• October 7, 2024

Balas dendam jaringan teror Santoso terhadap polisi

JAKARTA, Indonesia – Pada tanggal 14 Oktober 2012, Santoso atas nama Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT) mengeluarkan gertakan melalui surat tantangan kepada Divisi Khusus (Densus) 88:

“Kami selaku Mujahidin Satgas Indonesia Timur menantang Densus88 Anti Teror untuk melawan secara terbuka dan gagah berani! Ayo bertarung seperti laki-laki! Jangan hanya berani menembak, tangkap anggota kami yang tidak bersenjata! Jika Anda benar-benar sekelompok pria, hadapi kami! Jangan mendapatkan penampilanmu hanya dengan tampil di televisi!”

Santoso dan komplotannya menantang aparat keamanan yang berada di Tamanjeka untuk mencari dua polisi yang diculik untuk melancarkan perang terbuka di Gunung Biru. Santoso dan kawan-kawan menanam ranjau di sekitar Gunung Biru. Aparat keamanan tidak terprovokasi. Mereka mendapat informasi mengenai pergerakan Santoso dan jebakan ranjau yang dipasang di kawasan tersebut.

Pasukan gabungan Polri dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus menyisir kawasan Tamanjeka dan Gunung Biru secara cermat. Hal ini menyulitkan pasukan Santoso. Persediaan logistik, termasuk makanan, dari Tamanjeka tidak bisa datang dari Gunung Biru.

Mereka yang terdesak, berusaha melarikan diri ke luar kawasan Malino, Kabupaten Morowali. Untuk memecah konsentrasi aparat keamanan, kelompok MIT menebar teror hingga ke luar kawasan Tamanjeka.

Pada 24 Oktober 2012, anak buah Santoso mengebom pos polisi dan Kota Poso di Poso, Sulawesi Tengah. Beberapa polisi terluka.

Pada akhir Oktober 2012, polisi berhasil membunuh salah satu orang kepercayaan Santoso, yakni Zipo. Teroris asal Bima itu tewas ditembak dalam penyergapan di Desa Kalora, Poso Pesisir. Pada awal November tahun yang sama, polisi menangkap Ustadz Yasin, pimpinan Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) Poso dan menembak mati salah satu anak buah Santoso.

Informasi di atas bukanlah fiksi, apalagi novel mata-mata ala Tom Clancy. Informasi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul Dinamika baru jaringan teroris di Indonesiaditulis oleh Ansyaad Mbai, purnawirawan senior polisi yang pernah menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Buku ini memuat uraian yang cukup detail mengenai perkembangan jaringan teroris di Indonesia dan bagaimana aparat keamanan khususnya Densus 88 yang didukung TNI berupaya melumpuhkan jaringan tersebut dengan segala cara untuk melakukan apa yang mereka pahami sebagai “jihad”” mendirikan negara berdasarkan hukum Islam.

Saat itu, pada tahun 2012, Santoso baru saja diangkat menjadi Amir atau pemimpin Mujahidin Indonesia Timur. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Ketua Asykariy atau sayap militer JAT Poso yang ketuanya adalah Ustadz Yasin.

Gagasan mendirikan Negara Islam kembali mendapat momentum pada tahun 2009. Penggagasnya adalah kelompok Lintas Tanzim Aceh. Kelompok ini merupakan aliansi dari berbagai kelompok jihad Indonesia seperti JAT, Kelompok Ring Banten, KOMPAK Mujahidin, Tauhid Wal Jihad, dan lain-lain.
Penggagas utama Lintas Tanzim Aceh adalah Dulmatin, buronan teroris nomor satu di Asia Tenggara.

Dulmatin menghubungi sejumlah tokoh untuk mendukung gagasannya. Berdasarkan catatan di buku Mbai, Amir JAT saat itu, Abu Bakar Ba’asyir, mengamininya.

Ba’asyir meminta Abu Tholut, seorang guru JAT, untuk membantu proyek ini. Ba’asyir juga bersedia membantu pembiayaan proyek Aceh ini. Sesuai rencana awal, Aceh akan dibentuk percayalah kepadaku, atau area dasar. Setelah itu dinyatakan sebagai Negara Islam.

Aceh menjadi basis pelatihan militer. Namun proyek ini gagal.

Latihan militer di wilayah Jantho terdeteksi oleh aparat keamanan. Polisi sedang mencari peserta pelatihan dan pihak yang bertanggung jawab. Aparat keamanan berhasil menembak mati Dulmatin. Polisi juga menangkap puluhan orang yang terlibat, termasuk Abu Bakar Ba’asyir yang diyakini mendanai proyek ini.

Menurut catatan Mbai, para pengikut kisruh itu mendirikan selnya sendiri, salah satunya di Poso. Oktober 2009, Abu Tholut datang ke Poso untuk menemui Ustadz Yasin dan Santoso. Abu Tholut menyampaikan rencana proyek Uhud yang Poso tersebut percayalah kepadaku negara Islam. Abu Tholut juga mengusulkan pembentukan JAT Poso, sebagai cikal bakal tanzim jihadis ISIS di sana.

Santoso merealisasikan proyek tersebut dengan merekrut peserta untuk dilatih militer. Pada tahun 2010, Santoso dan kawan-kawan berhasil mengumpulkan senjata dan menemukan tempat latihan militer di Gunung Mauro, Tambarana, Poso Pesisir, serta di kawasan Gunung Biru, Tamanjeka, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Performa grup Santoso cukup merepotkan. Sasarannya adalah petugas polisi. Alasannya balas dendam, karena polisi memburu teman-temannya dan menembak mati mereka.

Bahrun Naim, jihadis muda asal Solo, merupakan salah satu pengikut Santoso. Naim diminta merekrut pengikut dari daerah asalnya.

Pada bulan Februari 2014, dukungan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mulai bermunculan dengan aksi kesetiaan di berbagai tempat.

Kelompok Santoso dan jaringan Mujahidin Indonesia Timur juga telah menyatakan kesetiaannya untuk bergabung dengan ISIS.

Kelompok Mujahidin Indonesia Timur telah berjanji setia kepada ISIS.  Sumber: BNPT

Perang melawan aparat keamanan, khususnya polisi, masih terus dilakukan. Sebaliknya, polisi menjalankan Operasi Camar Maleo I hingga IV selama satu tahun dan berakhir pada 9 Januari 2016. Operasi ini akan dilanjutkan dengan nama kode yang berbeda.

Aksi terbarunya adalah ketika jaringan teroris di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, meledakkan diri di pos polisi pada 14 Januari 2016 dan melepaskan tembakan ke arah mereka. Pemerintah dan polisi menyebut dalang penyerangan pos polisi depan gedung Sarinah dan kedai Starbucks di Menara Cakrawala adalah Bahrun Naim, koordinator ISIS cabang Indonesia yang saat ini berada di Raqqa, Suriah.

Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian, serangan tersebut menewaskan lima pelaku penyerangan. Hari ini Juru Bicara Polda Metro Jaya Kombes M. Iqbal merevisi jumlah pelanggar menjadi 4 orang. Satu, belum dikonfirmasi.

Tito pun mengungkapkan, dalang penyerangan adalah Bahrun Naim. Siapakah sosok ini? Baca laporan jurnalis Febriana Firdaus yang meliput Solo, di sini.

Pasca penyerangan di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, polisi memburu kelompok ISIS di beberapa kota. Santoso masih buron. Ia diyakini bersembunyi di kawasan pantai atau pegunungan di Poso.

Meski sempat menantang polisi dan Densus 88 untuk bertarung terang-terangan dan gagah, Santoso rupanya tak berani tampil terang-terangan. Ia mendorong anak buahnya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan menyerang berbagai lokasi.

Berikut beberapa kasus serangan teroris terhadap polisi:

Kasus serangan teroris terhadap polisi

Maret – April 2010: Pembunuhan polisi di Purworejo dan Kebumen dilakukan oleh kelompok Cibiru pimpinan Yuli Harsono.
September 2010: Penyerangan di Polsek Hamparan Perak, Medan, dilakukan kelompok Toni Togar.
Mei 2011: Penyerangan Polisi di BCA Palu yang dilakukan anggota JAT Poso.
Juni 2011:

Rencana kelompok Santanam dan Ali Miftah untuk meracuni polisi gagal.

Kegagalan rencana kelompok Abu Umar dalam mengambil tindakan benar (pembunuhan) kelompok Syiah dan polisi.

Pembunuhan anggota polisi di Polsek Bolo, Bima, oleh santri Pondok Pesantren Umar Bin Khatab. Pada bulan Juli 2011, sebuah bom meledak di kediaman Islam yang dipimpin oleh Abrori.

Agustus – September 2012: Usai Santoso melakukan latihan militer di Poso, kelompok Farhan Mujahid menyerang polisi.
Oktober 2012:

Penculikan dan pembunuhan dua polisi di Poso oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.

Bom ke polisi di kota Poso oleh MIT.

Desember 2012: Penyerangan patroli Brimob di Poso Pesisir oleh MIT.
Mei 2013: Penyerangan terhadap petugas polisi yang sedang bertugas di pos polisi di Tasikmalaya.
Juni 2013: Bom bunuh diri di Mapolres Poso oleh MIT yang dipimpin Santoso.
Juli 2013:

Penembakan polisi di Cirendeu, Ciputat, Tangsel, yang dilakukan anak buah Nurul Haq alias Jack, dari kelompok Polo pimpinan Kodrat, dikaitkan dengan Mujahidin Indonesia Barat. Di kelompok MIB terdapat sejumlah alumni pelatihan militer di Moro dan Kashmir.

Ledakan bom di Polsek Rajapolah, Tasikmalaya diduga dilakukan kelompok Nurul Haq.

Agustus 2013:

Penembakan polisi di Ciputat, Tangsel, dilakukan kelompok Nurul Haq.

Penembakan ke arah polisi di Pondok Aren, Tangsel, yang dilakukan kelompok Nurul Haq.

November 2013: Penembakan di Mapolres Poso Pesisir diduga dilakukan oleh kelompok MIT Santoso.
Februari 2014: Baku tembak antara polisi dan anak buah Santoso di kawasan Poso Pesisiri. Seorang polisi ditembak mati.
Agustus 2014: Polisi menangkap terduga teroris di Solo yang berencana menyerang kantor polisi dan tempat ibadah Kristen dan Konghucu.
Oktober 2014: Terjadi baku tembak antara polisi dengan kelompok Santoso yang hendak menyerang Mapolsek dan Mabes Polri di pesisir pantai. Diduga sebagai balas dendam karena polisi menangkap anak buah Santoso.
November 2015: Farouk alias Magalasi, teroris asal Turkmenistan yang diyakini bagian jaringan Santoso, ditembak mati aparat di Moutong Parigi, Sulawesi Tengah.
Desember 2015: Polisi telah menangkap sejumlah terduga teroris kelompok Santosa di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Menurut polisi, 5 orang yang ditangkap tersebut diduga berencana melakukan aksi bom bunuh diri untuk menyerang polisi dan menebar teror pada malam Natal dan Tahun Baru 2016.
Januari 2016: Kelompok teroris tersebut meledakkan diri di pos polisi di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat dan terlibat baku tembak dengan polisi. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Bahrun Naim dituding sebagai dalang pelaku. Santoso masih buron.

Saling menyerang antara teroris dan polisi akan terus berlanjut.

Penyerangan kawasan Sarinah terjadi hanya tiga hari setelah sidang Abu Bakar Ba’asyir di Pengadilan Negeri Cilacap pada 11 Januari 2016.

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Ba’asyir 15 tahun penjara karena bersalah merencanakan atau menggerakkan orang lain dengan memberikan bantuan keuangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan militer di Pegunungan Jantho, Aceh Besar.

Dari jihad Aceh yang gagal inilah semua aktivitas teroris yang kini meneror negara, termasuk serangan terhadap polisi, dimulai. —Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran SDY