Dari Final Piala Bhayangkara hingga Rio Haryanto berakhir di GP Bahrain
- keren989
- 0
Arema Cronus sukses mengalahkan tim Persib Bandung 2-0 di final Piala Bhayangkara, Minggu malam, 3 April.
JAKARTA, Indonesia – Arema Cronus berhasil mengalahkan Persib Bandung dengan skor 2-0 pada final Piala Bhayangkara yang digelar Minggu, 3 April di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kedua gol Arema dicetak oleh Raphael Maitimo pada menit ke-59 dan Sunarto pada menit ke-84.
Selama pelaksanaan pertandingan terakhir ini, polisi dijaga ketat. Kapolda Metro Jaya Irjen Moechgiyarto mengatakan, ada 11.365 personel yang terdiri dari TNI, Satpol PP, dan instansi terkait yang terlibat.
Untuk mencegah terjadinya bentrok antar suporter, Moechgiyarto pun mengimbau agar The Vikings – sebutan suporter Persib – dan The Jakmania – sebutan suporter Persija – tidak datang ke Stadion Gelora Bung Karno.
Namun, hal tersebut tidak membuat The Viking mundur. Mereka bahkan rela membayar harga tiket pertandingan yang lebih tinggi. Jika Anda melewatkan pertandingan tadi malam, silakan klik artikel di sini. Lihat juga foto-foto pertandingan terakhir kemarin di sini.
Rio Haryanto finis di posisi ke-17 di GP Bahrain
Pembalap Rio Haryanto akhirnya bisa mewujudkan mimpinya melihat bendera tersebut menyelesaikan Minggu 3 April di Sirkuit Internasional Bahrain, Sakhir. Rio belajar banyak dari sesi balapan di Melbourne Maret lalu, setelah kecewa hingga terhenti di lap ke-18 karena masalah teknis pada kendaraannya.
Kini, di trek Bahrain, pembalap asal Solo itu berhasil finis di posisi ke-17. Padahal, sebelumnya ia mengawali balapan di posisi ke-20.
Sementara rekan Rio di tim Manor Racing, Pascal Wehrlein, berhasil menyelesaikan di posisi ke-13. Lantas siapa yang memenangi GP Bahrain? Klik artikelnya di sini.
Pengacara mengaku Sanusi menerima suap
Pengacara Mohamad Sanusi, Krishna Murti mengaku kliennya memang menerima suap dari PT Agung Podomoro Land (APL) sebesar Rp2 miliar. Suap tersebut diberikan Direktur Utama PT APL, Ariesman Widjaja melalui asisten pribadinya, Trinanda Prihantoro.
Uang Rp 2 miliar itu diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada Senin 28 Maret, APL menyerahkan uang Rp 1 miliar. Sanusi menggunakan uang sebesar Rp 860 juta.
Kemudian serah terima kedua dilakukan pada Kamis, 31 Maret sebesar Rp1 miliar di salah satu mal kawasan Jakarta Selatan. Namun sisa Rp140 juga ditemukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diambil Sanusi. Jadi dalam operasi tangkap tangan KPK, dia mendapat Rp1,14 miliar.
Namun, Krishna mengatakan bukan kliennya yang meminta suap tersebut.
“Pemrakarsanya adalah swasta,” kata Krisna di Gedung KPK, Sabtu, 2 April.
Klik di sini untuk mengetahui apa tujuan memberikan suap.
Nelayan menyerukan agar proyek reklamasi Teluk Jakarta dihentikan
Penangkapan anggota DPRD DKI, Mohamad Sanusi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis, 31 Maret, seolah membuka kotak Pandora. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo mengatakan, suap senilai Rp2 miliar diterima Sanusi dari PT Agung Podomoro Land (APL), diduga sebagai hadiah terkait Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang mengatur zonasi wilayah pesisir. rencana dan rencana strategis pesisir Jakarta Utara.
Hal ini sekali lagi memunculkan proyek reklamasi Teluk Jakarta yang kontroversial. Serikat Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) sejak awal menentang proyek tersebut.
Selain berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan pesisir, proyek ini juga berdampak pada kehidupan nelayan di Teluk Jakarta.
Sayangnya, proyek tersebut terus berlanjut. Bahkan di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, ada empat izin daur ulang yang diterbitkan.
Mengapa Proyek Reklamasi Teluk Jakarta tidak dipertimbangkan? Klik artikelnya di sini.
Rachel Maryam membantah mereka menggunakan fasilitas negara untuk berlibur ke Prancis
Anggota Komisi I DPR RI Rachel Maryam membenarkan dirinya sempat berlibur ke Prancis bersama keluarganya pada akhir Maret lalu. Ia pun tak menampik sempat meminta bantuan ke KBRI Prancis untuk mencarikan fasilitas transportasi saat berlibur di Paris.
Namun, ia membantah disebut-sebut melakukan “bullying” terhadap Dubes Indonesia di Prancis agar memenuhi permintaan tersebut. Baca di sini penjelasan Rachel soal bocornya surat permintaan agar ia diberi fasilitas selama ia dan keluarga berlibur ke Eropa.
Keluarnya surat Rachel hanya berselang satu hari dari kontroversi serupa yang dialami kader Partai Hanura Wahyu Dewanto saat bepergian ke Australia bersama keluarganya. Namun yang lebih mencengangkan, surat permohonan fasilitas tersebut bukan ditulis oleh Wahyu, melainkan atas nama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi. – Rappler.com