Chinatown Bandung, tempat kuliner dan selfie bernuansa Tionghoa
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia— Dua gadis muda bertingkah bak putri kerajaan Tiongkok dan berfoto di jembatan merah. Cobalah berbagai gaya, tanpa malu-malu. Rupanya mereka ingin mengabadikan momen pakaian tradisional etnik Tionghoa yang sangat jarang dilakukan. Apalagi untuk memakai pakaian tersebut, kedua gadis itu harus merogoh kocek ratusan ribu rupiah.
“Asyik saja karena aku belum pernah memakai kostum seperti itu,” kata Vio saat ditemui Rappler beberapa waktu lalu.
Agar terlihat bak putri kerajaan Tiongkok, Vio dan sepupunya Meti menyewa kostum seharga Rp 150 ribu. Harga tersebut belum termasuk makeup Rp 25 ribu dan print foto Rp 25 ribu per lembar.
“Itu terjadi sekarang dan nanti, sekaligus burung juga cara memakai pakaian tradisional Tiongkok. Saya juga kebetulan keturunan Tionghoa dari Papa. “Karena kami Muslim Tionghoa, kami tidak pernah memakai pakaian seperti itu,” kata Meti.
Penyewaan pakaian adat Tionghoa menjadi salah satu fasilitas yang disediakan di Chinatown Bandung, sekaligus menjadi daya tarik tempat wisata yang terletak di Jalan Kelenteng Kota Bandung ini. Di era “selfie“Tak heran jika banyak orang yang tertarik datang ke Chinatown Bandung sekedar untuk berfoto. Kebanyakan pengunjung datang setelah sebelumnya melihat foto-foto Pecinan Bandung tersebar di media sosial.
“Saya datang ke sini dengan niat untuk berfoto karena tempatnya terasa seperti China. Instagramable sungguh!” kata Regina Azhari, warga Bandung.
Sejumlah ornamen khas Tiongkok terlihat menghiasi kawasan Pecinan, seperti lampion, bangunan bergaya arsitektur Tiongkok, patung, dan tulisan kanji. Nuansa oriental juga semakin kental dengan alunan musik asal Negeri Tirai Bambu. Namun luasnya yang tidak terlalu luas membuat pengunjung kurang puas menjelajahi objek wisata yang baru dibuka akhir Agustus lalu itu. Namun hampir semua tempat di Chinatown Bandung menarik untuk dikunjungi selfie.
“Areanya sempit. “Kalau lebih luas, lebih seru untuk difoto,” kata Regina.
Di lahan seluas kurang dari 2 hektar, Chinatown Bandung menampilkan 77 usaha kecil dan menengah (UKM) yang menawarkan beragam dagangan bagi pengunjung. Ada berbagai jenis produk modeaksesoris, souvenir, dan tentunya kuliner.
Dekorasi Timur
Berbagai jenis makanan dan minuman ditawarkan dan siap dihidangkan. Mulai dari makanan khas Tionghoa seperti dimsum, mie dan kue hingga aneka jajanan khas Bandung. Tersedia pula es krim dengan berbagai varian rasa yang menggoda. Beragam makanan dan minuman bisa dinikmati di area terbuka, yang sayangnya bisa panas di siang hari. Namun uang tunai tidak berlaku di sini. Pembayaran hanya dapat dilakukan dengan uang elektronik, kartu debit atau kartu kredit.
Dari segi dekorasi, Chinatown Bandung tentu saja menawarkan sejumlah dekorasi bertema oriental. Namun tak hanya itu, berbagai barang antik juga dipajang di sudut-sudut kawasan. Ada telepon koin, sepeda telentang, televisi jadul, dan peti es antik. Melengkapi suasana masa lalu yang ingin dibangun di kawasan wisata.
Chinatown Bandung diresmikan oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil pada Minggu 20 Agustus 2017. Meski diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung, namun pengelolaan kampung Chinatown ini sepenuhnya berada di tangan pihak swasta yaitu Komunitas Sosial Bandung. Persatuan (Permaba). Jadi tentunya jika memasuki kawasan wisata ini pengunjung harus membayar sebesar Rp 20 ribu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari mengatakan kehadiran China Town Bandung menawarkan alternatif tempat wisata yang bisa dikunjungi selain wisata kuliner dan fashion yang sudah ada.
“Chinatown juga memamerkan wisata budaya, khususnya wisata oriental target turis keluarga pasar”Kenny menutupi.
Chinatown Bandung diharapkan dapat memberikan semangat keberagaman dan toleransi. Sekaligus memperkuat eksistensi Bandung sebagai kota multikultural dan etnis. Apalagi objek wisata tersebut terletak di kawasan yang sudah lama dikenal sebagai Pecinan Kota Bandung. Di sekitar Chinatown Bandung terdapat Vihara Satya Budhi yang merupakan tempat peribadahan umat Konghucu, dan Vihara Samudera Bhakti yang merupakan tempat peribadahan umat Buddha.
Berbicara mengenai tempat ibadah, di kawasan Pecinan Bandung sendiri terdapat musala yang dirancang dengan konsep arsitektur Tiongkok. Tempat ibadah umat muslim ini juga melengkapi fasilitas yang ada di Chinatown Bandung. Selain berbagai fasilitas bermain untuk anak-anak dan tes ketangkasan untuk orang dewasa.
Dari segi fasilitas cukup lengkap, namun masih ada yang kurang dari segi suasana. Salah satu pengunjung, Dadang, mengatakan suasana Tionghoa masih kurang. Pria berusia 38 tahun ini berharap suasana di China benar-benar serupa, seperti foto-foto yang dilihatnya di media sosial.
“Saya sengaja datang ke sini dari Sumedang karena ingin tahu. Menurut saya mirip sekali dengan China, kalau dilihat di media sosial memang seperti itu. “Tapi tidak sesuai ekspektasi,” kata ayah dua anak ini.
Menurut Dadang, lahannya kurang luas sehingga tidak banyak fasilitas yang ditawarkan. Kondisi ini tidak sesuai dengan harga tiket yang akan dibeli. Keberadaan berbagai ornamen bernuansa oriental dinilai Dadang kurang mewakili budaya Tionghoa.
“Kami datang ke sini untuk membeli atmosfer. Saya ingin negara ini serupa dengan Tiongkok. Itu tidak mencerminkan budaya Tiongkok. Ini seperti sebuah restoran yang dikemas dalam gaya Cina. “Tidak perlu bayar, karena harga makanannya juga cukup mahal,” kata Dadang.
Namun kehadiran Chinatown Bandung menambah daya tarik wisata di Kota Bandung, khususnya bagi Anda yang suka berburu bintik-bintik yang tidak terlihat. Datanglah ke Pecinan Bandung! —Rappler.com