Berita hari ini : Kamis, 10 Agustus 2017
keren989
- 0
Perkembangan berita terkini yang perlu Anda ketahui
Halo pembaca Rappler!
Pantau terus halaman ini untuk mengetahui update berita terkini yang dihimpun redaksi Rappler Indonesia pada Kamis, 10 Agustus 2017.
Jurnalis sekaligus pembawa acara Najwa Shihab akhirnya memutuskan untuk mengakhiri acara “Mata Najwa” setelah tayang selama tujuh tahun. Ia pun memutuskan keluar dari stasiun televisi Metro TV setelah bekerja di sana selama 17 tahun.
Lantas apa yang menyebabkan talkshow favorit masyarakat itu berakhir? Menurut Najwa, baik dirinya maupun Metro TV sudah sepakat mengakhiri tayangan “Mata Najwa” pada September mendatang.
“Itu karena ‘Mata Najwa’ sudah selesai pada bulan September. Kedua belah pihak sudah sepakat untuk mengakhiri (program tersebut), kata perempuan yang akrab disapa Nana itu.
Usai hengkang dari Metro TV, Najwa mengaku masih akan menekuni karir di dunia jurnalistik. Najwa bercerita, saat ini ia sedang mempersiapkan banyak hal untuk episode terakhir “Mata Najwa”. Masih ada waktu sekitar dua minggu lagi untuk mempersiapkan susunan perjalanan program. Baca selengkapnya Di Sini.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan mengajak semua pihak tidak menganggap Operasi Tangkap (OTT) sebagai bencana. OTT harusnya dianggap berkah.
“(OTT) bukan bencana, ini berkah. Kita bisa menyelamatkan uang dari para koruptor dan mengembalikannya kepada masyarakat. “Persepsi selama ini harus kita ubah,” kata Basaria dalam Rapat Konsolidasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Bengkulu.
Pemberantasan korupsi juga menjadi peringatan bagi para pemimpin dan pejabat daerah lainnya agar tidak terjerumus ke dalam situasi yang sama.
Bayangkan jika bapak dan ibu pada posisi (Gubernur Bengkulu nonaktif Ridwan Mukti) saat ini, bandingkan pandangan masyarakat sebelum dan sesudah terkena OTT, ujarnya.
Tentu saja politisi dan birokrat yang terjerat tindak pidana korupsi akan kehilangan rasa hormat masyarakat. Hal lain yang paling penting adalah kehilangan karier yang telah Anda bangun dengan susah payah. Baca selengkapnya Di Sini.
Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti, mengaku tak setuju dengan tudingan ayahnya sendiri terkait sosok Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Menurut Agus, Jokowi bukanlah sosok diktator yang bertangan besi.
Padahal, mantan Gubernur DKI Jakarta ini merupakan sosok yang ramah dan terbuka. Kesan itu didapat Agus saat mendatangi Istana Kepresidenan siang tadi.
Jokowi, kata Agus, sebenarnya menunjukkan sikap menghargai masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.
Artinya, saya tidak melihat apa yang digambarkan sebagian orang (sebagai presiden diktator), kata Agus di kompleks Istana Kepresidenan.
Jokowi dituding tangan besi karena menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas. Sejumlah pihak menilai Perppu merupakan celah bagi Jokowi untuk menyalahgunakan kekuasaannya.
Alih-alih menuding Jokowi sebagai diktator, Agus mengaku justru mendukung mantan Wali Kota Solo itu menyelesaikan program dan kepemimpinannya hingga tahun 2019. Baca selengkapnya Di Sini.
Putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti, mengunjungi Istana Negara pada Kamis sore. Ia mengaku ingin memohon doa restu karena malam ini ia akan meresmikan Institut Yudhoyono di Ballroom Teater Jakarta.
“Iya kami juga mohon doa restunya, karena malam ini kami meresmikan Yudhoyono Institute, sekaligus kami mohon nasehat dari Presiden (Joko Widodo),” kata Agus di Istana.
Ia tak menampik dirinya mengundang Presiden Jokowi dan putra-putrinya. Bahkan keluarga mantan presiden, kata Agus, juga akan diundang. Menurutnya, sebagai anak rakyat, semua pihak harus bergandengan tangan dan bahu membahu membangun bangsa.
“Karena kami ingin terus memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat,” ujarnya.
Yudhoyono Institute nantinya akan fokus pada isu-isu strategis dalam lingkup regional, nasional, dan global. Keberadaan lembaga ini diharapkan dapat membantu melahirkan pemimpin nasional di masa depan.
Lembaga ini sempat diisukan akan dijadikan wahana Agus untuk ikut serta dalam Pilpres 2019. Namun hal tersebut dibantah oleh Kepala Komunikasi Yudhoyono Institute, Ni Lih Putu Caosa Indryani. Lembaga ini independen dan hampir non-politik. – Rappler.com