Bagaimana Iko Uwais menciptakan koreografi aksi di setiap filmnya
- keren989
- 0
Iko kerap memadukan gaya bela diri Betawi, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Tiongkok
JAKARTA, Indonesia – Bangga dan bahagia. Mungkin itu yang dirasakan Iko Uwais saat membicarakan film terbarunya, Pasfotoyang tayang awal bulan Desember ini.
Pasfoto merupakan film keenam yang dibintangi pria kelahiran 12 Februari 1983 ini. Dan di luar film Star Wars: Kekuatan Membangkitkan, Hampir di semua film yang dibintanginya, Iko merancang koreografi geraknya sendiri tindakan Dan bertarungdia.
“Sebenarnya itu dari film Migran, Serangan 1, Serangan 2Ini Pasfoto Alhamdulillah tim Uwais juga melakukan koreografinya, Itu dia, he-dia juga orangnya. Jadi, saya nyaman dengan mereka, kata Iko saat ditemui usai penyaringan pers Dan konferensi pers film Pasfoto di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 1 Desember.
Dari satu film ke film lainnya, bukannya puas, Iko justru mengaku masih banyak kekurangan dari segi koreografi, terutama dari segi materi dan repertoar. gaya bertarung.
“Kami ingin ada kerja sama mendasar seniIni bukan hanya seni bela diri. Di sini ada wushu, kotak Dan kung fu,ujar Iko tentang tim koreografinya yang berjumlah 13 orang.
Lalu apa saja trik Iko dalam menciptakan koreografi setiap filmnya?
“Saya sesuaikan dengan kebutuhan saya pemandangan. Jadi misalnya ada pemandangan di dalam mobil, di Pasfoto, kami melihat situasinya. Situasinya seperti Ismail lupa ingatan, tidak mungkin baginya, pas Terima itu orang-orang, baiklah segera. Dan ceritanya, tidak semuanya menendang, meninju, dan membunuh. Saya menyesuaikannya dengan cerita.”
Berlatar belakang sebagai atlet, Iko mengaku merancang setiap koreografinya lebih mudah. Karena itu, ia merasa tidak pernah membesar-besarkan suatu adegan tindakan.
“Contohnya pencak silat yang menggunakan bola api atau terbang dan tenaga dalam sudah ketinggalan zaman. Dengan pencak silat yang saya pelajari di universitas ini, saya ingin menerapkannya dalam film. Jadilah sebuah koreografi.”
“Jadi misalnya satu lawan satu, lawan dua, lawan lima, gerakannya tidak boleh sama, harus berbeda. Tidak ada jurusan di perguruan tinggi murni Betawi, jadi ada campuran Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cina. Saya ingin gerakannya disesuaikan dengan setiap serangan, menangkis, menyerang, saya akan membuat koreografinya masing-masing pejuang. Jadi tidak monoton.”
Entah karena sudah terbiasa atau sudah menguasainya, Iko mengaku tak butuh waktu lama untuk mempersiapkan syutingnya. Untuk film Pasfoto Misalnya, Iko mengaku persiapannya hanya membutuhkan waktu tiga minggu.
“Lakukan seluruh proses koreografi. Kemudian kami membuat video sebagai panduan untuk pengambilan gambar nanti. Ketiga, olahraga. Untuk menghafal, untuk melatih, untuk membacahanya memfilmkan.”
Namun meski dengan persiapan matang, bukan berarti Iko lepas dari risiko. Dia pernah menderita luka atau cedera di lokasi syuting. Termasuk di film Pasfoto.
“Salah satu adegan saya bertarung dengan David dan Tejo di atas meja, aku terjatuh. Ketika saya terjatuh, saya ingin menggulingkan David ke atas meja. Kalau terjatuh, aman. Saat dia berbalik, kaki David pendaratan di pipiku dan ada bekasnya. Jadi, di sana, itu tidak buruk. Saya hanya menggunakan sisa sarang laba-laba segar sangat. Tetapi Memang lebih tepatnya berteriak dan terluka. Tapi bakterinya tidak ada, langsung seminggu. Seperti dijahit. Kalau dijahit pasti mataku akan berdiri.”-Rappler.com.