Banjir di Kabupaten Bandung menewaskan 2 orang, terparah dalam 10 tahun terakhir
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sungai Citarum mengalami sedimentasi dan penyempitan sehingga mudah untuk dilintasi
BANDUNG, Indonesia – Banjir di Kabupaten Bandung menewaskan sedikitnya dua orang.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, kedua korban tersebut adalah Risa, remaja berusia 13 tahun, dan Ela, seorang ibu rumah tangga berusia 40 tahun.
Risa tewas tersengat listrik saat banjir, sedangkan Ela terseret arus.
Tiga orang lainnya juga dinyatakan hilang.
“Tiga orang yang hilang adalah Ny. Suami Ela dan Ny. Kedua putri Ela. “Saat banjir, mereka mengungsi ke bangunan di bantaran sungai yang kemudian ambruk,” kata Sutopo, Minggu 13 Maret.
Sekitar 35.000 rumah terendam banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akibat meluapnya Sungai Citarum.
Bencana ini adalah banjir terburuk di wilayah tersebut selama 10 tahun terakhir terakhir.
Banjir ini bisa dikatakan yang terparah dalam 10 tahun terakhir, kata Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bandung Dadang Wahidin, Minggu.
“Ada beberapa tempat yang ketinggian airnya mencapai 3,3 meter,” ujarnya.
Sejak Sabtu 12 Maret, banjir melanda tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang. Diketahui, hujan lebat mulai mengguyur Kabupaten Bandung sejak Selasa, 8 Maret.
Menurut Dadang, beberapa tempat di Kecamatan Dayeuhkolot yang tadinya tidak terdampak banjir kini terendam banjir, seperti kantor camat.
“Selama 20 tahun terakhir, Kantor Kecamatan Dayeuhkolot tidak pernah terendam banjir, namun kini ketinggian air di sana mencapai 35 cm,” kata Dadang.
Saat ini warga yang rumahnya terendam banjir sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman seperti masjid dan apartemen.
Menurut Sutopo, kawasan sekitar hulu Sungai Citarum yang saat ini terendam banjir merupakan kawasan rawan banjir.
Topografinya berbentuk cekungan seperti mangkuk, namun kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan pemukiman dan industri padat penduduk, ujarnya.
Sungai Citarum, kata Sutopo, juga mengalami sedimentasi dan penyempitan sehingga mudah meluap, dan hal ini diperparah dengan rusaknya daerah tangkapan air di bagian hulu sehingga banjir tahunan selalu berulang.
“Beberapa upaya pengendalian banjir telah dilakukan, baik struktural maupun non struktural. Namun upaya tersebut kurang cepat dibandingkan faktor penyebab banjir sehingga banjir belum bisa diatasi, ujarnya. —Antara Report/Rappler.com