Dukung Ahok di bawah lindungan bulan purnama
- keren989
- 0
Sebagian massa juga menyerahkan fotokopi KTP sebagai data penangguhan Ahok.
JAKARTA, Indonesia – Malam itu, bulan purnama menyinari ribuan orang di Tugu Proklamasi, Jakarta. Mayoritas mengenakan pakaian hitam dan membawa lilin.
Tua, muda bahkan anak-anak menyanyikan lagu Pusaka Indonesia dengan khidmat. Mereka yang tidak saling mengenal sebelumnya berbaur dalam perbincangan yang topiknya tentu Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.
Keputusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang menyatakan Ahok bersalah dalam kasus dugaan penistaan agama menjadi alasan berkumpulnya semua orang. “Kalau saya lihat di televisi, saya jadi migrain. Bagaimana rasanya menjadi Bu Vero (Veronica Tan) dan keluarga, ya?” Chrissy, 40 tahun, salah seorang peserta aksi pada Rabu, 10 Mei lalu, kepada Rappler.
Ibu 3 anak ini berasal dari Grogol bersama teman-temannya yang juga pendukung Ahok. Ia tidak hadir dalam pertunjukan serupa di depan Rutan Cipinang pada Selasa malam. Kali ini ia bisa lebih leluasa menggendong anaknya karena Kamis depan adalah hari libur.
Sepanjang perbincangan, ia tak henti-hentinya mengungkapkan kekagumannya terhadap Ahok selama menjabat sebagai gubernur. Banyak hal, seperti transportasi dan administrasi, terasa lebih tertata. Tuduhan penistaan agama yang disematkan pada Ahok terasa terlalu mengada-ada.
“Kenapa dia membangunkan semuanya, termasuk masjid. TIDAK Mungkin fitnah seperti itu,” ujarnya. Maka ia memutuskan mengambil tindakan untuk menuntut pembebasan Ahok.
Rencananya, ia juga akan mengunjungi balai kota dan Mako Brimob Kelapa Dua sebagai bentuk dukungan. Chrissy tidak sendirian, ia juga akan mengajak sejumlah temannya yang merupakan pendukung Ahok.
Semangat ini tak dibawa Chrissy untuk membela Ahok saja, masih ada ribuan warga Jakarta yang merasakan hal yang sama. Ada juga yang bergerak karena merasa kebhinekaan terancam dan ingin melawan kezaliman sekelompok orang tertentu.
Turut hadir sejumlah tokoh masyarakat seperti Gus Nuril, Jajang C. Noer, dan lainnya. Selain itu, acara bertajuk ‘Malam Solidaritas Meninggalnya Keadilan’ juga digelar di kota lain, yakni Bandung, Kupang, Denpasar, Yogyakarta, dan Manado.
Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni juga membacakan pernyataan sikap atas nama Solidaritas Rakyat Jakarta untuk Keadilan.
“Kami Solidaritas Rakyat Jakarta untuk Keadilan percaya bahwa Ahok tidak bersalah. Yang dilakukan Ahok adalah melawan intoleransi dan penggunaan agama sebagai alat politik (politisasi agama) yang mencederai kemuliaan agama itu sendiri, namun ironisnya Ahok dihukum. dengan penistaan,” ujarnya. Padahal, tindakan mempolitisasi agama sebenarnya merupakan penodaan terhadap keluhuran ajaran agama itu sendiri.
Karena itu, mereka mendukung imbauan Ahok, sekaligus penangguhan penahanan yang digagas sejumlah pihak. Beberapa tokoh masyarakat, seperti Pj Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, bersedia menjadi sponsor.
Mereka juga menuntut agar Pengadilan Tinggi DKI Jakarta segera menangguhkan penahanan Ahok yang kooperatif dalam persidangan dan membebaskannya dari segala tuduhan. Mereka juga meminta Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung mengusut majelis hakim yang mengadili Ahok.
“Karena putusan pengadilan tidak biasa, mengabaikan fakta persidangan dari keterangan saksi fakta,” kata Raja. Para ahli yang terlibat utamanya adalah para ahli agama baik dari PBNU maupun MUI yang membantu Ahok, pernyataan-pernyataan yang dibuat selama interogasi terhadap terdakwa, nota pembelaan, bahkan tuntutan jaksa sendiri.
Majelis hakim disebut lebih condong dan berpihak pada keterangan saksi pelapor dan saksi ahli yang menguatkan keterangan para pelapor yang sudah memiliki kebencian terhadap Ahok, khususnya yang berafiliasi dengan FPI.
“Dan salah satu anggota Majelis Hakim, Abdul Rosyad menyebarkan propaganda tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melalui akun Facebooknya,” ujarnya.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga didesak untuk menindak semua kejahatan rasial berbasis SARA sebagai bentuk nyata perlawanan terhadap intoleransi dan radikalisme. Kedamaian dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terancam karena hal tersebut.
Aksi berakhir sekitar pukul 21.00 WIB dan massa diimbau tetap damai. Lagu Maju Tak Gentar dan Garuda Pancasila mengiringi langkah mereka.
Sebagian yang masih selamat menyerahkan fotokopi KTP sesuai arahan panitia untuk menjamin penangguhan penahanan Ahok. – Rappler.com