• November 23, 2024
Dibalik larangan KPI menampilkan laki-laki berpakaian seperti perempuan

Dibalik larangan KPI menampilkan laki-laki berpakaian seperti perempuan

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

KPI mengaku telah menerima masukan dari masyarakat

JAKARTA, Indonesia—Komisi Penyiaran Indonesia baru saja mengeluarkan surat yang melarang stasiun televisi menayangkan laki-laki yang bertingkah dan berpakaian seperti perempuan.

Dalam surat bernomor 203/K/KPI/02/16 yang ditujukan kepada “Seluruh Direktur Utama Lembaga Penyiaran” tertanggal 23 Februari, KPI menyebutkan batasan yang harus dipenuhi.

Dalam surat edaran misalnya, KPI meminta lembaga penyiaran di Tanah Air tidak menurunkan laki-laki sebagai tuan rumah, bakatserta pengisi acara lainnya, baik utama maupun pendukung, dengan penampilan sebagai berikut:

  1. Gaya berpakaian feminin.
  2. Riasan feminin.
  3. Bahasa tubuh wanita, termasuk namun tidak terbatas pada cara berjalan, gaya duduk, gerakan tangan dan perilaku lainnya.
  4. Gaya bicara perempuan
  5. Menunjukkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk bertindak feminin.
  6. Acara yang menyapa laki-laki dengan nama yang seharusnya diperuntukkan bagi perempuan.
  7. Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering digunakan oleh pria dan wanita.

Apa alasan KPI mengeluarkan surat larangan tersebut?

Banyak orang tua dan masyarakat yang memberikan masukan kepada KPI, mereka mengeluh dan khawatir terhadap anaknya, khawatir meniru perilaku perempuan, kata Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia itu. Idi Muzayat di Rappler, Jumat 26 Februari.

Alasan lainnya, kata Idi, hanya sekedar penekanan. “Bukan hal baru, sudah ada sejak lama, jadi pelarangan itu hanya penekanan saja,” ujarnya.

Namun surat edaran ini mendapat kritik dari berbagai pihak. Diantaranya adalah seniman Sudjiwo Tedjo dan desainer ternama Oscar Lawalata.

Berikut kritik mereka:

//

Lantas apa tanggapan KPI?

“Kritik itu wajar. Memang ada pro dan kontra. “Ini yang menentang, tapi ada juga Deddy Corbuzer yang mendukung,” ujarnya.

Apa pertimbangan utamanya?

“Kalau soal pertimbangan, semuanya diperhitungkan. “Tetapi mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar adalah hal yang paling penting,” ujarnya.

Salah satunya adalah perkembangan psikologi anak. “Sehingga nantinya bisa menghasilkan generasi yang lebih handal,” ujarnya.

Apakah KPI juga menerima masukan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)?

“Iya semuanya, masukannya banyak, baik dari masyarakat maupun tokoh agama. Psikolog anak Elly Risman, kata Idi.

Elly adalah salah satu psikolog dari Kita and Children Foundation. Ia antusias membahas pengaruh homoseksualitas terhadap anak-anak. Hal itu diungkapkannya saat diundang ke Indonesia Lawyers Club di TV One pekan lalu.

Bagaimana dengan acara yang mengandung seni?

“Sebenarnya kami lebih seperti artis. Kita akan melihat konteksnya nanti. Jadi jangan melanggar HAM, kata Idi.

Idi menegaskan, televisi bisa berkonsultasi terkait konteks pelarangan KPI terkait tayangan yang dianggap melanggar oleh lembaga tersebut. —Rappler.com

BACA JUGA