Demikian kesan Raja Salman selama sembilan hari berlibur di Pulau Bali
- keren989
- 0
Raja Salman beberapa kali berenang di Gegerstrand yang berada di belakang hotel. Kedepannya, Raja berharap kerja sama kedua negara dapat terus dilanjutkan.
KUTA, Indonesia – Usai berlibur sembilan hari di Pulau Bali, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan rombongan akhirnya meninggalkan Indonesia. Ia melanjutkan kunjungan kerjanya ke Jepang dan Tiongkok.
Iring-iringan mobil Raja Salman mulai memasuki Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali pada pukul 10.50 WITA. Raja Salman dibebaskan oleh Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Raja Salman mengenakan jubah putih dan jubah emas dan menaiki pesawat menggunakan eskalator yang dibawa langsung dari Saudi. Eskalator rusak tetapi berhasil diperbaiki.
Ditemui awak media di ruang VVIP Bandara Ngurah Rai, Retno mengatakan, sekitar pukul 10.10 ia bertemu WITA di Hotel Saint Regis, tempat ia menginap selama sembilan hari terakhir. Kepada mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Raja Salman menyampaikan kesannya selama berlibur di Pulau Dewata.
“Dia beberapa kali berenang di Gegerstrand yang berada di belakang hotel. Lalu saya tanya airnya panas atau dingin? Katanya airnya lebih dingin dibandingkan di Jeddah, kata Retno mengutip pernyataan Raja Salman pada Minggu, 12 Maret.
Selama sembilan hari berlibur di Bali, Raja Salman mengaku sangat bahagia. Apalagi apresiasi dan sambutan yang diterima masyarakat Indonesia sangat hangat.
“Raja berharap saling kunjungan baik pemerintah maupun pihak swasta kedua negara dapat diintensifkan,” ujarnya.
Retno juga mengungkapkan, sebelum keberangkatan Raja Salman pada pukul 09.30 Wita, Presiden Joko “Jokowi” Widodo sempat sempat berbincang dengan Raja Salman melalui telepon. Dia mengatakan ada dua hal yang dibicarakan antara Jokowi dan Raja Salman.
“Intinya (Presiden Jokowi) pamit. Kedua, pesan yang paling penting adalah harapan agar kerja sama yang timbul dari kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia dapat segera ditindaklanjuti, ujarnya.
Dalam dua bulan ke depan, kata Retno, Presiden Jokowi akan mengirimkan Kementerian di bidang perekonomian yang didampingi para pengusaha di Indonesia.
“Kunjungan ini kembali dilakukan agar tindak lanjut dari kunjungan bersejarah ini dapat segera dilakukan,” ujarnya.
Dalam kunjungan kerja Raja Salman selama tiga hari, terdapat 11 nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani kedua pemerintah. Sementara itu, ada tiga MoU yang ditandatangani di tingkat wirausaha. Secara pribadi, Presiden Jokowi juga menitipkan WNI yang tinggal di Saudi kepada Raja Salman. Pemimpin berusia 81 tahun itu mengatakan, WNI yang berada di Saudi akan dianggap sebagai warga negaranya sendiri.
Souvenir Mushaf
Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim mengaku belum sempat berbicara dengan Raja Salman sebelum meninggalkan Bali.
“Adapun informasi yang kami peroleh dari delegasi pendamping, rombongan menikmati liburan di Bali. Masyarakat Bali antusias menyambut kedatangan Raja (Salman), ujarnya.
Lukman menjelaskan, dirinya bertukar cenderamata dengan Raja Salman. Jika pemimpin negeri Petro Dollar memberikan kiswah yang dipajang di Masjid Istiqlal dan Al-Quran, maka Kementerian Agama memberikan mushaf.
“Mushaf Istiqlal dicetak di Indonesia dan terdiri dari 3 jilid karena ukurannya cukup besar,” kata Lukman.
Dijelaskannya, pada setiap mushaf hiasannya merupakan representasi dari provinsi-provinsi di Indonesia.
“Setiap 20 halaman akan berganti hiasan bergambar 34 provinsi di Indonesia. Mudah-mudahan ada maknanya sebagai hadiah untuk Raja (Salman), ujarnya.
Meski tak sempat berbincang banyak dengan Raja Salman di Bandara I Gusti Ngurah Rai, ia menilai sang raja senang dengan oleh-oleh yang didapatnya.
“Hadiah terbaik berupa mushaf merupakan sesuatu yang berarti dan bermakna bagi umat Islam,” ujarnya.
Lukman mengaku turut berterima kasih atas cinderamata berupa Alquran yang diberikan Raja Salman kepada Kementerian Agama. Hadiah ini dianggap istimewa.
“Bentuk, sampul dan pilihan kertasnya berbeda-beda. “Tidak seperti (Al-Quran) pada umumnya,” ujarnya. – Rappler.com