Cara Dimas Beck memaknai Hari Ibu dalam bentuk tulisan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Bagi penulis Tamara Geraldine, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang kebetulan, termasuk pertemuannya dengan Dimas Beck 20 tahun lalu
JAKARTA, Indonesia – Bertepatan dengan perayaan Hari Ibu, Dimas Kahlil Sudoyo Beck atau biasa dikenal Dimas Beck meluncurkan buku pertamanya yang bertajuk Tesis, teko dan api di Restoran Lumpang Emas, Jakarta, Kamis 22 Desember.
Berangkat dari ide memberikan sesuatu yang lain kepada ibunya, Dimas akhirnya mencurahkan isi pikirannya kepada Tamara Geraldine.
“Waktu Dimas bercerita, ada yang tergerak, dia mau bikin buku, Dimas ada urusan lain. “Banyak hal, kerinduan dan komunikasi soal bahasa,” kata Tamara.
Setelah beberapa kali berbincang bersama, Tamara meyakinkan Dimas untuk menulis cerita tentang perjuangannya merawat ibunya, Ida Sudoyo yang sedang sakit. stroke saat Dimas masih berusia 16 tahun.
“Saya pikir itu untuk ibu saya yang membuatnya kalimat, warisanitu bisa dilanjutkan. “Tidak adil kalau saya tidak berbagi cerita,” kata Dimas.
Dimas mengaku sudah mengenal Tamara selama 20 tahun. Dan kebetulan Tamara saat ini juga seorang penulis, sehingga Dimas mengajak Tamara untuk berkolaborasi.
“Kami telah mengenal Tamara selama lebih dari 20 tahun. Saya tidak dapat membayangkan orang yang saya inginkan Ayo ngomongin tentang ibuku selain Tamara, selain itu dia juga bisa menulis dan baik. Kedua, Tamara dari pembawa acara Lalu menulis. “Alhamdulillah kami menemukan satu titik,” kata salah satu staf BBB.
Meski buku ini bercerita tentang proses permasalahan hidup yang ia lalui, Dimas tak ingin buku tersebut bercerita tentang kesedihan atau kehebatannya hingga berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
“Saya tidak ingin membuat buku yang berat. Kami selalu mencari humor dalam hidup bersama ibu saya. “Makanya saya bilang, ‘Ayo kita rawat bukunya dan sampaikan dengan baik’,” ujar pria yang baru saja menyelesaikan disertasinya itu.
Filsafat Disertasi, Teko dan Api
Tamara menceritakan suatu hari Dimas tiba di rumahnya dari jam setengah satu sampai jam empat pagi. Lalu ia mempertanyakan mengapa judul buku itu diubah.
Rencananya buku yang dirilis bertepatan dengan Hari Ibu ini akan diberi judul cangkir dan piring. Belakangan Tamara mengganti judulnya menjadi Tesis, Teko dan Api.
“Dimas itu teko, air matang. Api yang membuatnya berbunyi. Apinya juga tidak begitu dahsyat, perlu tanda berupa suara air di dalam teko. “Apinya sedang melakukan tugasnya,” kata Tamara.
Jadi menurut Tamara, Dimas adalah sosok manusia yang diibaratkan sudah matang atau dewasa, dan ibunya, Ida Sudoyo, adalah sosok api yang membantu menuangkan air ke dalam teko, agar Dimas menjadi sosok yang dewasa.
Buku karya Tamara Geraldine dan Yakob Arfin ini resmi diluncurkan pada minggu berikutnya pukul 12.00 WIB, 22 Desember. Selain itu, tersedia paket edisi terbatas untuk 500 pembeli pertama.
“Tesis, Teko dan Api dengan cetakan pertama sebanyak 5000 eksemplar akan diluncurkan ke pasaran setelah periode tersebut dengan harga Rp 90 ribu prapenjualan sudah berakhir,” kata Ui Manuella dari penerbit Diksi Tee. -Rappler.com