Fakta Film ‘Aruna dan Lidahnya’
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia — Setelah sukses dengan film pertamanya PosesifPalari Films kembali lagi tahun ini dengan Aruna dan lidahnya. Film ini diadaptasi secara longgar dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak yang dirilis pada tahun 2014.
Setelah proses syuting selesai, Palari Films mengajak media untuk memberikan sedikit bocoran mengenai film ini pada Kamis, 31 Mei. Simak beberapa fakta tentang film tersebut Aruna dan lidahnya yang dirangkum Rappler di bawah ini.
Siapa saja aktor yang terlibat?
Sejauh ini baru empat pemeran utama yang diumumkan akan terlibat dalam film ini. Mereka adalah Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Hannah Al-Rasyid dan Nicholas Saputra. Nama keempat aktor ini pastinya sudah tidak asing lagi di dunia layar lebar Tanah Air, sehingga sepertinya penampilan mereka kali ini patut untuk dinantikan.
Dian Sastrowardoyo berperan sebagai Aruna, seorang ahli hama yang memiliki hubungan romantis dengan makanan. Oka Antara berperan sebagai Farish, mantan rekan sekantor Aruna yang tak sengaja bertemu kembali. Hannah Al-Rasyid berperan sebagai Nad, seorang kritikus kuliner yang memiliki pendapat kuat dan tajam, tidak hanya dalam bidang memasak. Sedangkan Nicholas Saputra berperan sebagai Bono, seorang chef sekaligus teman Aruna yang juga suka mencari kuliner baru untuk dijadikan inspirasi.
Meski kembali dibintangi Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo mengaku film ini cukup istimewa. Sebab baru kali ini ia bisa mengeksplorasi sisi persahabatannya dengan Nico yang sebenarnya lebih mendekati kenyataan.
“SAYA sudah berapa kali Nico bekerja bersama dan selalu berpasangan pasangan. Ketika dalam kehidupan nyata kami benar-benar teman baik. Saya tidak selalu bertemu, saya tidak selalu berbicara, tetapi saya melihat pribadi “Ini film pertama yang ditawarkan kepada kami berdua, namun menawarkan dinamika yang berbeda,” kata Dian dalam jumpa pers yang digelar di Ekologi, Kemang, Jakarta Selatan.
Siapa sutradaranya?
Film ini disutradarai oleh Edwin, seorang sutradara yang telah berkecimpung di dunia film selama lebih dari 15 tahun. Awalnya, Edwin fokus memproduksi film dalam dan namanya tercatat sebagai salah satu sutradara Indonesia yang berprestasi di berbagai festival film dunia.
Tahun lalu ia membuat film komersial pertamanya dengan Palari Films, Posesifyang membuat Edwin mendapatkan penghargaan Piala Citra untuk sutradara terbaik.
(BACA JUGA: ‘Posesif’, bukan hanya film remaja)
Apa sinopsisnya?
Film ini akan menceritakan kisah persahabatan empat orang berusia 30-an. Aruna, Farish, Nad dan Bono akan jalan-jalan bersama sambil mencicipi makanan khas Indonesia, sambil berbagi cerita dan pandangan tentang kuliner, persahabatan, hubungan cinta dan masih banyak lagi. Isu saat ini yang saat ini sedang hangat di Indonesia.
Mengapa Palari Films tertarik mengangkat kisah ini?
Saat Edwin pertama kali membaca novel tersebut Aruna dan lidahnya, dia teringat betapa asyiknya ngobrol dan berdiskusi di meja makan. Novel tersebut berkisah tentang empat orang yang bertukar pikiran tentang berbagai topik, mulai dari masalah pribadi hingga masalah negara, sambil menyantap kuliner.
“Bagi saya pribadi, sebagai pembuat film, itu salah satu bahan yang bagus untuk diolah dalam media film, bagaimana kami ingin melihat orang-orang mengekspresikan pemikirannya, keprihatinannya, di depan makanan,” ujarnya.
Seberapa mirip skenarionya dengan novel?
Film ini diadaptasi secara longgar dari sebuah novel. Apa artinya?
“Kami terinspirasi oleh Aruna dan lidahnya, dari karakter Aruna, Farish, Nad, Bono. Ya, kami sedang bekerja dengan karakter-karakter ini di film. Kemudian di film ini kami memiliki interpretasi terhadap karakter yang kami adaptasi. “Dari situ ada hal-hal, ada konflik-konflik yang tidak ada di buku, tapi kami jahit menjadi sesuatu yang baru di film.” kata produser Palari Films, Meiske Taurisia.
Yang pasti kota yang dikunjungi tidak akan sebanyak di novel, dan karena film memiliki durasi tertentu, tidak semua cerita di novel bisa dirinci dalam skenario.
“Tetapi tentu saja kami tidak melepaskan esensi dari buku itu sendiri,” kata Meiske.
Apa genrenya?
Film ini berakar pada drama, namun menurut Edwin, film ini adalah “drama dengan banyak bumbu”.
Sedangkan Dian Sastrowardoyo menilai film ini memiliki unsur drama komedi, namun memiliki bobot yang cukup berat dibandingkan film komedi Indonesia lainnya. Alasan tersebut pula yang menambah minat Dian untuk terlibat dalam film ini.
Di mana syuting dilakukan?
Syuting dilakukan di empat kota yaitu Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, dan Singkawang.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk syuting?
Syuting berlangsung 25 hari.
Kapan akan ditayangkan?
Setelah proses syuting selesai pada tanggal 25 Mei sekarang Aruna dan lidahnya akan memasuki level tersebut setelah produksi. Rencananya film ini bisa dinikmati mulai akhir September, namun belum ada tanggal pastinya. Mari kita tunggu bersama! —Rappler.com