Bahrumsyah memberikan dana untuk aksi teroris di Indonesia
- keren989
- 0
Dana sebesar Rp 1 miliar telah dikirim ke Indonesia dalam berbagai transaksi sejak tahun 2015.
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan ada WNI yang saat ini berada di Suriah dan memberikan dana untuk aksi teroris di negara tersebut. Identitas WNI tersebut diketahui dengan nama Bahrumsyah.
Badrodin mengatakan Bahrumsyah mengirimkan uang senilai Rp1 miliar kepada terduga teroris berinisial H alias A. Dana tersebut sudah beberapa kali dikirimkan sejak tahun 2015.
“Bahrumsyah memang salah satu pemimpin di Suriah. Ini disebut sayap militer ISIS. Dialah yang mengirimkan dana ke kelompok H dan melaksanakannya amalia di Indonesia,” kata Badrodin saat ditemui di Mabes Polri, Jumat malam, 22 Januari.
Berikut kedudukan Bahrumsyah di jamaah:
H dan kelompoknya, kata Badrodin, hanya mengumpulkan sembilan pucuk senjata api. Kebanyakan dari mereka adalah senjata api rakitan. Hanya dua yang merupakan senjata api organik.
H dan kelompoknya belum menemukan peluru untuk senjata tersebut. Namun, Seksi Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri cepat menangkap mereka sebelum mengambil tindakan. Densus menangkap enam orang di dua lokasi yakni Balikpapan, Kalimantan Timur dan Bekasi, Jawa Barat.
Mereka berinisial H alias A, SF alias MM, S alias STM, B alias AM, WFB alias E, dan MFS. Dari hasil pemeriksaan terhadap enam orang tersebut, Densus kemudian meminjam enam narapidana dari Lapas Nusakambangan dan Tangerang untuk diselidiki.
Masing-masing berinisial AP alias A, ENB alias E, Z alias ZN, W alias HN, QM dan SA alias B. Tersangka berinisial SA merupakan warga binaan Lapas Nusakambangan. Sedangkan sisanya dipinjam dari Lapas Tangerang.
“Mereka sebelumnya mendukung kelompok beranggotakan enam orang untuk mendapatkan senjata api,” kata jenderal bintang empat itu.
Namun, masa peminjaman keenam narapidana tersebut sudah habis. Mereka dikembalikan ke sel masing-masing sambil menunggu berkas perkaranya selesai.
Berdasarkan keterangan keenam narapidana tersebut, polisi akhirnya menetapkan status tersangka kepada enam orang yang ditangkap di Bekasi dan Balikpapan.
Membeli senjata dari Filipina
Sehubungan dengan transaksi yang dilakukan Bahrumsyah, Muhammad Yusuf, Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), membenarkan adanya aliran dana dari wilayah Suriah yang saat ini dikuasai Negara Islam Irak dan Suriah, seperti dilansir Badrodin.
Uang tersebut mengalir dari Bahrumsyah, begitu Kapolri disapa, kepada pria berinisial H pada Agustus hingga Oktober 2015. “H kemudian terindikasi membeli senjata dari Filipina,” kata Yusuf, Kamis, 23 Januari. dikatakan.
Apakah ini berarti aksi teroris di Indonesia mendapat bantuan dari simpatisan ISIS di Filipina? Polri, Densus 88, dan kepolisian internasional masih mendalami kemungkinan tersebut.
18 orang ditetapkan sebagai tersangka
Sementara itu, Kepolisian Republik Indonesia dan Khusus Pasal 88 Antiteror, total ada 18 orang yang ditetapkan sebagai tersangka aksi teroris.
Mereka adalah 6 orang tersangka terkait bom Thamrin dan 12 orang tersangka kepemilikan senjata api untuk aksi terorisme.
Enam tersangka bom Thamrin yakni DS alias YY, AH alias AI, C alias D, AM alias LL, F alias AZ dan J. Mereka ditangkap di Tegal, Cirebon, dan Indramayu, kata Badrodin.
Badrodin mengatakan, dari enam tersangka, tersangka berinisial AH bertanggung jawab atas pembelian senjata api yang digunakan Sunakim alias Afif dalam teror Sarinah.
Sementara tersangka DS berperan dalam pembelian tabung gas untuk menutupi bom yang diledakkan dalam aksi teror Sarinah. Sedangkan tersangka lainnya mengetahui pembuatan bom tersebut. Mereka pun mengetahui Afif dan kawan-kawan akan melakukan teror di Sarinah.
Barang bukti yang kami sita dari mereka adalah dua pucuk senjata api, sisa bahan peledak dan proyektil yang tidak terpakai, ujarnya.
Sedangkan 12 tersangka lainnya terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama yakni mereka yang ditangkap di Bekasi dan Balikpapan.
Dari tempat penangkapannya, Densus 88 menyita sembilan pucuk senjata api. Sebagian besar senjata api tersebut merupakan jenis senjata rakitan. Dua di antaranya adalah senjata api organik FN.
“Rencananya mereka akan melakukan amaliyah. Tahap baru adalah pengumpulan senjata api. “Belum ada pelurunya,” kata Badrodin. — dengan laporan dari Febriana Firdaus/Rappler.com
BACA JUGA: