Bangkit dari trauma, Female Collective kembali bergelar Ladyfast
- keren989
- 0
Tahun ini, panitia Ladyfast membuka acara tersebut tidak hanya untuk anggotanya, tapi juga untuk masyarakat umum.
BANDUNG, Indonesia – Trauma diserang kelompok ekstremis agama, Betina Collective kembali menggelar Ladyfast, acara “kopi kampung” untuk para anggotanya. Bukannya terpuruk, komunitas khusus perempuan ini justru bangkit dan menggelar kegiatan yang lebih besar lagi.
Pada Ladyfast #2 ini, panitia membukanya untuk umum, tidak hanya untuk anggota saja. Acara dilaksanakan di Tata Ruang Jalan Gedung Selatan Kota Bandung, selama dua hari, 29-30 April 2017.
Bandung, dinilai panitia sebagai kota yang aman untuk menggelar acara besarcondong “Bersenang-senang memberdayakan teman-teman perempuan ini.” Tahun lalu, saat panitia mengadakan Ladyfast #1 di Yogyakarta, panitia mempunyai pengalaman buruk, yaitu diserang oleh sekelompok orang pada acara silaturahmi tersebut karena dianggap melakukan kegiatan yang “tidak tepat”.
“Ada beberapa alasan dari mereka, kami dianggap perempuan, itu tidak benar karena banyak dari kami yang tidak berhijab, ada juga yang berpendapat kami kelompok komunis, ada yang bilang kami mempromosikan LGBT,” kata Shera Rindra, Ladyfast. anggota komite dan pengurus kolektif Betina, saat dihubungi Rappler pada Minggu, 30 April.
Berkaca dari pengalaman itu, panitia mengadakan Ladyfast dengan konsep acara yang lebih luas. Bukan hanya untuk anggotanya, tapi juga untuk perempuan lainnya.
“Tujuan utama diadakannya acara ini adalah untuk membuka ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan. “Agar hal itu terwujud, kita perlu mengundang lebih banyak perempuan,” katanya.
Ruang aman dan nyaman bagi perempuan yang dimaksud adalah ketika perempuan dapat berekspresi secara bebas tanpa takut dihakimi oleh orang lain atau dianggap kurang mampu.
“Kami menginginkan semuanya setara“Tidak ada yang lebih baik, lebih terampil, jadi kita bebas berekspresi dan berkreasi sesuka kita,” jelas pemilik akun Twitter @shefemale.
Oleh karena itu, kegiatan Ladyfast tahun ini lebih variatif dan juga mengedepankan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, antara lain workshop tentang maskulinitas, hubungan sehat, dan pembuatan jamu. Juga akan ada kios seni, kerajinan dan tato serta pertunjukan musik.
“Nama acaranya Musik untuk Wanita. “Kami ingin memberikan keamanan dan kenyamanan bagi perempuan, mau mosh, joget, tidak takut dilecehkan, tidak takut dinilai buruk, kami benar-benar bebas, area dansanya semua perempuan,” jelas Shera. .
Namun peristiwa ini juga melibatkan Adam. Misalnya, lokakarya tentang maskulinitas mengundang pembicara dari New Men’s Alliance.
“Apa yang ingin kami katakan adalah kami tidak mau menerima bahwa laki-laki adalah musuh kami. Kami yakin tidak semua pria melakukan kekerasan. Kami percaya laki-laki dibesarkan dengan sangat maskulin sehingga memunculkan hal-hal negatif, terbiasa dengan kekerasan. Kami yakin mereka bisa berubah. “Dan kita merangkul laki-laki, karena untuk menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan, kita harus melibatkan mereka,” jelas Shera.
Bagi perempuan, kegiatan ini juga mempunyai pesan khusus, yaitu mempererat persaudaraan antar perempuan.
“Selama ini kita sebagai perempuan sudah terbiasa bersaing satu sama lain dengan cara yang negatif, seperti bersaing dalam kecantikan dan penampilan. “Perempuan hendaknya saling mendukung, saling menguatkan, bukan saling berkelahi dan iri hati,” ujarnya.
Collective Betina merupakan kolektif perempuan yang terkenal dengan upayanya menciptakan ruang aman bagi anggotanya sekaligus berupaya mengkampanyekan pentingnya memiliki jaringan pertemanan perempuan. Awalnya komunitas ini dibentuk oleh sekelompok perempuan yang berkecimpung di bidang musik punk tegaryang kerap mengalami berbagai pelecehan dalam aktivitas bermusiknya.
Anggota komunitas ini kemudian menjadi lebih beragam. Saat ini jumlah anggotanya mencapai sekitar 50 orang yang tersebar di 9 kota di Indonesia. – Rappler.com