• May 15, 2025

Dua hal yang saya temukan saat magang di Rappler

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Selain tugas jurnalistiknya, suasana kekeluargaan di Rappler membuat penulis yakin bahwa Rappler adalah media yang memenuhi janjinya dalam mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

JAKARTA, Indonesia — Sebagai mahasiswa jurnalistik, saya banyak bercerita tentang suasana kerja, padahal apa yang diceritakan kepada saya mungkin merupakan pengalaman terburuk yang diketahui oleh dosen dan senior saya di kampus.

Bermula dari seseorang yang dimarahi ruang wartawanadalah karya yang diciptakannya tidak dipublikasikan sehingga ia harus membatalkan janji temunya karena tiba-tiba dipanggil untuk sampul.

Jadi, saat saya magang di Rappler Indonesia, saya kaget ternyata situasinya tidak seperti itu. Meskipun saya magang, senior dan atasan saya sangat ramah dan sopan ketika meminta saya bekerja dan mengapresiasi apa yang saya lakukan.

(BACA: Peluang Magang di Rappler Indonesia)

Bahkan ketika saya melakukan kesalahan (tertipu membeli tiket konser untuk cover dan hampir merusak video karena cover di tengah hujan), atasan saya menyuruh saya untuk menjadikan rangkaian acara itu sebagai pelajaran karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. tanah.

Tim Rappler Indonesia juga mengikutsertakan pekerja magangnya pada saat rapat redaksi, sesuatu yang sepertinya tidak dilakukan oleh kantor lain, setidaknya sejauh yang saya tahu berdasarkan cerita dari teman-teman yang pernah magang di media lain.

Selama dua bulan magang di Rappler Indonesia, saya belajar banyak, baik melalui pelatihan, bimbingan dan masukan yang saya terima, serta ditugaskan untuk melapor langsung di lapangan bersama reporter lain atau sendirian. Berkat pengalaman mengerjakan tugas kampus dan bimbingan tim Rappler Indonesia, saya rasa secara keseluruhan saya tidak menemui banyak kendala selama magang.

Beberapa cerita yang menarik perhatian saya selama pemberitaan saya antara lain meliput warga Pasar Ikan, Jakarta Utara saat Idul Fitri karena sebelumnya saya tidak tahu bahwa mereka menolak pindah untuk tetap bekerja atau pindah sekolah. Selain itu, ketika saya mewawancarai atlet-atlet Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Rio 2016, saya menyadari betapa kerasnya kerja keras mereka untuk mengharumkan nama bangsa.

Juga ketika saya meliput festival musik tahunan We the Fest, karena saya baru pertama kali meliput dan langsung membuat artikel foto dan video untuk acara dua hari berturut-turut.

Banyak hal berkesan yang saya alami selama magang, namun yang paling saya anggap mungkin adalah rasa kekeluargaan dan keramahan tim Rappler Indonesia.

Mungkin hal-hal seperti menanyakan apakah saya ada waktu luang sebelum memberikan tugas (padahal saya magang waktu penuh), gunakan kata “tolong” dan “terima kasih”, dan ucapkan untuk tidak bekerja saat Anda sedang berlibur (atau seperti kata bos saya, “Miliki kehidupan“) mungkin dianggap sepele, tapi menurut saya, hal-hal inilah yang memberi saya keyakinan bahwa Rappler adalah media yang menepati janjinya dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. —Rappler.com

Jennifer Sidharta adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas Multimedia Nusantara. Dia magang di Rappler dari 1 Juli hingga 31 Agustus 2016.


lagu togel