• April 24, 2025

Di Balik Film ‘Banda’: Mereka yang Terlibat

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Film dokumenter ‘Banda The Dark Forgotten Trail’ tayang di bioskop mulai 3 Agustus

JAKARTA, Indonesia — Butuh waktu sekitar satu tahun hingga film dokumenter B akhirnya hadirdan Jejak Gelap yang Terlupakan dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

Film dokumenter besutan sutradara Jay Subyakto ini tayang di bioskop pada Kamis, 3 Agustus. Film ini diproduksi bersama oleh Sheila Timothy dan Abduh Aziz dari Lifelike Pictures. Sedangkan skenarionya ditulis oleh M. Irfan Ramli.

Membuat sebuah film dokumenter bukanlah tugas yang mudah. Apalagi isu yang diangkat mengandung unsur sejarah, dalam hal ini Jalur Rempah pada abad ke-17 dimana rempah-rempah khususnya pala menjadi komoditas incaran para pedagang Eropa. Tapi, film Gang berhasil membuatnya sangat rapi dan padat isinya.

(TONTON: Trailer film ‘Banda The Dark Forgotten Trail’)

Kesuksesan pembuatan film ini tentunya tidak lepas dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya. Seluruh kru film harus bekerja ekstra keras untuk mengembalikan masa keemasan dan kelam Indonesia pada masa penjajahan.

Tiga perwakilan kru film—Sheila, Jay, dan Irfan—hadir di acara Rappler Talk: Behind the Film Banda pada 20 Juli lalu. Berikut profil singkat mereka:

Sheila Timotius

Wanita kelahiran 29 November 1971 ini mendirikan rumah produksi bernama Lifelike Pictures pada tahun 2008 bersama suaminya, Luki Wanandi. Dengan Lifelike Pictures, Sheila memasuki dunia film sebagai produser.

Beberapa film yang pernah ia sutradarai adalah Pintu Terlarang (2009), Upacara (2012), dan Tabula rasa (2014). Salah satu film yang dibuatnya bersama Joko Anwar berjudul Pintu Terlarang memenangkan penghargaan untuk film terbaik di Festival Film Fantastis Internasional Bucheon (BiFan) pada tahun 2009.

Kali ini perempuan yang akrab disapa Lala itu sedang memproduksi film dokumenter Banda Jejak Gelap yang Terlupakan. Tema jejak rempah dalam film tersebut juga merupakan ide Lala.

“Sejarahnya terlihat kelam,” kata Lala. Ia menambahkan, banyak sejarah yang tidak diketahui dan tidak dikomunikasikan kepada generasi muda dengan cara yang mereka sukai.

Sebagai seorang produser, Lala menginginkan pesan penting dalam setiap film yang dibuatnya. “Sejarah itu penting dan harus ada dampakuntuk saat ini,” kata Lala.

Selain itu, Lala juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Produser Film Indonesia pada 2013-2016. Lala menjabat sebagai Dewan Penasihat Asosiasi untuk periode berikutnya.

Jay Subyakto

Pria berambut gondrong ini dikenal dengan kiprahnya sebagai sutradara video musik sejak tahun 1990. Salah satu klip videonya adalah Pergilah Cinta dinyanyikan oleh penyanyi legendaris Indonesia, Alm. Chrisye. Karyanya juga menjadi video musik Pertama dari Indonesia yang disiarkan oleh channel MTV Asia.

Selama lebih dari 25 tahun menjadi sutradara, Jay menyetujui ajakan Lala untuk menyutradarai film untuk pertama kalinya. Jay mengungkapkan, menjadi sutradara film memang merupakan suatu tantangan, khususnya di bidang dokumenter.

“Aku harus melakukannya, meski itu sulit bagiku dan bebannya berat,” kata Jay.

“Saya bilang ke Lala, tidak perlu ada referensi untuk film ini. “Aku bilang aku ingin membuat sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya,” kata Jay.

Saat ditanya apakah ia akan melanjutkan kiprahnya di dunia film, ia belum bisa menjawab pasti. “Oh, aku mau istirahat sekarang,” jawabnya sambil tertawa.

M.Irfan Ramli

Penulis skenario film 'Banda' Irfan Ramli (kanan) menjawab pertanyaan jurnalis pada konferensi pers di Jakarta pada 26 Juli 2017. Foto oleh Median Publicist

Pria asal Ambon ini sudah menulis skenario sejak masih berada di komunitas teater di Ambon. Film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014) merupakan karya pertama yang ia buat sebagai penulis skenario. Film ini juga mendapat penghargaan sebagai film terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2014.

Kecintaannya terhadap sejarah juga membawa Irfan kembali menulis skenario film Surat untuk Praha (2016). Alasan yang sama juga membuat Irfan terlibat dalam film dokumenter tersebut Banda Jejak Gelap yang Terlupakan.

“Ada banyak riset “Saya melakukan apa yang saya lakukan untuk membuat naskah film ini,” kata Irfan. Ia mengunjungi banyak sejarawan, membaca buku tentang sejarah jalur rempah dan juga mempelajari VOC.

Selain itu, Irfan juga berharap film tersebut Gang dapat membuka banyak mata masyarakat Indonesia saat ini.

“Jika melihat sejarah, kekayaan alam bisa merusak ketentraman warga Banda. “Kita harus bisa belajar dari sejarah,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Toto SGP