• October 5, 2024
ASEAN tetap menjadi landasan kebijakan luar negeri Indonesia

ASEAN tetap menjadi landasan kebijakan luar negeri Indonesia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pada tahun 2015, Indonesia dinilai lebih fokus pada Tiongkok dibandingkan kawasan ASEAN.

JAKARTA, Indonesia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi hari ini, Kamis, 7 Januari menjelaskan kebijakan luar negeri Indonesia tahun depan. Dalam pemaparannya selama 46 menit, Retno mengatakan ASEAN akan menjadi landasan politik luar negeri Indonesia.

“Dengan berlakunya Komunitas ASEAN 2015, maka perhatian harus dialihkan pada visi Komunitas ASEAN 2025. Tentu saja ASEAN tetap menjadi pilar politik luar negeri Indonesia. Dengan Indonesia, ASEAN akan kuat, dengan ASEAN, Indonesia akan maju. ,” tambah Retno di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, kata.

Salah satu permasalahan utama di kawasan ASEAN adalah terkait sengketa kepemilikan tanah antara berbagai negara ASEAN dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan. Dalam konteks itu, Indonesia akan mendorong Code of Conduct segera diselesaikan.

“Sebagai negara non-claimant, Indonesia terus mendorong negara-negara pengklaim untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai,” kata mantan duta besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda ini.

Retno menegaskan, Indonesia dan China tidak ada persoalan sengketa pertanahan. Kepulauan Natuna yang dikabarkan akan diklaim oleh China, kata Retno, merupakan wilayah yang masuk wilayah Indonesia. Berdasarkan data, Indonesia memiliki landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang tumpang tindih dengan hanya dua negara, yakni Malaysia dan Vietnam.

Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pulau-pulau terluar di gugusan Natuna yang dijadikan sebagai titik pangkal terluar wilayah Indonesia dan ditetapkan dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957. Titik pangkal tersebut telah didaftarkan ke PBB pada tahun 2009. Landas kontinen berbatasan dengan Malaysia dan Vietnam sudah final, sedangkan perbatasan ZEE “masih dalam tahap perundingan,” jelas Retno.

Indonesia juga bertekad menjadi negara poros maritim dunia sejalan dengan cita-cita Presiden Joko Widodo. Selain kerja sama dengan berbagai negara di bidang maritim, Indonesia juga memberikan perhatian lebih besar pada negara-negara di sepanjang Samudera Hindia. Retno mengatakan, lebih dari 50 persen perdagangan dunia melewati Samudera Hindia sehingga diperlukan arsitek baru bagaimana menjadikan kawasan ini bermanfaat secara ekonomi.

Selain itu, arah diplomasi Indonesia adalah memperkuat empat prioritas politik luar negeri yang telah ditetapkan tahun lalu. Empat prioritas tersebut adalah menjaga kedaulatan, meningkatkan perlindungan terhadap warga negara dan badan hukum Indonesia, meningkatkan diplomasi ekonomi, dan berkontribusi lebih besar di dunia internasional.

Indonesia belum serius merangkul ASEAN

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya mendukung Indonesia lebih fokus ke ASEAN pada tahun ini. Sebab, tahun lalu dia melihat Indonesia kurang serius merangkul ASEAN.

“Daripada berfokus pada negara tetangga terdekat, Indonesia lebih fokus pada negara-negara yang lebih jauh seperti Tiongkok. Sedangkan ASEAN yang sudah terlihat dan memiliki kesamaan sejarah cenderung tidak diprioritaskan, kata Tantowi yang hadir dalam pidato tahunan tersebut.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN, kata Tantowi, Indonesia sudah seharusnya berperan sebagai “kakak” yang didengar oleh negara-negara di kawasan. Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada permasalahan ekonomi yang terintegrasi dengan pasar bebas ASEAN, namun lebih berperan dalam menangani permasalahan seperti pelanggaran HAM di Myanmar atau sengketa di Laut Cina Selatan.

– Rappler.com

BACA JUGA:

Data Sydney