Bayern Munich vs Atletico Madrid: Skema arena uji coba
- keren989
- 0
Tidak ada poin yang dipertaruhkan. Namun bentrokan antara kedua belah pihak tetap menarik.
JAKARTA, Indonesia — Laga final Grup D antara Bayern Munich dan Atletico Madrid tak lagi menentukan. Pasalnya Atletico sudah menjamin tiket ke babak selanjutnya dengan rekor sempurna dalam 5 pertandingan.
Bayern yang juga sudah pasti lolos tak bisa lagi mengejar Atletico karena hanya mampu meraih 9 poin hasil 3 kali menang dan 2 kali kalah.
Namun pada laga di Allianz Arena, Rabu 6 Desember pukul 02.45 WIB, pasukan Carlo Ancelotti punya misi berbeda. Kekalahan 0-1 pada babak pertama yang dihelat di Vicente Calderon, kandang Atletico, terus menjadi aib mereka di Liga Champions musim ini.
Maka dari itu, meski tak lagi menjadi penentu lolosnya mereka ke babak selanjutnya, laga ulang semifinal Liga Champions musim lalu masih penuh aroma balas dendam. Ancelotti jelas tak ingin terjerumus ke lubang yang sama lagi. Kalah lagi bagi pasukan Diego Simeone.
Melawan Atletico selalu penting bagi kami. “Kami akan tetap menganggapnya serius,” kata Ancelotti mengutip karya sepak bola bavaria.
Peluang untuk melakukan hal tersebut cukup terbuka. Tim berjuluk Atleti itu kini sedang mengalami fase suram di level lokal. Mereka bukan lagi tim yang terus terpaku pada sengitnya persaingan gelar antara Barcelona dan Real Madrid.
Mereka tertinggal jauh dari pemuncak klasemen, Real Madrid, dengan selisih hingga 9 poin. Faktanya, minggu pertandingan sudah mendekati setengah jalan kompetisi. Keadaan ini jelas berbeda dengan performa mereka dalam 2 musim terakhir.
Situasi ini tidak dapat dipisahkan darinya awal Mereka tidak tampil mulus musim ini. Dalam 5 laga pertama Divisi Primera, hanya 2 diantaranya yang menghasilkan kemenangan. Selebihnya, mereka ditahan imbang oleh 2 tim kecil Alaves dan Leganes. Hasil imbang lainnya dapat dimengerti karena mereka melawan raksasa Catalan Barcelona.
Kondisinya tidak membaik. Sementara Real Madrid mempertahankan rekor tak terkalahkan dalam 14 pertandingan, Atleti justru kalah tiga kali. Melawan Real Madrid, Sevilla dan Real Sociedad. Terbaru mereka ditahan imbang oleh tim minor Espanyol.
Memang situasi tersebut berbanding terbalik dengan kiprah mereka di Liga Champions. Atleti mencatatkan hasil sempurna dalam 5 pertandingannya dengan 15 poin. Nama panggilan tim Merah Putih Ia akan mengejar rekor rival sekotanya dua musim lalu. Yakni lolos ke babak selanjutnya dengan rekor sempurna.
Meski demikian, peluang bagi Bayern tetap terbuka. Episode kurang optimal yang dialami Atleti mampu mereka manfaatkan dengan menghabisinya di Allianz Arena.
Ancelotti menyesuaikan skemanya
Laga ini juga bisa menjadi ajang Ancelotti menguji formasi tim Bavaria. Sebab selama ini di Bundesliga ia selalu menggunakan formasi 4-3-3. Pada laga melawan Mainz 2 Desember lalu, mantan pelatih AC Milan itu menggunakan formasi 4-2-3-1.
Formasi ini memang membawa keberuntungan. Mereka mengalahkan Mainz 3-1. Namun, Ancelotti perlu menguji konsistensi pasukannya. Alhasil, pelatih berpaspor Italia itu kemungkinan akan kembali menggunakan formasi yang sama saat menjamu Atleti.
Formasi ini jelas membawa banyak konsekuensi bagi permainan Bayern. Sebab, posisi Thomas Mueller yang biasa berposisi sebagai penyerang sayap dan mengisi ruang kosong di lini depan, kini harus berperan lebih sentral.
Seperti pada laga melawan Mainz, ia dipasang Ancelotti di belakang striker Robert Lewandowsky. Perubahan posisi ini membuat ia tidak perlu hanya berpikir memanfaatkan ruang kosong. Namun juga berbagi bola dan menciptakan peluang bagi pemain lain.
Dengan posisi tersebut, Mueller tak perlu bergantian dengannya sayap Arjen Robben. Jika dalam formasi 4-3-3, Mueller digunakan bergantian dengan pemain asal Belanda tersebut.
Pada laga melawan Mainz, Mueller mengaku formasi tersebut sangat nyaman digunakan. “Target kami sederhana: bersenang-senang,” ujarnya usai pertandingan dikutip oleh ESPN.
Robben mengungkapkan hal serupa. Rasanya sudah berminggu-minggu kami tidak bermain seperti itu, kata mantan pemain Chelsea yang mencetak satu gol di pertandingan itu.
Formasi 4-2-3-1 bukanlah sesuatu yang benar-benar baru bagi Bayern. Di zaman itu Jupp Heynckes, Bayern sebenarnya menang tiga kali lipat dengan sistem ini pada tahun 2013.
Ancelotti rupanya ingin mengulangi kisah sukses Heynckes. Apalagi, sejak awal kedatangannya di klub Bavaria tersebut, ia hanya diberikan opsi bermain 4-3-3. Ia berhasil menerapkan dan mencapai formasi di Real Madrid Kesepuluh (gelar Liga Champions kesepuluh) bersama raksasa Spanyol.
Ancelotti sendiri sudah mengindikasikan akan mengintai lawan-lawannya. Bukan hanya untuk menang, tapi untuk menguji tim. Pada konferensi pers Senin 5 Desember, dia tidak hanya memikirkan Atleti. Tapi juga babak 16 besar.
“Tantangan pada fase itu akan lebih sulit,” ujarnya.—Rappler.com