• April 20, 2025
Demikian kata Djarot soal isu penggusuran di Masjid Tebet

Demikian kata Djarot soal isu penggusuran di Masjid Tebet

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Djarot mempertanyakan apakah masjid bisa dijadikan tempat kegiatan politik.

JAKARTA, Indonesia – Djarot Syaiful Hidayat, Djarot Syaiful Hidayat kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Saat melaksanakan salat Jumat di Masjid Al Atiq Jami Kebon Baru, Tebet kemarin sore, mantan Wali Kota Blitar itu disambut dengan spanduk bertuliskan “Tolak Penistaan ​​Agama di Kampung Melayu Tercinta”.

Spanduk itu terpampang tak jauh dari masjid tempat Djarot melaksanakan salat Jumat. Sementara itu, seorang takmir saat berada di dalam memberikan ceramah yang menyinggung rekannya, calon gubernur Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

“Kalau ada pemimpin muslim, Insya Allah negara kita akan mendapat keberkahan dan rahmat dari Allah,” demikian sebagian isi ceramah yang disampaikan di masjid.

Tak berhenti sampai disitu, saat Djarot keluar dan meninggalkan masjid, jamaah berteriak agar Djarot diusir.

“Usir, usir, usir… Ayo, ayo,” kata jemaah pada Jumat, 14 April.

Kehebohan ini kemudian disimpulkan sebagian besar media terjadi pada tindakan pemecatan Djarot. Lantas apa kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu?

Dia membantah ada tindakan penggusuran terhadap dirinya.

“Saat saya datang, situasi kondusif, mereka menyapa saya dan mengambil gambar. Saya juga bisa shalat di sana pada hari Jumat. “Kemudian takmir menyampaikan beberapa hal, ya ada juga kalimat-kalimat itu (ajakan memilih pemimpin umat Islam),” kata Djarot kepada media, Jumat sore lalu.

Usai salat Jumat, Djarot kemudian menyapa jamaah. Bahkan, ada pula yang meminta untuk difoto bersama.

“Ketika mereka meninggalkan masjid, mereka berteriak (pergi), dan menggunakan mikrofon lagi. Ya, akhirnya aku berangkat saja. Kapan saya mau kembali lagi?” ucapnya tak ingin khawatir dengan teriakan jemaah.

Namun, Djarot menyayangkan masjid dibiarkan menjadi tempat berpolitik.

“Apakah masjid baik digunakan untuk hal-hal seperti itu? Bolehkah mempolitisasi masjid dengan kata-kata seperti itu?” Dia bertanya.

Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Iwan Kurniawan, juga membantah adanya penggusuran. Dia mengatakan, tidak ada masalah saat Djarot menunaikan salat Jumat di masjid di Tebet.

“Pak Djarot melaksanakan salat sampai selesai. Tidak masalah. Sesampainya di rumah, dia disambut oleh orang-orang, untukpintu berhenti dengan jurnalis. Nah, dari dalam masjid ada orang yang berteriak ‘pilih nomor 3, pilih nomor 3’. “Itu saja yang ada di lapangan,” kata Iwan media.

Jika ada pengusiran, kata dia, Djarot tidak bisa masuk masjid dan salat Jumat berjamaah.

Perlakuan tidak menyenangkan ini bukan kali pertama diterima Djarot menjelang pilkada yang digelar 19 April mendatang. Sebelumnya, saat menghadiri angkutan Soeharto di Masjid At-Tin, Taman Mini, Jakarta Timur. Selain diteriaki agar segera meninggalkan masjid, beberapa orang juga melemparkan botol minuman keras ke arah massa yang melindungi Djarot. – Rappler.com

Togel Sydney