Dua nelayan Indonesia kembali diculik di perairan Malaysia
- keren989
- 0
Kedua nelayan tersebut diculik ketika pemerintah ketiga negara sepakat untuk melakukan patroli terkoordinasi
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Setelah berhasil membebaskan seluruh awak kapal yang diculik di perairan Sabah, Malaysia, kejadian serupa terulang kembali. Pada hari Sabtu, 5 November, 2 nelayan Indonesia kembali diculik oleh kelompok bersenjata.
Direktur Komando Keamanan Regional Sabah Timur (ESSCom), Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, membenarkan adanya penculikan tersebut. Mereka diculik dalam dua kejadian terpisah pada pukul 11.00 dan 11.45 waktu setempat.
“Pada kejadian penculikan pertama, lima anggota kelompok bersenjata menculik seorang nelayan berusia 52 tahun. Sedangkan dua nelayan lainnya berusia 47 dan 35 tahun tertinggal,” kata Abdul seperti dikutip dari Berita Straits Times Malaysia.
Tak lama setelah insiden penculikan pertama, kelompok bersenjata tersebut menculik nelayan dari perahu lain. Tiga orang, termasuk anak korban yang berusia 10 tahun, hanya bisa menyaksikan penculikan tersebut tanpa melakukan perlawanan.
Informasi yang diterima awak kapal, kapal berlabuh di dermaga Sanakan sekitar pukul 18.40 WIB, kata Abdul.
Kelompok bersenjata berjumlah 5 orang tersebut diduga bermarkas di Pulau Tawi-Tawi. Kemungkinan kelompok tersebut masih terkait dengan Abu Sayyaf yang berada di Filipina bagian selatan.
Sebelumnya, kejadian serupa terjadi di perairan Malaysia pada Juli dan Agustus. Total ada 4 WNI yang diculik dan berhasil dibebaskan pemerintah.
Malaysia sendiri merupakan salah satu dari 3 negara yang menandatangani perjanjian patroli terkoordinasi untuk mencegah meningkatnya penculikan di wilayah tersebut. Operasi penculikan di perairan Sulu tampaknya berhasil dipadamkan setelah Presiden Rodrigo Duterte bersumpah akan membasmi kelompok Abu Sayyaf.
Bahkan, saat berkunjung ke Jakarta pada September lalu, Duterte sempat merestui militer Indonesia masuk ke perairan Filipina untuk mengadili kelompok Abu Sayyaf yang menculik WNI.
“Kali ini kami ingin lebih memperjelas bahwa jika ada pengejaran di perairan Indonesia, mereka boleh menyeberang. Pengejaran mungkin berlanjut di perairan internasional. Dan jika mereka sangat cepat, mereka juga bisa memasuki wilayah perairan Filipina dan meledakkannya,” kata Duterte di hadapan masyarakat Filipina di Jakarta. (BACA: Presiden Duterte izinkan TNI masuk ke perairan Filipina untuk mengejar kelompok Abu Sayyaf)
Namun intensifikasi patroli terkoordinasi di perairan Sulu membuka celah terjadinya penculikan di wilayah lain. Kelompok bersenjata kini secara khusus bertujuan untuk menculik warga negara Indonesia. Pasalnya, uang tebusan telah diterima jika WNI disandera.
Berdasarkan laporan yang diperoleh Rappler, Abu Sayyaf berhasil meraup pendapatan sekitar Rp97,5 miliar dari bisnis penculikan ini saja. Sebanyak Rp 27,5 miliar di antaranya bersumber dari Indonesia. (BACA: Uang Tebusan Sepuluh Miliar Rupee Dibayarkan Untuk Membebaskan Sandera WNI)
Minta bantuan pemerintah Malaysia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku mendengar kejadian penculikan tersebut dan melaporkannya kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Ia menyayangkan kejadian serupa bisa terulang kembali karena ada sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia yang beroperasi di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri juga telah meminta Pemerintah Malaysia untuk membantu proses pembebasan tersebut, kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat, Minggu, 6 November. .
Selain itu, Retno juga menghubungi penasihat perdamaian Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Jesus Dureza, untuk berkoordinasi terkait terulangnya aksi penculikan. KRI Tawau dan KJRI Kota Kinabalu berkoordinasi dengan berbagai pihak di Sandakan, termasuk perbincangan dengan para nelayan yang dibebaskan, untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai kejadian tersebut.
“Kedua WNI yang diculik tersebut merupakan pekerja legal dan bekerja di kapal penangkap ikan Malaysia. Mereka sedang mengerjakan kapal dari Buton, Sulawesi Tenggara,” kata Iqbal.
Dua kapal ikan yang mengangkut dua warga negara Indonesia (WNI) dibajak petugas bersenjata di perairan Kertam, Sabah, Malaysia. foto o/ @IqbalSongell. pic.twitter.com/i9J2WzYnNM
— Santi Dewi (@santidewi888) 6 November 2016
Pasca kejadian tersebut, pemerintah mengimbau para ABK WNI yang bekerja di Sabah untuk sementara waktu tidak melaut hingga kondisi kembali kondusif. Iqbal tak menutup kemungkinan pelaku penculikan 2 nelayan WNI tersebut sama dengan penculik 4 WNI tersebut.
“Sampai saat ini belum ada komunikasi dari penculik kepada keluarga atau pemilik kapal. Biasanya untuk penculikan yang terjadi di wilayah Malaysia, pelaku baru menghubungi antara 2-3 hari kemudian,” kata Iqbal. – dengan laporan dari Santi Dewi/Rappler.com