukup berat. Namun setidaknya pada laga melawan Bayern masih ada yang perlu dipertahankan. Yakni, harga diri di hadapan pendukungnya sendiri.
“Saya pikir ini saat yang tepat untuk menunjukkan wajah berbeda kepada Arsenal,” kata Mertesacker seperti dikutip BBC.
“Sekarang tergantung pada kami bagaimana kami bisa membuat fans bangga pada kami lagi. “Ini yang harus kita tekankan,” ujarnya.
Ucapan mantan pemain Werder Bremen itu memang mengandung semangat yang besar. Tapi itu lebih terdengar seperti peluru kosong. Itu bergetar tetapi tidak ada salahnya sama sekali.—Rappler.com