
CEO Tokopedia yang dulunya adalah penjaga warnet
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Meski awalnya bahasa Inggrisnya terbatas, namun William Tanuwijaya tidak kehilangan semangatnya
JAKARTA, Indonesia – Lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, William Tanuwijaya tumbuh dalam keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi. Namun ayah dan ibu William mengetahui bahwa pendidikan adalah hal terpenting yang dapat membuat kehidupan anaknya menjadi lebih baik. Alhasil, orang tuanya mengirim William ke Jakarta untuk melanjutkan studi ke universitas.
Sayangnya, di awal semester William di universitas, ayahnya jatuh sakit. Saat itu, William memutuskan untuk menghidupi dirinya dan biaya sekolahnya tanpa bantuan orang tuanya.
Salah satu cara William mendapatkan penghasilan adalah dengan bekerja sebagai penjaga warung internet di dekat tempat dia dulu belajar. William bekerja setiap hari mulai pukul 21.00 hingga 09.00. Di warnet, William menyadari bahwa Internet memiliki kekuatan tak terbatas.
Saat lulus kuliah pada tahun 2003, William ingin bekerja di perusahaan teknologi besar seperti Google. Namun Google saat itu belum memiliki kantor cabang di Indonesia. Akhirnya dia bekerja di kantor sebagai rekayasa Perangkat Lunak.
Menjadi pekerja kantoran bukanlah satu-satunya pekerjaan yang diambil William. Sepulang kerja, ia masih harus membangun tempat untuk berbagai usaha kecil dan menengah. Pada saat yang sama, popularitas belanja on line melalui media sosial sedang meningkat. Dari situlah William menyadari kebutuhan masyarakat akan belanja on line sangat besar. Namun, belum ada platform belanja on line yang aman untuk memenuhinya.
Akhirnya ia mempunyai ide untuk menciptakan sebuah pasar dan memulai karirnya di dunia awal. Namun kendala terbesar William saat itu adalah kurangnya dana yang cukup untuk membangunnya awalApalagi dia juga tidak punya pengetahuan investor.
Melalui atasannya di kantor sebelumnya, William dan rekannya, Leontinus Alpha Edison, bertemu dengan banyak investor dan menyampaikan idenya tentang sebuah perusahaan. pasar. Sayangnya, selama dua tahun William memaparkan idenya, belum ada investor yang yakin dengan ide William karena belum ada contohnya pasar yang sukses di Indonesia.
Bahkan ada seorang investor yang berkata, “William, kamu datang dari Amerika dengan mimpi yang tinggi. Kamu masih muda dan hanya hidup sekali dan jangan sia-siakan mimpi yang terlalu besar. Semuanya. panutan apa yang kamu bawa dari Amerika terlahir istimewa, dan kamu tidak istimewa.”
“William, kamu datang dari Amerika dengan mimpi yang tinggi. Kamu masih muda dan hanya hidup sekali dan jangan sia-siakan dengan bermimpi terlalu besar. Semua panutan yang Anda bawa dari Amerika terlahir istimewa, dan Anda tidak istimewa.”
Namun kata-kata tersebut tidak mematahkan semangat William. Bahkan, dia menjadikannya sebuah tantangan.
Pada tahun 2010, banyak investor asing yang datang ke Indonesia. William tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Namun karena kemampuan bahasa Inggrisnya yang kurang, William tidak berhasil meyakinkan para investor.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang investor asal Jepang yang kemampuan bahasa Inggrisnya juga terbatas. Komunikasi keduanya memang sulit, namun investor asal Jepang tersebut mendapat idenya pasar dari William. Dari sana semuanya dimulai.
William yang sebelumnya tidak begitu paham bahasa Inggris, akhirnya mulai serius mempelajari bahasa Inggris sekaligus membangun produk yang dibutuhkan masyarakat. Setelah itu, William mampu menarik banyak investor dan memperoleh pendanaan sebesar 100 juta dolar.
Dari pendanaan tersebut, William berhasil membangun Toko Pedia dan menciptakan Tokopedia pasar besar di Indonesia.
Terlahir dari keluarga miskin, William Tanuwijaya mampu meraih kesuksesan luar biasa. Jadi, jangan berkecil hati dan terus lakukan sesuatu untuk mewujudkan impianmu! —Rappler.com
Artikel ini sebelumnya telah diterbitkan di Teknologi di Asia