Empat hal tentang Idham Azis, Kapolda Metro Jaya yang baru
- keren989
- 0
Idham diketahui pernah belajar kepolisian di Akademi Militer Indonesia bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian
JAKARTA, Indonesia – Kapolri Jenderal Tito Karnavian kembali melakukan rotasi di tubuh Polri. Berdasarkan informasi yang dikutip dari Telegram Rahasia (TR) nomor ST/1768/VII/2017, ada 51 anggota polisi yang menjalani rotasi, termasuk Kapolda Metro Jaya Mochamad Iriawan.
Pria yang kerap disapa “Iwan Bule” itu dipindahkan ke Trunojoyo dan dijadikan Asisten Operasional Kapolri. Sedangkan posisi Iriawan diisi oleh Idham Azis yang sebelumnya menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.
Idham dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya di ruang sidang utama (Rupatama) Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu 26 Juli 2017.
(Membaca: Idham Azis Resmi Menjadi Kapolda Metro Jaya)
Praktis, publik kini menyoroti sosok Idham. Ia berkarir selama puluhan tahun di Korps Bhayangkara. Namanya mencuat karena berhasil melumpuhkan teroris besar bersama Tito saat masih bertugas di Densus 88 Anti Teror.
Siapa sebenarnya Idham dan bagaimana rekam jejaknya di Polri? Berikut empat hal tentang pria berusia 54 tahun itu:
1. Memulai karir dari Bandung
Idham lahir pada tanggal 30 Januari 1963 di Kendari. Beliau merupakan lulusan Akademi Kepolisian Indonesia (Akpol) pada tahun 1988. Idham kemudian mulai bertugas di kepolisian sebagai petugas Samapta (Pamapta) Polrestabes Bandung dengan pangkat Inspektur Polisi Dua (Ipda).
Karirnya dinilai cukup baik karena pada tahun berikutnya, Idham diangkat menjadi Kepala Urusan Pembinaan Lalu Lintas Polrestabes Bandung. Tak lama setelah ia menduduki posisi itu, ia kembali dipromosikan. Idham diangkat menjadi Kapolsek Dayeuh Kolot Bandung Resort pada tahun 1991 dan kemudian dimutasi ke Kapolsek Majalaya Resort Bandung pada tahun 1993.
2. Teman Tito
Hubungan Idham dengan Tito Karnavian diketahui sangat erat. Sebab, pada periode yang sama, yakni 1983 – 1987, mereka mengikuti pelatihan kepolisian di Akademi Militer Indonesia.
Idham merupakan perwira lulusan Akabri angkatan 1987 yang meraih pangkat bintang bersama Tito, Kakorlantas Polri Agung Budi Maryoto, dan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw. Idham dan nama-nama tersebut dipromosikan cukup cepat, bahkan mengungguli beberapa seniornya.
Idham dan Tito juga berada di satuan yang sama saat sama-sama tergabung dalam Densus 88 Anti Teror. Tito menjabat sebagai Ketua Densus, sedangkan Idham menjabat sebagai Wakil Ketua Densus. Keduanya pun mendapat promosi luar biasa atas perannya yang berhasil melumpuhkan dalang bom Bali asal Malaysia, Dr. Azhari di Batu, Malang pada tanggal 9 November 2005.
3. Ahli pemburu teroris
Setelah keberhasilannya mendapatkan Dr. Azhari, Idham kemudian dilantik menjadi Kapolda Sulteng pada 2014. Rupanya, pengalaman panjangnya di Densus 88 Anti Teror dimanfaatkan Idham untuk menangkap teroris lain di Poso.
Rupanya, dalam waktu dua bulan menjabat, Idham berhasil menangkap dua terduga teroris, Farid Makruf dan Ahmad Wahyono, yang terlibat jaringan teror Santoso di Poso. Pada tahun 2015, ia berhasil melumpuhkan Daeng Koro alias Abu Autad melalui Operasi Camar Maelo 1.
Saat masih bertugas di Densus 88 Antiteror, Idham juga berhasil menangkap terduga teroris Arif Hidayat di Desa Susukan, Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Ia berhasil menyita berbagai barang bukti, termasuk bahan peledak.
4. Penuh pengalaman
Selama berkarir di Mabes Polri, Idham sudah banyak mengonsumsi asam dan garam serta memiliki pengalaman. Sebelum menjabat Kadivpropam Polri, ia menjabat sebagai Kapolres Jakarta Barat. Saat itu, ia berhasil mengungkap kasus pembunuhan artis sinetron Hanny Wahab.
Berkat kesuksesannya, Idham kemudian diangkat menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda Metro Jaya. Beberapa kasus pernah ditanganinya, antara lain pengungkapan sindikat perampokan kontainer berisi ribuan laptop, kasus pembunuhan berantai 10 remaja, dan kasus pemalsuan dokumen penjualan tanah yang berujung pada Wakil Ketua Kadin pada 2009. , Sandiaga Uno .
Kemudian pada tahun 2013, Idham dirotasi menjadi Direktur Tindak Pidana Korupsi Mabes Bareskrim Polri. Kasus besar yang ditanganinya adalah kasus korupsi di PT Salmah Arwana Lestari (PT SAL) yang melibatkan nama Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri.
Di pengadilan, Susno terungkap menerima hadiah senilai Rp500 juta untuk mempercepat penyidikan kasus di perusahaan tersebut. Susno juga diketahui memotong dana keamanan Pilgub Jabar sebesar Rp4 miliar.
Kasus lain yang ditanganinya selama menjabat posisi tersebut adalah penangkapan mantan Bupati Merauke, Gluba Gebze yang buron karena kasus korupsi. – Rappler.com