Berita hari ini: Senin, 18 September 2017
- keren989
- 0
Halo pembaca Rappler!
Pantau terus halaman ini untuk mengetahui update berita terkini yang dihimpun redaksi Rappler Indonesia pada Senin, 18 September 2017.
Asisten pelatih Persib Bandung Herrie Setiawan mengaku tertarik mendatangkan playmaker timnas U-18 Egy Maulana Vikri yang tampil gemilang di turnamen Piala AFF U-18 di Myanmar. Ia mengatakan ketertarikannya merekrut Egy murni didasari naluri sebagai asisten pelatih yang melihat potensi yang dimiliki pemain kelahiran Medan tersebut.
“Egy punya bakat, keterampilan, dan prospek bagus. Wajar jika kita tertarik. “Tetapi kami mengembalikan segalanya kepada para pemain,” kata Herrie di lapangan Sidolig.
Jika Egy bergabung, maka ia sudah menyiapkan beberapa skema yang bisa dimainkan pemain berusia 18 tahun itu. Selain itu, ia mempunyai keunggulan karena bisa ditempatkan di berbagai posisi.
“Tetapi jika dipikir-pikir, dia bisa bermain di depan, di kiri, di kanan. “Skemanya banyak,” ujarnya lagi. Baca selengkapnya Di Sini.
Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengaku memerintahkan jajarannya menggelar nonton bareng di kalangan internal film Gerakan 30 September yang masih menuai kontroversi. Sebagian besar menilai apa yang dihadirkan dalam film tersebut bukanlah fakta, melainkan propaganda rezim berkuasa sebelumnya.
Gatot pun mengaku tak peduli dengan kontroversi pemutaran film arahan Arifin C. Noer tersebut.
“Iya, itu pesananku, kamu mau apa? Yang bisa melarang saya hanya pemerintah, kata Gatot yang ditemui usai berziarah ke makam Bung Karno di Blitar.
Selain itu, kata Gatot, Mendagri juga mengizinkan penayangan film tersebut. Jadi, dia punya kewenangan untuk memerintahkannya.
Gatot juga menjelaskan, menonton film bersama sebenarnya merupakan bagian dari upayanya meluruskan sejarah.
“Biarkan saja, aku TIDAK ingin polemik. Ini juga merupakan upaya untuk mengoreksi sejarah. “Saya hanya ingin menunjukkan fakta yang terjadi saat itu, karena anak-anak saya, tentara saya masih banyak yang belum tahu,” ujarnya. Baca selengkapnya Di Sini.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan akan mewajibkan lagu Indonesia Raya dinyanyikan secara nasional dalam tiga bait. Namun dalam pelaksanaannya, Kemendikbud masih perlu meminta pertimbangan dari berbagai pihak. Apalagi jika nantinya akan diterapkan secara nasional.
“Saat ini kami masih meminta pertimbangan dari berbagai pihak, khususnya pelaku, karena akan dilaksanakan secara nasional,” kata Muhadjir usai menghadiri upacara bendera di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 6 Jakarta.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, sejak Agustus lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mensosialisasikan lagu Indonesia Raya dengan tiga bait ke sekolah-sekolah. Namun, sebelum menerapkan kebijakan tersebut, ia akan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya adalah jangka waktu kebijakan tersebut akan ditetapkan.
“Ini tiga kali lebih panjang dari lagu saat ini. Kami akan melihat beberapa pertimbangan. “Jika semua setuju maka akan dibuat peraturan,” ujarnya. Baca lebih lanjut di sini.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali melayangkan surat panggilan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto. Pada pemanggilan kedua ini, Setya akan diperiksa sebagai tersangka kasus korupsi KTP Elektronik yang merugikannya Rp 2,3 triliun.
Menurut Komisioner KPK Laode M. Syarif, panggilan kedua kepada Setya sudah disampaikan pada Senin pekan lalu. Setya mangkir dari panggilan pada pekan lalu karena sakit.
“Kami mengirimkan surat kedua untuk penyelidikan Setnov. Rencananya, Setnov diharapkan bisa memenuhi panggilan pada Senin nanti, kata Laode usai menggelar jumpa pers, kemarin.
Laode berharap Setya mau kooperatif dan datang menjawab panggilan lembaga antirasuah tersebut. Namun jika ia masih sakit, KPK akan meminta tim dokter KPK dan Ikatan Dokter Indonesia untuk mencari second opinion terhadap kondisi kesehatan Setnov.
“Kami berharap dia mau bekerja sama,” kata Laode. Baca selengkapnya Di Sini.
Kantor LBH Jakarta digerebek sekelompok massa pada Minggu malam 18 September. Mereka ngotot masuk karena mengira acara yang digelar di kantor LBH Jakarta bertajuk “Aksi Seru dan Seru: Demokrasi Darurat Indonesia” itu membahas tentang komunisme.
Namun hal itu dikoreksi oleh Kapolres Metro Jakarta Pusat Suyudi Ario Seto yang turut mendatangi lokasi kejadian. Ia bersama Kapolda Metro Jaya serta Pangdam TNI telah berkomunikasi dengan LBH Jakarta terkait hal tersebut.
“Saya dan Dandim mengatakan kita harus berhati-hati dalam menyikapi permasalahan ini. Saya Kapolri dan kuasa hukum, Satpam dan Jaminan Sosial di wilayah Jakarta Pusat, Pak Dandim mewakili keamanan negara, kata Ario.
Ia kemudian mengimbau massa untuk membubarkan diri, karena aktivitas di dalamnya bukan untuk membahas komunisme, melainkan untuk meluruskan fakta 65 .
“Rekan-rekan saya harus percaya kepada saya dan Pak Dandim. Kegiatan kemarin disebut-sebut di media sosial sebagai PKI (aksi di LBH Jakarta), hal itu tidak benar. Tapi, judulnya mengoreksi fakta 65, ujarnya lagi. Baca selengkapnya Di Sini. – Rappler.com