Awan kelabu The Jakmania, tiga kematian dalam sehari
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
‘Mengapa ada sepak bola ketika darah, kehidupan, dan air mata masih terbuang percuma’
JAKARTA, Indonesia – Aksi anarkis massa yang dilakukan pendukung tim sepak bola kembali memakan korban. Kali ini, Harun Alrasyid Lestaluhu alias Ambon, anggota The Jakmania kawasan Kali Malang, meninggal dunia usai menyaksikan laga Persija Jakarta vs Persib Bandung di Manahan Solo, Sabtu 5 November.
Ada pesan masuk dari Kabid Humas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus masuk ke ponsel Rappler. Ia menceritakan kronologi meninggalnya suporter The Jakmania tersebut. Sementara satu warga lainnya mengalami luka berat.
Menurut Kombes Yusri, peristiwa yang terjadi pada Minggu, 6 November itu berawal dari aksi pelemparan rombongan bus The Jakmania ke arah warga.
Ia mengatakan, korban tak bisa tertolong karena sebelumnya petugas yang ingin melindunginya malah diserang warga yang sudah lebih dulu mengeroyok Harun. Saat dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tidak bisa diselamatkan.
“Mereka mengira warga ingin menghalangi perjalanan, mereka terprovokasi dan langsung melempari warga dengan batu hingga terjadi perkelahian. “Saat dilarikan ke rumah sakit, nyawa korban tidak bisa diselamatkan,” kata Yunus.
Jakmania juga menolak disebutkan nama pelaku kerusuhan di KM 188 Tol Cipali.
Melalui rilis resminya, PP Jakmania menjelaskan kronologis kejadian pelemparan tersebut. Versi mereka, perjalanan rombongan The Jakmania justru terganggu akibat aksi pelemparan warga terlebih dahulu.
Tak mau merespon, bus tersebut akhirnya berhenti karena serangan yang cukup serius. Perkelahian pun terjadi karena mereka membalas serangan.
Niat para Jakmania bukan untuk melayani, namun justru membuat bus yang mereka tumpangi menjadi berantakan dan akhirnya membuat para penumpang tak sanggup menanggungnya.
“PP The Jakmania telah meminta pihak keamanan mengusut tuntas insiden penyerangan kelompok The Jakmania yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka,” demikian keterangan resminya.
Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga, enggan bercerita lebih banyak mengenai kejadian ini dalam pesan singkatnya. Sebab bentrokan antar suporter di luar lapangan tidak boleh ada dalam sepak bola.
“Harus diproses secara hukum, harus didalami secara tuntas,” singkatnya.
Minggu, 6 November 2016, layak disebut sebagai hari berkabung para Jakmania. Pasalnya selain Harun, ada juga anggota The Jakmania Korwil Pekalongan bernama Gilang yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan Didi, Jakmania Korwil Nganjuk meninggal dunia karena serangan jantung. Didi meninggal dunia begitu saja karena sakit.
Di sisi lain, Save Our Soccer (SOS) mengaku sangat prihatin dengan tindakan brutal dan vandalisme yang memakan korban jiwa para suporter. Kejadian ini menambah data yang dimiliki Litbang #SOS bahwa sudah ada 54 orang meninggal dunia di sepak bola Indonesia sejak Liga Indonesia digelar pada 1993/1994.
Jakmania tercatat telah mengorbankan lima nyawa. (BACA: Daftar Suporter Tewas dalam Bentrok Sepak Bola Sejak 1995)
“Tidak bisa dianggap enteng atau disebut sebagai kecelakaan sepak bola. Hal ini harus ditanggapi secara serius oleh pihak-pihak yang terlibat. “Sepak bola terlalu mahal jika dibayar dengan nyawa,” kata Akmal Marhali, koordinator SOS.
Memang, tahun ini sudah ada 6 nyawa melayang akibat aksi brutal para suporter sepak bola. Mereka adalah M Fahreza (The Jakmania), Stanislaus Gandhang Deswara (BCS, Sleman), Naga Reno Cenopati (Singamania), M. Rovi Arrahman (bobotoh), hingga Gilang dan Harun Al Rasyid Lestaluhu (The Jakmania).
Sayangnya, lanjut Akmal, hal itu semua terjadi pada kompetisi tidak resmi Indonesia Soccer Championship (ISC) yang digagas pemerintah dan dijalankan oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai pilot project reformasi tata kelola sepak bola Indonesia.
“Mengapa ada sepak bola ketika darah, nyawa, dan air mata masih terbuang sia-sia. “Pemerintah dan pihak terkait harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Berdasarkan fakta di atas, SOS menuntut Presiden RI Ir Joko Widodo menghentikan ISC,” ujarnya. —Rappler.com