• November 23, 2024

Demo 4 November tidak masuk akal

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Elit Islam radikal dan konservatif di Jakarta menanggung rasa terhina selama 4 tahun dipimpin Ahok, pemimpin non-Muslim arogan yang tidak bisa mereka kendalikan.

Jika rencana tidak diubah, ribuan umat Islam di Jakarta dan sekitarnya akan turun ke jalan besok siang, Jumat 4 November, untuk memperingati “Jumat Suci”. Sasarannya adalah Istana Negara, Balai Kota DKI, dan Kantor Badan Reserse Kriminal (Bareksrim).

Mereka mendesak Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Kapolri segera menghukum Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama atas kasus yang terjadi sekitar sebulan lalu di Kepulauan Seribu.

Ahok dituding menghina Islam karena diduga menggunakan Surat Al-Maidah ayat 51 secara sembarangan. Di sisi lain, banyak pihak yang masih menilai calon Gubernur DKI Jakarta saat ini adalah korban pemutarbalikan akun Facebook. pengguna media sosial, Buni Yani.

Sejujurnya, menurut saya Anda tidak memiliki gelar Ph.D. Perlu diketahui, aksi 4 November sarat dengan kepentingan politik, baik elektoral maupun nasional.

Faksi elit Islam radikal dan konservatif di Jakarta menanggung perasaan terhina selama 4 tahun; bagaimana mungkin ibu kota negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia itu memiliki pemimpin non-Muslim yang sombong dan tidak bisa mereka kendalikan? Mereka sepertinya menelan mentah-mentah doktrin tersebut al-Islam ya’lu wa la yu’la alaihi; Islam itu lebih tinggi, tidak ada yang melampauinya.

Bagi mereka, konstitusi adalah omong kosong sepanjang berkaitan dengan persoalan Islam-Kristen di bidang kepemimpinan publik. Elit ini menilai Indonesia adalah negara transisi yang perlu segera disempurnakan menjadi Darul Islam Darussalam seperti sekarang

Kita tentu tahu bahwa dalam kancah demokrasi Indonesia, perebutan politik identitas (Islam) bukanlah hal yang baru. Pada menit-menit pertama setelah kemerdekaan diproklamirkan, tarik ulur emosi dalam menentukan dasar negara diwarnai oleh persoalan agama.

Dalam prosesnya, fobia Kristen yang mengakar kuat di benak sebagian umat Islam bertautan dengan fobia Tiongkok yang usianya tak kalah tua dengan bangsa ini.

Kedua identitas ini selalu ditengarai akan menghancurkan eksistensi umat Islam dan non-Tionghoa selamanya.

Bias inilah yang menyebabkan banyaknya titik gelap kerusuhan dalam lintasan sejarah Indonesia dengan korban kelompok Kristen dan Tionghoa. Laporan tahunan Wahid Foundation, Setara Institute, data Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dapat diakses dengan mudah secara online on line.

Kita harus menyadari bahwa prasangka mengarah pada tindakan destruktif sebagai dampak dari kegagalan sistem pendidikan Indonesia. Terbukti, sistem kita tidak berjalan mulus dalam meyakinkan setiap warga negara Indonesia bahwa di balik keberagaman identitas agama, suku, atau lainnya terdapat kesamaan identitas (kalimat yang sama); konstitusi Republik Indonesia.

Betapapun optimisnya harapan banyak pihak terhadap bangsa ini, aksi ribuan orang esok hari merupakan penegasan atas temuan Wahid Foundation. Survei yang dirilis beberapa bulan lalu memperkirakan ada sekitar 500.000 warga yang siap melakukan kekerasan atas nama agama.

Skandal Al-Maidah ayat 51 ibarat pertanyaan dalam kuisioner yang semua orang bisa menjawabnya. Menurut saya, jika ditotal, jumlah orang yang terlibat dalam aksi ini, ditambah mereka yang melakukan demonstrasi di puluhan kota dalam sebulan terakhir, merupakan bukti tidak langsung dari temuan Wahid Foundation.

Sayangnya, kita belum melihat keseriusan para pemimpin politik untuk serius menyikapi persoalan radikalisme dan intoleransi. Yang lebih konyol lagi adalah banyak dari mereka – dan beberapa aktivis masyarakat sipil – melihat kedua isu ini sebagai penemuan Barat atau mainan militer dan perusahaan.

Kini Bareskrim Polri mengaku sudah memeriksa puluhan saksi terkait skandal Al-Maidah ayat 51. Ahok sendiri memilih mendatangi penyidik ​​untuk meminta keterangan. Lantas, kapan aparat hukum serius mengusut pelaku penembakan video Ahok, serta para elite agama yang kerap menebar kebencian di ruang publik? —Rappler.com

Aan Anshori adalah koordinator Jaringan Anti Diskriminasi Islam (JIAD) Jawa Timur. Saya pernah mengantri di Tambakberas Jombang dan Kedungmaling Mojokerto. Dia dapat ditemukan di Twitter @aananshori

login sbobet