Berita hari ini : Selasa 3 Mei 2016
keren989
- 0
bungkus Indonesia: Mulai dari memperingati hari kebebasan pers hingga mendukung keadilan bagi korban pemerkosaan di Bengkulu
Kenyataannya, kebebasan pers di Indonesia masih belum sepenuhnya dinikmati, meskipun Hari Kebebasan Pers Sedunia diperingati setiap tahunnya. Banyak jurnalis yang masih menghadapi keterbatasan dalam pemberitaan. Lantas bagaimana perkembangan penyidikan kasus meninggalnya remaja asal Bengkulu, YY yang meninggal setelah diperkosa 14 pria?
Tonton videonya:
KPK: Fee Rp 1 Miliar untuk Calon Ketua Golkar adalah Politik Uang
Laode Muhammad Syarief, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengatakan iuran sebesar Rp 1 miliar dibebankan dari masing-masing calon ketua umum Partai. Golkar termasuk dalam kategori politik moneter.
“Ini benar-benar politik uang. Dimana kalau mau jadi ketua partai, harus menyumbang Rp 1 miliar, kata Syarief, Selasa.
Menurutnya, biaya tersebut telah dibatalkan.
Sebelumnya, DPP Golkar membebankan uang jaminan sebesar Rp1 miliar kepada calon ketua umum. Setoran ini kabarnya akan membantu biaya penyelenggaraan Munas di Bali yang mencapai Rp 47 miliar. Lebih lanjut di Kompas.com.
Kepala SMAN 3 Jakarta mengaku ada ‘bullying’ di sekolahnya
Kepala SMAN 3 Jakarta membenarkan adanya kasus perundungan (intimidasi) di sekolahnya. Dalam video yang beredar di YouTube, sejumlah siswi disiram air minum dari botol dan abu rokok.
Mereka juga dimaki, dipaksa memakai bra di luar seragam dan merokok.
Video aksi bullying siswa SMAN 3 Jakarta beredar di YouTube. Para pelajar tersebut disiram air botol teh dan abu rokok. Mereka juga dikutuk dan dipaksa memakai bra di luar.
“Tindakan intimidasi Ada. Kami mencari data dan menyelidiki kasus. Itu terjadi pada hari Kamis ketika saya pulang sekolah. “Siswa kelas X dibawa keluar sekolah oleh siswa kelas XII,” kata Kepala SMAN 3 Ratna Budiarti, Selasa.
Ratna mengatakan, perbuatan memalukan itu dilakukan pada Kamis, 28 April, seusai jam sekolah. Lebih lanjut di Kompas.com.
Ada kebingungan mengenai pembayaran uang tebusan untuk membebaskan sandera Abu Sayyaf
Laporan pembayaran uang tebusan di balik pembebasan 10 awak kapal Brahma 12 dan Anand 12 dari cengkeraman kelompok milisi Abu Sayyaf memang simpang siur. Setelah beberapa menteri dan komisaris perusahaan pemilik kapal tersebut dengan tegas membantah memberikan uang tebusan kepada Abu Sayyaf, pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati.
Saat berbicara dalam diskusi bertajuk “Mencari solusi rekrutmen PNS yang adil bagi bidan PTT” di Hotel Double Tree Hilton Jakarta, Mega tiba-tiba mengomentari proses pembebasan 10 WNI dari kelompok Abu Sayyaf.
“Mengapa kamu merawat para sandera? Seseorang sudah merawat sandera. Lebih baik mengurus bidan ini. Yang jelas sandera sudah dibebaskan, rakyat sudah dibayar, kata Mega menyindir Mensesneg Pratikno yang terpaksa meninggalkan diskusi lebih awal.
Baca selengkapnya di kompas.com. Pernyataan Mega pada Senin pekan lalu akhirnya ditanggapi Istana.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung belum mau berkomentar lebih jauh soal ketua umum partainya itu.
“Seperti yang saya jelaskan (mereka bisa bebas dengan diplomasi total),” kata Pramono yang bingung dan menunduk sebelum berkomentar.
Reaksi bingung serupa juga ditunjukkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan. Ia mengaku harus mengecek dulu ke pihak Istana mengenai komentar Megawati tersebut. Baca selengkapnya di Tempo.co
Sebuah rumah terbakar di Kampung Luar Batang
Sebuah rumah semi permanen terbakar di Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara pada Selasa pagi. Saat ini api sudah berhasil dipadamkan.
Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Utara Satriadi mengatakan, kebakaran saat ini diduga akibat hubungan arus pendek di lokasi. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Kerugian berupa material sekitar Rp 20 juta dan sebagian rumah terbakar. Laporan dari Kompas.com.
Dosen UMSU tewas ditusuk mahasiswa
Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nurain Lubis (63 tahun) tewas setelah ditusuk salah satu mahasiswanya.
Menurut laporan Detik.com, Nurain saat kamu keluar dari toilet. Dia ditusuk di bagian leher, terjatuh dan mati kehabisan darah.
Pelaku langsung dihajar habis-habisan oleh mahasiswa UMSU lainnya. Ia belum bisa dimintai keterangan polisi terkait motif penikaman tersebut.
Pasalnya, pemerintah Indonesia bungkam soal kronologi pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, pemerintah sengaja tidak membeberkan kronologis pembebasan 10 WNI kelompok milisi Abu Sayyaf pada Minggu sore, 1 Mei. Dia mengatakan, tindakan ini dilatarbelakangi oleh keselamatan WNI itu sendiri.
“Saya selalu bilang kita belum bisa ngomong karena ini menyangkut keselamatan WNI kita, jadi kita belum bisa buka. Biarkan yang lain terbuka, kata Arrmanatha yang ditemui di ruang Palapa, Senin, 2 Mei.
Dia menjelaskan, upaya pembebasan tersebut melibatkan banyak pihak. Namun mereka belum bisa menjelaskan siapa saja pihak yang terlibat karena khawatir bisa membahayakan.
Tak lama setelah 10 awak kapal WNI tersebut berhasil dibebaskan, muncul klaim dari berbagai pihak yang mengaku terlibat dalam proses tersebut. Lantas apa tanggapan Kementerian Luar Negeri terhadap hal ini? Diplomat yang pernah bertugas di New York dan Jenewa itu meminta berbagai pihak, termasuk media, menahan diri dalam menyampaikan pendapat atau menulis berita.
Pendapat dan pemberitaan yang dimaksud Arrmanatha antara lain uang tebusan yang diduga dibayarkan dari perusahaan pemilik kapal, PT Patria Maritime Lines, kepada kelompok penculik.
Begini teman-teman, Bu (Retno Marsudi) bilang satu persoalan sudah selesai, masih ada persoalan lain. “Mari kita bergerak maju untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Arrmanatha, seraya menambahkan bahwa setiap informasi yang dikeluarkan dari Indonesia akan dipantau oleh kelompok milisi.
Pemerintah Indonesia fokus membebaskan 4 WNI yang masih disandera kelompok bersenjata Filipina. Keempat pelaut kapal tunda TB Henry dan kapal Cristi diduga disandera oleh faksi berbeda. Baca selengkapnya di Di antara.
– Rappler.com