• November 27, 2024

Di hadapan mahasiswa Oxford, JK sempat menyinggung kasus hukum Ahok

JAKARTA, Indonesia – Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla menyampaikan pidato kuliah umum di Oxford Centre for Islamic Studies, Inggris pada Kamis, 18 Mei sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Kedatangan JK menuai protes karena dinilai bukan sosok yang tepat untuk menyampaikan pidato bertema “Jalan Tengah Islam”.

Tema pidatonya pun berubah karena dalam kartu yang dipegang mahasiswa, JK diberitahu akan berbicara tentang “Islam Moderat”. Sesampainya di depan gedung kampus, mantan Ketua Palang Merah Indonesia itu disambut beberapa orang dengan plakat yang memprotes intervensinya dalam proses Pilkada DKI.

Meski sempat terjadi aksi protes di luar gedung, namun mahasiswa tetap memadati auditorium kampus. Dalam sambutannya, JK menyinggung kasus hukum yang kini dihadapi Gubernur nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

Dia mengatakan, proses hukum terhadap Ahok masih berlanjut di tingkat Pengadilan Tinggi. Setelah dinyatakan bersalah dan terbukti menista agama Islam, Ahok langsung mengajukan banding.

“Secara hukum Indonesia, masih ada langkah-langkah yang bisa dibawa ke Mahkamah Agung,” kata JK.

Dia menjelaskan, Ahok dituding melakukan penodaan agama dengan mengutip ayat Alquran saat berkampanye. Hal ini bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

“Pak Purnama atau lebih populer dengan sebutan ‘Ahok’ yang saya kenal secara pribadi adalah seorang gubernur yang berdedikasi namun impulsif dan emosional. “Dia menyindir lawan politiknya menggunakan ayat Alquran agar masyarakat tidak memilih dia,” ujarnya.

Hal ini menyebabkan beberapa protes di ibu kota Jakarta. JK mengatakan aksi tersebut berlangsung damai. Namun kenyataannya, aksi 4 November berakhir ricuh.

Massa yang disebut sebagai provokator membakar kendaraan polisi karena tidak diterima dan terpaksa membubarkan diri. Aksi tersebut dibalas polisi dengan menembakkan gas air mata ke udara.

“Saya sadar bahwa Inggris dan beberapa negara lain di Eropa memiliki sistem hukum yang berbeda dalam hal ini. “Namun, sebagai bagian dari sistem demokrasi kita harus menjunjung tinggi hukum dan independensi pengadilan,” ujarnya.

Hal lain yang disampaikan dan cukup menarik adalah tentang peran masjid di Indonesia. Saat Pilkada DKI, masjid banyak disorot masyarakat karena sering digunakan untuk kegiatan politik dan menyebarkan ceramah yang dinilai mengganggu persatuan bangsa Indonesia.

Sedangkan menurut JK, masjid diharapkan berperan dalam memahami langkah Islam atau disebut Islam Wasatiyah dan toleransi antar warga. JK berharap masjid juga dapat menjadi lembaga yang mendukung program pemerintah dalam hal deradikalisasi dan pemberantasan radikalisme, anti narkoba, serta peningkatan pendidikan keluarga.

Oleh karena itu, masjid juga berfungsi tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, budaya, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pusat perekonomian, ”ujarnya.

Indonesia yang Toleran

Pengurus Partai Golkar itu juga mengatakan, Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi. Betapa tidak, meski mayoritas penduduknya beragama Islam, pemerintah juga mengakui lima agama lain yakni Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

“Indonesia juga terkenal dengan keberagamannya, baik suku, budaya, dan bahasa daerahnya. Namun semua itu dirayakan dengan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari bahasa Sansekerta yang identik dengan agama Hindu, ujarnya.

Menurut JK, semboyan Bhinneka Tunggal Ika justru menjadikan masyarakat bertoleransi dan bisa hidup berdampingan secara harmonis. Faktanya, selain kasus Ahok, banyak pejabat lain, baik di tingkat Menteri maupun Gubernur, yang dipilih dari agama selain Islam.

“Padahal kita pernah punya menteri yang berlatar belakang Sikh. “Saya yakin ini merupakan hal unik yang jarang ditemukan di tempat lain yang didominasi oleh satu agama tertentu,” kata JK.

Meski diakui JK, menjaga keberagaman tersebut tidaklah mudah. Ada beberapa organisasi kecil yang diketahui terkait dengan gerakan radikal yang mencoba memecah belah Indonesia. Pemikiran radikal mereka dibawa oleh pejuang asing yang kembali dari perang di Afghanistan dan perekrutan oleh organisasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak.

Namun ideologi dan ajaran apa pun yang mereka coba sebarkan di Indonesia tidak pernah berhasil karena peran penting dua organisasi Islam besar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang beranggotakan hingga 100 juta orang, ”ujarnya. .

Di akhir, JK menyampaikan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia yang diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran baru tentang agama Islam. Ia berharap kerja sama antara kampus dengan Oxford dapat tercapai. Dengan cara ini, pemikiran-pemikiran ekstremis dan radikal dapat dicegah.

“Ini juga merupakan kontribusi Indonesia dalam membangun perdamaian di kawasan dan dunia,” ujarnya.

Lalu bagaimana pendapat mahasiswa Indonesia terhadap pidato JK? Sandoko Kosen mengatakan pidato JK cukup menarik karena menjawab beberapa pertanyaan seperti kasus Ahok yang masih berlanjut di pengadilan dan banyaknya ajaran salah tentang Islam.

“Meskipun protes di Jakarta tidak sedamai yang saya harapkan. Namun, saya bisa saja salah menilai itu, kata Sandoko melalui pesan singkat.

Ia juga mengatakan, konsep JK yang disebut dengan “Jalan Tengah Islam” dinilai cukup menarik karena belum pernah terdengar sebelumnya. – Rappler.com

Singapore Prize