
Dengan istighotsah, warga Bandung mendoakan perdamaian di Jakarta
keren989
- 0
“Mendoakan mereka yang berunjuk rasa agar tidak terjadi kerusuhan di Jakarta.”
BANDUNG, Indonesia – Saat ribuan umat Islam menuntut penangkapan Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama karena diduga menghina ayat suci, ribuan warga Bandung justru mendoakan agar kontroversi di Jakarta berakhir damai.
“Masyarakat di sini berdoa secara massal agar pemimpin kita tidak terus marah, tapi bisa menenangkan diri. “Sehingga semua persoalan bangsa bisa terselesaikan,” kata Koordinator Komunitas Istighotsah Jabar Ki Agus Zainal Mubarok kepada wartawan di acara tersebut, Jumat.
Acara istighotsah ini digelar di Masjid Agung Jawa Barat, Jalan Asia Afrika Kota Bandung, Jumat 4 November. Acara iniAgus melanjutkan, bukan untuk memberikan dukungan kepada Ahok, melainkan untuk menunjukkan keinginan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Barat, agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga.
“Kasus hukum (Ahok) ditangani pemerintah. Ini bukan domain kami. Inilah kerajaan rakyat yang ingin bangsa Indonesia selamat. Elit politik, mohon pertimbangkan keinginan masyarakat luas. Jutaan masyarakat Indonesia, termasuk di Jawa Barat, menginginkan persatuan, kata Agus.
Imas Suryani juga menyampaikan keinginan Indonesia akan perdamaian dan persatuan. Perempuan 36 tahun ini sengaja datang istighotsah untuk berdoa bersama agar aksi unjuk rasa di Jakarta aman.
“Ikut Istighotsah mendoakan mereka yang berunjuk rasa agar tidak terjadi kerusuhan di Jakarta, sehingga tercipta perdamaian. “Kami berdoa di sini dan tidak ikut unjuk rasa,” kata warga Babakan Ciparay, Kota Bandung itu.
Lain halnya dengan Badru yang mempunyai tujuan sedikit berbeda dengan Imas. Badru berdoa agar kebenaran ditunjukkan oleh Yang Maha Kuasa. Sebab menurutnya kebenaran telah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan tertentu.
“Tujuan kami bukan Ahok, tapi kebenaran harus dijaga. Kalau Ahok benar, tunjukkan. Jika salah, ditampilkan juga. “Kami memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kebenaran tetap berjalan sebagaimana adanya, karena saat ini banyak pihak yang memanipulasi kebenaran,” kata pria berusia 54 tahun itu.
Acara bertajuk Istighotsah Untuk Bangsa ini dihadiri oleh umat Islam yang berasal dari Bandung dan sekitarnya. Acara yang digelar usai salat Jumat ini tidak hanya dihadiri oleh orang dewasa saja, namun juga anak-anak.
Nasi Bungkus Bhinneka Tunggal Ika
Momentum 4 November 2016 selain diwarnai aksi massa dan istighotsah, juga dimanfaatkan Lestari Green School untuk mengingatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Caranya bukan dengan melakukan spanduk atau aksi kampanye, melainkan dengan membagikan nasi bungkus Bhinneka Tunggal Ika kepada peserta istighotsah.
“Sehubungan dengan tanggal 4 November yang begitu ramai, bagaimana kita bisa memasukkan Bhinneka Tunggal Ika ini. Jika bunga lebih mahal, kita tidak mampu membelinya. “Kami hanya memasak yang tanpa MSG, yang menyehatkan, karena Bhinneka Tunggal Ika itu sehat, Bhinneka Tunggal Ika beda,” kata Pelopor Sekolah Hijau Berkelanjutan, Prapti Wahyuningsih di lokasi.
Prapti ingin memasukkan Bhinneka Tunggal Ika pada 4 November karena menurutnya ada yang mengancam semboyan negara. “Banyak orang di WA, di media sosial, di pemberitaan yang membuat gaduh tentang Bhinneka Tunggal Ika. Makanya kami ingatkan kata kecil itu, kata yang menjadi motto negara kita, simbol negara kita, ujarnya.
Sedangkan nasi kemasan dipilih karena mengandung filosofi yang berbeda namun menyatu. “Mengapa kamu memilih nasi? Sekadar mengingatkan, beras ini berasal dari proses manual yang berbeda. “Dan ini pesan agar kita bisa makan bersama dengan keberagaman,” tambah Kepala Sekolah Green Lestari, Yuki.
Sebanyak 200 nasi bungkus kemudian dibuat, yang dananya berasal dari sumbangan sukarela dari berbagai kalangan bahkan lintas agama.
“Banyak masakan, banyak kontribusi lintas agama, baik Hindu, Budha, Katolik, dan Kristen. “Berbagai profesi berkontribusi, makanan ini dikumpulkan,” kata Ningsih
—Rappler.com