Berita hari ini: Minggu, 22 Oktober 2017
keren989
- 0
Halo pembaca Rappler!
Pantau terus halaman ini untuk mengetahui update berita terkini yang dihimpun redaksi Rappler Indonesia pada Minggu, 22 Oktober 2017.
Lembaga survei PolMark telah merilis hasil survei evaluasi tiga tahun kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla. Hasilnya, sebanyak 27,7 persen responden yang ditanyai menyatakan persoalan kemiskinan belum terselesaikan.
Dari pertanyaan permasalahan negara saat ini, 27,7 persen memilih jawaban masyarakat masih berada di bawah garis kemiskinan, kata CEO PolMark Indonesia Eep Saifulloh Fatah dalam diskusi publik bertema Tiga Tahun Jokowi-JK dan Kata Penantang Jokowi 2019. Kandidat: Laporan Survei Nasional’.
Selain persoalan kemiskinan, responden juga mengatakan permasalahan lain yang masih pelik yakni harga kebutuhan pokok yang terus meningkat (19,6 persen), korupsi yang merajalela (14,2 persen), kesulitan mencari pekerjaan (6,5 persen), akses terhadap pelayanan kesehatan masih kurang pelayanan kesehatan yang baik dan gratis, belum merata di seluruh daerah (6,1 persen), diskriminasi ras, suku dan agama (5,3 persen) dan berbagai permasalahan lainnya.
Eep menjelaskan, sebanyak 42,7 persen responden menyatakan tidak setuju jabatan kepemimpinan Jokowi-JK kurang dari tiga tahun akan lebih mudah dicari dan tersedia. Angka yang tidak jauh berbeda menunjukkan bahwa responden tidak setuju jika kebutuhan pokok lebih tersedia dengan harga yang lebih terjangkau.
Namun uniknya, hasil survei PolMark juga mencatat 67,5 persen responden merasa puas dengan kinerja Jokowi-JK. Hanya 25,4 persen responden yang menyatakan tidak puas. Baca selengkapnya Di Sini.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal membenarkan adanya dua WNI yang tewas dalam kejadian tanah longsor di Penang, Malaysia, Sabtu pekan lalu. Kedua WNI tersebut diketahui bernama Hosrin dan Erwin yang berasal dari Gresik, Jawa Timur.
Satgas Perlindungan Masyarakat Sipil KJRI Penang langsung turun ke lapangan dan berkoordinasi dengan pihak berwenang setempat agar bisa melakukan penggeledahan. Untungnya, jenazah mereka berdua ditemukan.
“Sekitar pukul 23.00 WIB, jenazah Hosrin berhasil dievakuasi. Sedangkan jenazah Erwin ditemukan pada pukul 02.00 dini hari. “Kami menghubungi pihak keluarga dan melakukan identifikasi visual,” kata Pejabat Fungsi Konsuler KJRI Penang, Neni Kurniati yang menangani kejadian tersebut.
Kedua WNI tersebut, kata Iqbal, merupakan pekerja resmi di perusahaan Choong Cons Penang. Sdn. Bhd. Menurut perusahaan, 14 karyawannya menjadi korban longsor sedalam 10 meter tersebut. Namun yang berasal dari Indonesia hanya dua orang. Sisanya berasal dari Tiongkok, Bangladesh, Pakistan, dan Rohingya.
Kedua jenazah sudah berada di Rumah Sakit Umum Pulau Penang untuk pengurusan Visa et Repertum. Setelah pemeriksaan visum selesai, jenazah keduanya akan diserahkan kepada keluarga masing-masing.
Komisi Pemberantasan Korupsi kembali melelang tanah dan bangunan yang disita dari mereka yang terbukti bersalah dalam kasus korupsi. Kali ini, aset milik mantan anggota DPRD DKI Jakarta Muhammad Sanusi akan dilelang pada Kamis, 26 Oktober.
Merujuk laman resmi KPK, aset Sanusi berupa tanah dan bangunan yakni resor mewah di Vimala Hills Cluster Alpen Jalan Alpen Permai nomor 1 Megamendung, Kabupaten Bogor. Luas tanahnya mencapai 540 meter persegi dan luas bangunan 219 meter persegi.
Dilihat dari harga lelang, batas penawarannya adalah Rp 4.911.297.000 dengan uang jaminan Rp 1 miliar. Penawaran lelang akan dilakukan secara online dengan peserta membayar deposit terlebih dahulu melalui situs lelang djkn.kemenkeu.go.id atau aplikasi e-lelang hingga Rabu, 25 Oktober. Sedangkan proses lelang dilakukan keesokan harinya.
Sanusi ditangkap KPK karena menerima uang Rp 2 miliar dari mantan Bos Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja pada Maret 2016. Uang tersebut diberikan kepada Sanusi dalam rangka pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (RTRKSP) Kawasan Strategis Pantai Utara. Baca selengkapnya Di Sini.
Direktur Amnesty International Indonesia (AII) Usman Hamid meminta Komnas HAM memanfaatkan arsip tragedi 1965 milik Amerika Serikat untuk menuntaskan investigasi kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi pada tahun tersebut. Dokumen yang berisi komunikasi antara Kedutaan Besar AS di Jakarta dan Departemen Luar Negerinya dapat digunakan sebagai bukti tambahan.
“Kami meminta Komnas HAM mengambil langkah proaktif untuk memanfaatkan arsip yang baru dibuka sebagai pelengkap informasi upaya pengusutan kejahatan kemanusiaan pada peristiwa 1965,” kata Usman.
Dijelaskannya, pembukaan dokumen terkait tragedi 1965 milik AS penting untuk menambah bahan informasi bagi Indonesia, khususnya Komnas HAM dalam mengumpulkan fakta tragedi 1965-1966.
“Yang penting dari dokumen itu adalah gambaran pembunuhan yang terjadi. Siapa yang terlihat dan bagaimana pemerintah AS terlibat. “Sangat mungkin tercipta momentum baru jika ada kemauan pemerintah,” ujarnya.
Apalagi, menurut Usman, hasil penyidikan peristiwa 1965-1966 menunjukkan adanya dugaan pelanggaran HAM berat sesuai definisi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Baca selengkapnya Di Sini.
Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla mengatakan sudah saatnya Indonesia membantu negara lain dengan menjadi negara donor. Hal ini terkait dengan undangan dari Guinea untuk menghadiri pertemuan Bank Dunia dan menjadi negara donor.
JK menyambut positif undangan tersebut dan akan meminta kementerian terkait untuk menghadiri pertemuan Bank Dunia untuk memberikan bantuan ke Guinea.
“Guinea mengundang Indonesia untuk menghadiri pertemuan atau sesi Bank Dunia bagi para donor ke Guinea. Nanti saya tanya siapa Menteri Indonesianya karena kita sudah angkat tangan. Pendapatan per kapita Guinea masih sekitar 400. Sementara alhamdulillah kita punya beberapa ribu, kata JK.
Sehingga wajar jika Indonesia mengalokasikan dana untuk membantu Guenia. JK mengingatkan, sebagai negara yang masuk dalam jajaran elit seperti G20, Indonesia tidak hanya datang untuk meminta bantuan, namun pemerintah juga harus memberikannya kepada negara-negara yang tidak mampu.
“Kami mampu melakukan hal itu. “Sekarang ada program di Kementerian Luar Negeri,” ujarnya. Baca selengkapnya Di Sini.
– Rappler.com