• November 23, 2024

Festival Belok Kiri terancam dibatalkan

Panitia harus mendatangi Polsek Menteng, Polres Jakarta Pusat, dan Polda Metro Jaya untuk mendapatkan tanggapan atas pemberitahuan tersebut.

JAKARTA, Indonesia—Panitia Festival Kiri Draai, sebuah ajang pameran kritik terhadap pelanggaran HAM dan kekerasan, terancam dibatalkan karena tekanan dari kelompok intoleran. Kelompok tersebut mengancam akan membubarkan acara festival Draai Links karena dianggap berbau komunisme.

Indraswari Agnes, salah satu pengurus Kiri Draai mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah mendapat izin dari Balai Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki pada 18 Februari lalu. Yakni berupa stempel pemberitahuan dari Polsek Menteng.

“Kemudian tanggal 22 Februari tiba-tiba PKJ meminta kepada Bu Dolorosa Sinaga (panitia) untuk meminta surat balasan ke Polsek Menteng, bukan sekedar pemberitahuan,” kata Agnes kepada Rappler, Sabtu, 27 Februari. PKJ juga memberikan contoh surat balasan terkait.

Agnes menambahkan, sebelum PKJ meminta surat balasan ke Polsek, spanduk Belok Kiri yang dipasang sejak 22 Februari, sudah diturunkan pada 23 Februari.

Dolorosa kemudian datang ke Polsek Menteng pada hari yang sama. Di Polsek, polisi sempat kebingungan, karena biasanya pemberitahuan saja sudah cukup. Selama tiga hari, 22-23 hingga 25 Februari, panitia berkonsultasi dengan Polsek.

Terakhir, pada 25 Februari, polisi yang bertugas di Menteng meminta Dolorosa dan anggota panitia lainnya melapor ke Polres Metro Jakarta Pusat.

Keesokan harinya, 26 Februari, Dolorosa bersama panitia lainnya mendatangi Polres Metro Jakarta Pusat untuk meminta surat jawaban yang dimaksud. Namun karena acara kami dinilai besar dan pengunjungnya juga dari luar Menteng, kami disarankan untuk melaporkannya ke Kesbangpol Polda Metro Jaya, kata Agnes.

Di Polda, alih-alih mendapat surat balasan, malah diserahterimakan selebaran dari kelompok tertentu kepada panitia yang menolak kesempatan tersebut.

Siapa mereka?

Mereka adalah sejumlah organisasi masyarakat seperti Pemuda Cinta Tanah Air (PECAT), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PW GPII Jakarta Raya), Koordinator Pusat Brigade Mahasiswa Islam Indonesia (PII Korps Brigade), Gerakan Pemuda Islam Indonesia Korps Mahasiswa Lembaga Bantuan Hukum (LBH) DUTA, (KOPMA), Front Aktivis Jakarta (FROAJA), Himpunan Mahasiswa Lombok (HIMALO).

Kelompok tersebut mengadakan konferensi pers kemarin, 26 Februari. Mereka membeberkan alasan mengapa mereka menolak diadakannya festival tersebut.

“Berdasarkan hati nurani dan kesadaran akan tanggung jawab sebagai pemuda Indonesia terhadap pelataran sejarah perjuangan rakyat, kami meminta kepada pemerintah untuk membubarkan pelaksanaan Festival Belok Kiri dan Ketetapan MPR Nomor 26 Tahun 1966,” kata Koordinator Presedium, Ujang Rizwansyah.

Ujang mengatakan NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945 merupakan jalan lurus bagi Indonesia. Saat ini, sekelompok orang yang menganut ideologi sayap kiri sedang mengadakan festival sayap kiri. Padahal, sampai saat ini TAP MPR No. 26 Tahun 1966 tentang Larangan Komunisme di Indonesia. Ketentuan hukum tersebut masih berlaku hingga saat ini sehingga penyebaran komunisme merupakan bentuk perlawanan terhadap hukum.

Benarkah peristiwa ini berbau komunisme?

Dari selebaran yang diterima Rappler, judul yang diangkat untuk festival ini adalah ‘Menolak Propaganda Orde Baru’. Festival ini diselenggarakan oleh sejumlah lembaga dan individu yang terlibat dan percaya pada gerakan sayap kiri, lembaga pro demokrasi, individu pro demokrasi, aktivis demokrasi dan aktivis gerakan sosial.

Kegiatan ini dilakukan dengan kesadaran bahwa meskipun Orde Baru telah runtuh sejak tahun 1998, namun praktik-praktik yang mengarah pada Orde Baru tetap tumbuh subur di Indonesia. Praktik-praktik tersebut antara lain pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan negara terhadap masyarakat, ketidakadilan sosial, diskriminasi, distorsi sejarah dan lain-lain.

Tujuan dari festival ini adalah untuk membuka mata masyarakat betapa salahnya propaganda anti sejarah Orde Baru yang memposisikan gerakan kiri, komunisme, dan sosialisme dalam arti tertentu sebagai momok yang menakutkan.

“Padahal jika kita mengkaji sejarah dengan jujur, ternyata komunisme, kiri, sosialisme menjadi nafas utama perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Hampir seluruh bapak bangsa Indonesia adalah orang-orang yang mengkaji dan meyakini cita-cita komunisme yang sama,” kata panitia.

Siapa yang akan muncul?

Belok kiri telah disiapkan sejak setahun terakhir. Kegiatan utamanya meliputi menulis dan membuat ilustrasi untuk buku Sejarah Gerakan Kiri di Indonesia untuk Pemula. Tidak kurang dari 32 seniman visual dan kelompok seniman serta 27 institusi terlibat dalam pembuatan buku ini.

Buku ini sendiri memuat sejarah gerakan sayap kiri di Indonesia yang selama ini dihapuskan oleh rezim Orde Baru dari sejarah resmi Indonesia. Peluncuran buku dan pameran ilustrasinya merupakan salah satu acara utama di Linksdraai.

Diskusi dalam berbagai format, pemutaran film, workshop menggambar, dan festival musik menjadi kegiatan yang akan diselenggarakan pada festival ini.

Masih ditahan

Sementara meski belum mendapat tanggapan dari Polda Metro Jaya, panitia tetap menggelar festival ini. Menurut Agnes, festival tersebut akan digelar di halaman TIM. “Kita bisa berkumpul,” katanya.

Festival ini dibuka hari ini, Sabtu, 27 Februari, mulai pukul 14.00 siang hingga pukul 21.00 malam. Pembukaannya akan dimeriahkan paduan suara penyintas tragedi Dialita 1965, Sanggar Ciliwung, serta beberapa seniman lainnya. Festival ini berlangsung seminggu hingga Sabtu 5 Maret.

Hingga berita ini diturunkan, Humas Polda Metro Jaya dan PKJ Taman Ismail Marzuki belum dihubungi.—Rappler.com

BACA JUGA

Pengeluaran Sidney