• July 11, 2025
Cerita warga yang menyediakan lahan untuk sapi

Cerita warga yang menyediakan lahan untuk sapi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Lebih baik memelihara sapi untuk kelangsungan hidup, untuk masa depan saja,” kata I Ketut Dharmayasa, warga yang menyediakan lahan peternakan sapi untuk pengungsi Gunung Agung.

KLUNGKUNG, Indonesia – I Ketut Dharmayasa, 41 tahun, menyapa para pengungsi yang membawa batang pisang dan rumput. Jari telunjuknya menunjuk ke suatu tempat yang banyak tumbuh rumput liar. Pria yang akrab disapa Awi ini menyediakan lahan seluas 8 hektar untuk penyimpanan sapi bagi pengungsi Gunung Agung.

“Bantu masyarakat agar tidak kesulitan, daripada lahan kosong,” kata Awi, Jumat, 6 Oktober 2017.

Warga Banjar Lebah, Desa Besang Kawan, Klungkung ini mengaku lebih memilih lahan kosong tersebut digunakan untuk menampung hewan ternak pengungsi. Selama hampir dua minggu, sapi-sapi pengungsi ditampung di sana.

Saat Gunung Agung berstatus waspada, Awi langsung berinisiatif menampung hewan ternak pengungsi.

Meski berlatar belakang pendidikan di bidang pariwisata, Awi lebih nyaman menjadi wirausaha. Awi bekerja sebagai pedagang kain ujung di Pasar Klungkung. Ia menghabiskan waktu luangnya di sore hari dengan berjalan-jalan di sekitar kandang sapi.

Tidak ada persyaratan yang ditetapkan Awi bagi pengungsi yang ingin menitipkan hewan ternaknya. Dia melakukan segalanya dengan sukarela. Awi tak tega melihat dan mendengar pengungsi menjual ternaknya dengan harga murah saat panik dan harus meninggalkan rumahnya.

“Lebih baik memelihara sapi untuk kelangsungan hidup, hanya untuk masa depan,” ujarnya. “Kita tidak tahu kapan gunung berapi itu akan meletus, berapa lama ya?”

Bukan hanya untuk kandang sapi. Ia juga memiliki lahan perkebunan bagi warga yang membutuhkan njakap (bagi hasil bekerja). Awi memiliki dua lahan produktif yang bisa ditanami padi. Ada juga ladang kelapa dan cengkeh.

“Misalnya, kalau sudah lama mengungsi, pasti butuh pekerjaan ya,” ujarnya.

Klian Banjar Lebah, I Nyoman Suardika, 60 tahun, mendukung niat warga untuk menyediakan tempat penampungan hewan ternak. Suardika menyadari sejumlah warga di kawasan rawan bencana Gunung Agung enggan mengungsi karena khawatir dengan ternak.

Hewan ternak adalah hiburan dan jiwa mereka,” ujarnya.

Menurut Suardika, di wilayahnya ada beberapa warga yang menyediakan kandang sapi. Bahkan, warga juga mengajak pengungsi memotong rumput untuk pakan ternak.

I Made Rauh Wardana, 38 tahun, merawat sapi yang dititipkannya di tanah Awi. Pengungsi asal Banjar Belatung, Desa Menanga, Karangasem menitipkan empat ekor sapi. Rauh bertekad untuk tidak mengungsi. “Kalau mau, evakuasi saja di sekitar, supaya bisa merawat sapi-sapi itu,” ujarnya.

Namun, ia berubah pikiran setelah mendapat informasi adanya penyediaan lahan untuk penyimpanan sapi. “Sapi memberi hidup saya untuk jangka panjang. “Jadi saya mau tinggalkan saja, bukan dijual,” ujarnya. – Rappler.com

BACA JUGA: