Berita hari ini : Senin, 25 September 2017
- keren989
- 0
Halo pembaca Rappler!
Pantau terus halaman ini untuk mengetahui update berita terkini yang dihimpun redaksi Rappler Indonesia pada Senin, 25 September 2017.
Putra bungsu mantan Presiden Soeharto, Hutomo “Tommy” Mandala Putra pun angkat bicara soal ramainya pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI. Menurut Tommy, film tersebut sebenarnya menggambarkan fakta sejarah yang sebenarnya.
“Sangat layak (ditonton). Kita tidak bisa menyangkal sejarah. “Inilah sejarah sebenarnya,” kata Tommy.
Dari pemutaran film tersebut, Tommy berharap tidak ada distorsi sejarah.
“Kami berharap tidak ada distorsi sejarah,” ujarnya.
Apalagi, Tommy menyebut tidak ada paksaan dari masyarakat untuk memutar ulang film tersebut. Ia mengatakan siapa pun bisa menonton film tersebut tanpa ada yang menghalangi.
“Saya bertanya siapa yang memaksanya? Benar TIDAK seseorang memaksakannya. Sebagai TIDAK “Saya tidak ingin siapa pun menghentikan saya menonton,” katanya. Baca selengkapnya Di Sini.
Dua hari berturut-turut, kendaraan operasional PT Freeport Indonesia di Papua ditembaki kelompok bersenjata.
Victor D Mackbon, Kapolsek Resor Mimika, mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi kelompok yang bertanggung jawab atas insiden penembakan pada Minggu dan Senin 25 September dan berupaya melacaknya.
“Sebenarnya tidak sulit mengungkap regu tembaknya. Itu hanya masalah waktu. Kalau kita menangkapnya berarti kita tahu siapa pemimpinnya dan seterusnya. “Bisa kita petakan karena mereka pemain lama,” kata Victor.
Selama bulan Agustus dan September, ada tiga penembakan yang menurut polisi dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata. Baca selengkapnya di Di Sini.
Direktur Imparsial Al Araf menilai Presiden Joko Widodo dan DPR harus segera mengevaluasi Panglima TNI Gatot Nurmantyo terkait pernyataan adanya lembaga negara yang memesan 5.000 pucuk senjata api secara ilegal atas nama presiden. Bahkan, menurut Gatot, ada juga pihak yang mempunyai keinginan asusila untuk meraih jabatan.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum terbuka yang dihadiri purnawirawan TNI dan media. Sehingga, pernyataan Gatot kini berakhir heboh. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pun sempat memberikan klarifikasi.
Al Araf menyebut pernyataan Gatot tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Intelijen.
“Presiden Jokowi dan DPR harus segera mengevaluasi Panglima TNI. “Kami menilai pernyataan Panglima merupakan sikap yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan UU TNI dan UU Intelijen,” ujarnya.
Menurut Al Araf, sebagai Panglima TNI, ia tidak boleh membocorkan informasi intelijen yang ia peroleh kepada publik. Informasi ini seharusnya disampaikan kepada Presiden sebagai pengguna akhir badan intelijen.
Apalagi informasi intelijen pada dasarnya bersifat rahasia, sehingga langkah Panglima TNI untuk membuka informasi tersebut kepada publik adalah salah dan salah. Baca selengkapnya Di Sini.
Saut Situmorang, Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengatakan lembaga tempatnya bekerja meyakini Setya Novanto, Ketua DPR, sedang sakit. Oleh karena itu, mereka akan menunggu untuk mengirimkan panggilan ketiga setelah kondisi Setya membaik.
“Sudah bisa TIDAK Bisa melecehkanketika orang TIDAK sehat juga TIDAK bisa (dipaksa untuk diperiksa). Sejauh ini kami masih yakin dia (Setya Novanto) sakit. “Penyidik ini juga masuk akal (untuk mengetahui apakah seseorang sakit atau tidak),” kata Saut yang ditemui akhir pekan lalu.
Kesimpulan itu didapat saat penyidik KPK dan dokter melihat kondisi Setya saat dirawat di RS Premier Jatinegara.
“Saat kami sampai di sana, yang bersangkutan memang tidak menggunakan selang infus atau oksigen. Namun dokter KPK datang dan kami pun menghubungi dokter di rumah sakit tersebut. “Kami mendapat informasi bahwa dia memang sakit,” ujarnya.
Ia pun mengaku siap dan yakin KPK bisa memenangkan perkara praperadilan terhadap Setya. Sebab, bukti yang dimiliki KPK sangat kuat untuk menetapkan Ketua Umum Partai Golkar itu sebagai tersangka.
Minggu dini hari, polisi menangkap pemilik sekaligus pendiri situs www.nikahsirri.com Aris Wahyudi. Situs tersebut menjadi perbincangan hangat masyarakat di media sosial karena diyakini mengandung konten pornografi.
Selain mendorong masyarakat untuk melakukan nikah siri, Aris juga menawarkan lelang keperawanan kepada para anggota di situs tersebut.
Minggu dini hari sekitar pukul 02.30 WIB, Tim Kriminal Khusus Cybercrime Polda Metro Jaya menangkap tersangka dugaan tindak pidana ITE dan pornografi serta perlindungan anak, kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. dalam pernyataan tertulis.
Aris ditangkap setelah Satgas Cyber Crime Polda Metro Jaya menemukan situs www.nikahsirri.com pada 22 September. Kepada polisi, Aris mengaku membuat dan memiliki situs www.nikahsirri.com yang mengandung unsur pornografi dan eksploitasi anak dan perempuan.
Dari kediaman Aris, polisi menyita barang bukti berupa satu unit komputer laptop, empat buah topi hitam bertuliskan ‘Mobile Phone Party’, dua buah kaos putih bertuliskan ‘Virgins Wanted’, dan sebuah spanduk hitam bertuliskan ‘Deklarasi ‘Partai Mobil Politik’ yang Sangat Jujur. Baca selengkapnya Di Sini.
Setelah kantor LBH Jakarta mengalami kerusakan akibat penyerangan massa pada 16 dan 17 September, kantor tersebut akhirnya kembali beroperasi. Kantor LBH Jakarta dapat kembali memberikan bantuan hukum secara maksimal mulai hari ini.
“Kami prihatin atas kejadian yang terjadi pada Minggu 17 September sekitar pukul 21.00 hingga Senin 18 September dini hari. Dimana ratusan orang datang mengepung gedung LBH sambil meneriakkan ancaman yang mengerikan, merusak dan mencoba menimbulkan kerusuhan karena pemberitaan palsu tentang peristiwa PKI atau komunisme, tulis perwakilan LBH Jakarta dalam keterangan tertulisnya.
Akibatnya, mereka menyebut gedung LBH rusak dan tidak bisa memberikan bantuan hukum, melayani pengaduan baru, maupun berkonsultasi. Meskipun staf bantuan hukum LBH tetap menjalankan tugasnya, hal ini masih dapat menghambat akses bantuan hukum bagi masyarakat.
“LBH juga merupakan rumah bersama bagi berbagai jenis masyarakat sipil di Indonesia yang memperjuangkan hak asasi manusia dan supremasi hukum,” kata mereka.
Sebelumnya, LBH Jakarta membantah keras seminar yang digelar 16 September itu merupakan upaya menghidupkan kembali komunisme. Direktur Yayasan LBH Indonesia Asfinawati mengatakan, isu tersebut sengaja dimunculkan oleh pihak-pihak tertentu yang tak suka mengungkap fakta peristiwa 1965.
– Rappler.com