Dewan Pers memaparkan indeks kebebasan pers tahun 2016
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kalimantan Barat memperoleh ICP terbaik, sedangkan Papua Barat memperoleh ICP terburuk
Jakarta, Indonesia – Dewan Pers meluncurkan buku hasil survei Indeks Kebebasan Pers (PRI) 2016 pada Selasa, 8 Agustus. Ketua Dewan Pers Stanley Adi Prasetyo mengatakan, HKI 2016 berisi survei di 24 kota di Indonesia. Jumlah kota ini lebih banyak dibandingkan IKP pada tahun 2015 yang melakukan survei di 13 kota.
Berdasarkan ICP tahun 2016, peringkat terbaik diraih Kalimantan Barat, sedangkan indeks kebebasan pers terburuk diraih Papua Barat. Tujuan survei ini adalah untuk memetakan dan memantau perkembangan implementasi hak atas kebebasan pers. Selain itu, hal ini juga berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran dan perdebatan masyarakat mengenai kebebasan pers dan membantu mengidentifikasi prioritas mana yang harus diambil untuk perbaikan di masa depan.
Salah satu temuan menonjol dalam survei ICP tahun 2016 adalah intervensi pemilik di ruang redaksi.
“Kita tahu bersama saat ini ada beberapa pemilik media yang mendirikan partai politik, orang-orang partai pemilik media. Ada media yang setia pada citra partainya, ada media yang setia membela kepentingan pemiliknya saja, ada media yang melakukan framing berita, talkshow, liputan khusus dan kilasan informasi dan teks di televisi. layar. (teks berjalan),” kata Stanley dalam catatan pengantar bukunya.
Menurut Stanley, program media televisi, termasuk berita, sepertinya kekuasaannya terbelah dua.
“Ada yang mendukung pemerintah tanpa dukungan menyimpan dan lainnya menjadi oposisi superkritis,” ujarnya.
Selain memperbaiki situasi kebebasan pers antar daerah, Dewan Pers juga berharap semua pihak dapat membantu Indonesia untuk meningkatkan posisinya dalam Indeks Kebebasan Pers dunia. Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat 124 dari 180 negara. (BACA: Indeks Kebebasan Pers Dunia: Kepedulian Indonesia akan Posisi yang Lebih Baik)
Sedangkan Indonesia menduduki peringkat 130 pada tahun 2016. Jadi tahun 2017 membaik, tapi karena negara lain kebebasan persnya menurun. Di Aljazair misalnya, dua warganet dipenjara.
Indeks Kebebasan Pers Global diterbitkan setiap tahun oleh Reporters Sans Frontier dan Freedom House. Posisi Indonesia pada tahun 2016 termasuk di antara negara-negara yang mengalami konflik atau perang seperti Afganistan dan Zimbabwe yang notabene merupakan negara termiskin di dunia.
“Situasi pers Indonesia di tengah iklim kebebasan pers ini sungguh mengkhawatirkan,” kata Stanley. (BACA: Komnas HAM minta korban sasaran penganiayaan online dilindungi)
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika Niken Widyastuti mengatakan pemerintah khawatir dengan tersebarnya informasi hoaks atau kebohongan.
“Sebagian besar diproduksi oleh media sosial. “Kami berharap media arus utama dapat menjadi sumber informasi yang akurat dan menjadi pedoman bagi masyarakat,” kata Niken yang merupakan mantan Direktur Utama Radio Republik Indonesia. – Rappler.com