• April 7, 2025
Beberapa gerakan merebut hati para pemilih

Beberapa gerakan merebut hati para pemilih

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Kampanye dengan menggunakan spanduk dan baliho mulai ditinggalkan

Jakarta, Indonesia – memulai Kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta telah dimulai. Sejumlah tim kampanye pun telah menyiapkan strategi untuk merebut hati masyarakat Jakarta.

Blusukan atau mendatangi langsung pemukiman warga nampaknya menjadi cara berkampanye yang paling banyak digunakan. Strategi tersebut bahkan dilakukan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebelum kampanye dimulai.

Jumat pagi ini misalnya, Anies Baswedan mengunjungi pasar Tebet, Jakarta Selatan. Sebelumnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga mengunjungi warga Manggarai dan Petamburan.

Sementara itu, Agus Harimurti mengunjungi Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat setelah sebelumnya menyapa warga Luar Batang, Jakarta Utara. Agus juga mengunjungi Stadion Tugu di Jakarta Utara.

Lalu bagaimana dengan pasangan petahana Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat? Sebagai petahana, Ahok melakukan ‘blusukan’ dengan memperkenalkan beberapa ruang publik terpadu ramah anak di berbagai titik di Jakarta.

Blusukan dianggap sebagai cara kampanye paling efektif untuk merebut hati warga. Sebab, warga selain bisa berdialog juga bisa menilai langsung sosok calon gubernur atau wakil gubernur yang selama ini hanya mereka lihat di layar TV atau media massa.

“Kami (Anies-Sandiaga) akan terus melakukan beberapa kunjungan ke berbagai titik di Jakarta,” kata juru bicara pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Panji Pragiwaksono, kepada Rappler, Jumat, 28 Oktober 2016.

Spanduk tidak lagi laku

Selain blusukan, ada cara lain untuk berkampanye, yakni dengan memasang baliho, spanduk, atau poster bergambar pasangan calon, lengkap dengan janji-janji yang dilontarkannya.

Namun, Panji mengatakan, pasangan Anies-Sandiaga kemungkinan tidak akan menyebarkan spanduk, baliho, atau stiker selama masa kampanye. “Kalaupun ada, sangat minim,” ujarnya.

Begitu pula pasangan Ahok-Djarot. Bahkan saat berpidato usai pengundian nomor urut pada 25 Oktober, Djarot sendiri mewanti-wanti pendukungnya agar tidak memasang spanduk.

Pasalnya, Djarot menilai keberadaan spanduk di taman kota atau di tembok dan tembok dapat merusak keindahan lingkungan. Selain itu, sudah tidak efektif lagi. “Jakarta bersih, selalu bersih, tamannya bagus, mari kita jaga kebersihannya,” kata Djarot saat itu.

Melalui media sosial

Cara lain untuk menjalankan kampanye adalah dengan menggunakan media sosial. Saat ini, tiga pasangan calon telah mendaftarkan akun media sosialnya ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD DKI) DKI Jakarta.

Pendaftaran akun media sosial calon diatur dalam Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2016 tentang kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, dan/atau walikota dan wakil walikota.

Pendaftaran akun-akun tersebut penting dilakukan agar KPUD DKI dan Bawaslu bisa memantau langsung kampanye yang dilakukan pasangan calon di media sosial, sehingga bisa segera dibubarkan jika dianggap melakukan pelanggaran.

Salah satu hal yang haram dilakukan saat kampanye adalah menyelesaikan persoalan sara. Kampanye yang bersifat menghina, menghasut, provokatif, dan melecehkan juga masuk dalam daftar terlarang.

Kampanye isu SARA tidak diperbolehkan, termasuk pelanggaran dalam pelaksanaan kampanye, kata Ketua KPU DKI Jakarta Summarno. —Rappler.com

judi bola terpercaya