• November 24, 2024

Bintang dunia sepakbola Indonesia

JAKARTA, Indonesia – Keberhasilan Persib Bandung mendatangkan mantan gelandang Chelsea Michael Essien mengejutkan publik sepak bola dunia. Pasalnya, Essien masih berpeluang melanjutkan kariernya di Eropa setelah mendapat tawaran dari klub Turki. Namun pemain berusia 34 tahun itu memilih Persib.

Essien mengaku ingin menjadi katalis atau pintu masuk bagi para pemain kelas dunia untuk menjajal rumput basah Indonesia. Yang pasti kehadiran Essien tidak hanya akan mendongkrak popularitas Persib, tapi juga sepak bola Indonesia.

Meski demikian, Essien bukanlah pemain top pertama yang bermain di negaranya. Kami menelusuri jejak pemain dunia yang menginjakkan kaki di sini dan menemukan setidaknya 13 pemain. Berikut nama-nama pemain tersebut:

Fernando Gaston Soler (Penyerang, Argentina)

Fernando Soler pertama kali datang ke Indonesia memperkuat Persipura Jayapura pada tahun 2004 setelah merasakan atmosfer sepakbola Korea Selatan bersama Jeju United. Sebelum merambah ke Asia, Soler bermain untuk beberapa klub ternama di Argentina, seperti CA Lanus dan Arsenal de Sarandi. Tak hanya itu, bersama Lanus, Soler berhasil finis kedua di liga, dan masuk final Copa CONMEBOL – kompetisi antar klub Amerika Selatan yang kini dikenal dengan nama SudAmericana.

Richard Knooper (Gelandang, Belanda)

Knooper belajar sepak bola di Feyenoord dan Ajax Amsterdam dan mengalami masa-masa terbaiknya di Belanda. Ia meraih gelar Eredivisie bersama Ajax pada 1997/98, bermain di kompetisi seperti Intertoto, Piala UEFA, dan Liga Champions, dan setelah membantu ADO Den Haag kembali ke Eredivisie, Knooper mendarat di Makassar ke PSM untuk membela.

Pascal Heiji (Gelandang, Belanda)

Sama seperti Knooper, Heiji datang ke Indonesia di era dualisme liga. Pemain kelahiran Amsterdam ini didatangkan klub asal Pulau Dewata, Persires Bali Devata. Karir Heiji di negara asalnya memang tidak secemerlang Knooper namun ia tetap menjadi salah satu pemain bersejarah di NEC Nijmegen karena ia menjadi bagian dari skuad yang membawa NEC ke UEFA untuk pertama kalinya pada tahun 2003/04 – membawa piala.

Ahn Hyo-Yeon (Penyerang, Korea Selatan)

Foto: Sportalkorea

Ahn Hyo-Yeon merupakan anggota timnas Korea Selatan dari kelompok usia di bawah 20 tahun (U-20) hingga senior. Pada tahun 2010, Ahn pindah ke Indonesia dengan seragam Persela Lamongan. Statusnya saat itu adalah mantan pemain timnas senior Korea Selatan, tampil di Piala Konfederasi 2001 dan Piala Emas CONCACAF 2002, bersama Three Lungs, Park Ji-Sung. Semusim di Persela, Ahn kemudian bertahan di Indonesia hingga 2014, membela Bintang Medan, PSMS, dan Lampung FC.

Emile Mbamba (Pembicara, Kamerun)

Foto: Sasaran

Emile Mbamba pernah bermain untuk salah satu kuda hitam Belanda, Vitesse, sebelum klub tersebut dikaitkan dengan Chelsea seperti saat ini. Mbamba bermain di Arnhem dan merasakan berbagai prestasi, mulai dari kompetisi antar klub Eropa, hingga tekanan degradasi. Mbamba meninggalkan Vitesse lalu pindah ke raksasa Israel Maccabi Tel-Aviv dan tiga tahun kemudian ia berseragam Arema Malang. Mbamba seperti jatuh cinta dengan Indonesia, selain Malang ia juga pernah tinggal di Bontang, Surabaya, Sleman, Bantul dan Palangkaraya.

Sam Ayorinde (Penyerang, Nigeria)

Ayorinde merupakan seorang petualang dan telah menjalani karirnya dari Nigeria, Tunisia, Austria, Inggris, Swedia, hingga Israel. Tak heran jika mantan pemain timnas Nigeria ini akhirnya terdampar di Indonesia. Meski hanya satu musim membela tim ibu kota, ia tiba di negara asalnya setelah diboyong Persija Jakarta pada 2006. Patut diingat, tiga tahun sebelum Ayorinde datang ke Indonesia, di salah satu klub terbesar Swedia, AIK, yang adalah pelanggan Piala UEFA.

Leontin Chitescu (Gelandang, Rumania)

Chitescu datang ke Indonesia setelah diusir dari CFR Cluj, kalian mungkin pernah mendengar klub ini sebagai salah satu kejutan Eropa mengalahkan klub sekelas Manchester United. Namun, sebelum CFR Cluj menjadi pemain reguler di kompetisi Eropa, mereka hanyalah tim papan tengah di Rumania. Cluj bangkit pada tahun 2005, musim pertama Chitescu bersama mereka, yang mana saat itu klub tersebut berhasil menempati posisi kelima klasemen akhir Liga Rumania.

Sayangnya, meski berhasil mencetak tujuh gol, Chitescu terbuang ke Unirea pada musim berikutnya. Hal inilah yang membuat Chitescu akhirnya meninggalkan Cluj dan bergabung dengan PSM Makassar. PSM menjadi klub pertama Chitescu di Indonesia mengungguli Persib Bandung dan Arema Malang. Dia kemudian berangkat ke luar negeri pada tahun 2009.

Keith Kayamba Gumbs (Penyerang, Saints Kitts dan Nevis)

Foto: Sasaran

Keith Kayamba mungkin menjadi nama paling terkenal sejauh ini. Kariernya di Indonesia gemilang, mulai dari menjuarai Copa Indonesia, Superliga, hingga Piala Antar Pulau, semuanya diraihnya. Namun, sebelum Keith Kayamba datang ke Indonesia, ia merasakan atmosfer liga terbaik dunia bersama FC Twente, Hull City, dan Palmeiras. Penampilannya disana lumayanlah, Kayamba tetap tajam namun pada akhirnya memilih berkarier di Asia, bermain untuk klub di Malaysia, Hongkong dan Indonesia.

Alexandre da Silva Mariano / Amaral (Gelandang, Brasil)

Persib memberikan tes masuk kepada mantan pemain Parma David Lofquist musim ini dan setelah masa uji coba pelatih Djajang Nurdjaman akhirnya mencoret namanya. Namun sebelum David sudah ada mantan pemain Parma yang bermain di Indonesia, dia adalah Alex Mariano atau Amaral.

Amaral jarang bermain di Parma, karena saat itu klub berjuluk I Gialloblu sedang berada di masa jayanya, namun ia setidaknya pernah berseragam kuning dan biru, saat tim ini mencapai performa tertingginya, yakni di peringkat kedua Serie A (1996). /97). Parma meminjamkan Amaral ke Benfica, yang kemudian memberinya kontrak permanen. Ia kemudian kembali ke Italia membela Fiorentina sebelum kembali berpetualang membela Besiktas pada tahun 2002.

Delapan tahun berselang, setelah bermain sepak bola, Amaral sukses didatangkan Manado United, dan setahun kemudian juga membela Persebaya. Selain berkarier di klub-klub top Eropa, Amaral juga meraih medali perunggu bersama Dida, Rivaldo, Ronaldo, Roberto Carlos, Bebeto, Juninho dan lainnya di Olimpiade Musim Panas 1996.

Marcus Bengkok (Penyerang, Inggris)

Pesepakbola petualang lainnya yang menginjakkan kaki di Indonesia, Marcus Bent. Kakak laki-laki Darren Bent ini mungkin tidak setenar adiknya, namun ia telah menemukan kesuksesan di Liga Inggris yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia.

Bersama Ipswich Town, Marcus Bent dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Premier pada Januari 2002. Selain itu, ia juga berhasil mengantarkan dua klub berbeda promosi ke divisi teratas Inggris, Blackburn Rovers (2000/01), Birmingham City (2008/09). ).

Kedatangan Bent ke Indonesia dengan bergabung ke Mitra Kukar mengejutkan publik meski ada yang memaklumi kebiasaannya yang selalu berpindah klub. Sayangnya, Marcus Bent kembali menunjukkan dirinya bukan adiknya, bersama Mitra Kukar ia hanya menjadi pelapis dan mencetak empat gol.

Eric Djemba-Djemba (Gelandang, Kamerun)

Nama beken terakhir yang dibawa ke Indonesia sebelum Michael Essien adalah mantan gelandang Manchester United Eric Djemba-Djemba. Selama bermain bersama Setan Merah, Djemba-Djemba memang bukan pemain yang menonjol, namun dilatih Sir Alex Ferguson tetap membuat namanya diminati.

Eric Djemba-Djemba yang tergabung dalam tim nasional Kamerun direkrut oleh Persebaya Surabaya pada tahun 2015, saat usianya sudah menginjak tiga puluhan, dan seperti Marcus Bent, kehadirannya di sepak bola Indonesia hanya sekedar pelengkap. kue

Roger Milla (Pembicara, Kamerun)

Pemain ketiga asal Kamerun dalam daftar ini adalah legenda sepak bola dunia, Roger Milla. Pada tahun 1994, Pelita Jaya berhasil mendatangkan mantan pemain Saint-Etienne tersebut dan mengunci jasanya selama satu musim.

Tak ada alasan untuk meragukan kemampuan Milla saat itu, ia datang ke Indonesia sebagai dua kali pemain terbaik Afrika (1976 & 1990), serta peraih sepatu perunggu di Piala Dunia 1990 setelah mencetak empat gol di Italia. Pencapaian tersebut sama dengan jumlah gol yang dicetak Gary Lineker dan Lothar Matthaeus.

Kehadiran pemain Kamerun di Indonesia kini bukan sesuatu yang aneh karena salah satu legenda sepak bola mereka pernah bermain di tanah air. Bahkan ada di antara mereka yang mendapat surat rekomendasi untuk bekerja di Indonesia.

Mario Kempes (Penyerang, Argentina)

Sebelum Milla datang, Pelita Jaya juga punya nama besar Mario Kempes. Ia mungkin sudah tiba di Indonesia lama setelah masa jayanya, namun pemenang Piala Dunia 1978 itu akan selalu mengenang Pelita Jaya, klub pertama yang ia latih sepanjang kariernya.

Ya, Kempes datang satu musim sebelum Milla, hengkang saat penyerang Kamerun Pelita membela Jaya, dan kembali saat hengkang. Kempes kembali ke Pelita Jaya sebagai pelatih, sebelum berangkat ke Albania pada tahun 1996.

Karir kepelatihannya memang tidak cemerlang, namun saat pertama kali datang ke Indonesia, ia dikenal sebagai salah satu penyerang paling berbahaya di Liga Spanyol, dan juga menjadi tandem Diego Armando Maradona.

Kedatangan Essien ke Persib mungkin mengejutkan banyak pihak, namun pada dasarnya, Indonesia bukan kali pertama menjadi tujuan para bintang.

—Rapper

uni togel