• November 26, 2024

Festival kuliner lintas agama ini diprotes komunitas anti-Syiah

Komunitas anti-Syiah mempermasalahkan kemunculan warga Syiah di depan umum.

JAKARTA, Indonesia – Acara masak-memasak “Festival Kuliner Lintas Umat Beragama” bertajuk “Ayo Makan, Mari Bersahabat” di depan Alun-Alun Kota Bekasi pada Minggu, 17 Januari, diprotes kelompok anti Syiah dan Ahmadiyah. Menurut mereka, peristiwa tersebut menghina agama Islam.

Pernyataan protes tersebut disampaikan Ketua Daerah Persatuan Islam Kota (Persis) Bekasi Beben Mubarok dan Sekretaris Wildan Hasan.

Menurut keduanya, Syiah dan Ahmadiyah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia, namun berani tampil di depan publik. “Anda bisa melihat betapa beraninya mereka tampilan kekuatan di pusat kota dan di depan Masjid Raya Al Barkah yang menjadi simbol keagamaan umat Islam di Bekasi,” ujarnya seperti dikutip dari media.

Apa sebenarnya tujuan dari acara memasak ini?

Menurut informasi dari Hardya Pranadipa, program officer Search for Common Ground Indonesia, program ini merupakan gagasan Komunitas Rujak Suci, lembaganya, dan 12 organisasi kepemudaan berbasis agama lainnya.

“Aksi ini merupakan respons terhadap aksi bom dan penyerangan yang terjadi di Sarinah beberapa hari lalu. “Penyelenggara meyakini terorisme harus dihadapi dengan persatuan masyarakat dan aksi damai yang lebih vokal,” ujarnya kepada Rappler, Rabu, 20 Januari.

Common Ground adalah organisasi nirlaba internasional yang bekerja di bidang transformasi konflik. Organisasi yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 2002 ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia yang majemuk, damai dan tanpa kekerasan, melalui kerja sama dan kemampuan mengelola konflik. Informasi mengenai Pencarian dapat diperoleh melalui web.

Dalam acara ini selain Common Ground hadir 12 ormas kepemudaan keagamaan antara lain Forum Pemuda Lintas Agama Bekasi, Pemuda STFI Sadra, Pemuda Nusantara, Teraz, Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia, OASE, AMSA, Pemuda HKBP Filadelfia, GP Ansor, Fatayat , Pemuda Theravada Indonesia, dan Majelis Tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan itu mereka mendirikan berdiri yang berisi makanan dan minuman, serta tampilan kesenian seperti pencak silat dan secara akustik di atas panggung. Para peserta juga mengikuti lomba memasak dan berbagai permainan yang membangun kerjasama di antara mereka.

Dipa melanjutkan, media kuliner dipilih karena makanan dianggap dapat mempererat silaturahmi.

Diproses oleh polisi

Saat acara berlangsung, menurut Dipa, tanda-tanda penolakan terhadap acara tersebut sudah terlihat. Namun acara tersebut tidak dibubarkan. “Sampai acara selesai, yang ada hanya laporan dari kalangan anti Syiah,” ujarnya.

Panitia kemudian dipanggil Polres Bekasi untuk menginterogasi seluruh pihak yang terlibat.

Setidaknya ada dua hal yang diminta saat pemeriksaan panitia, materi acara dan izin.

Dari hasil pemeriksaan, hingga saat ini, menurut Dipa, belum ada indikasi peristiwa tersebut mengandung penodaan agama seperti yang dituduhkan kelompok anti Syiah.

Sumber Rappler di kantor polisi yang mengetahui materi investigasi membenarkan hal ini. “Untuk saat ini belum ditemukan tindak pidana penodaan agama, karena tidak ada tayangan dalam kegiatan tersebut, hanya kegiatan kuliner yang juga melibatkan anak yatim piatu,” kata salah satu penyidik ​​Bareskrim.

Namun, sumber tersebut mengatakan acara kuliner lintas agama tersebut tidak memiliki izin. Dipa yang mewakili panitia membenarkan hal tersebut. Menurut pengakuannya, panitia mengurus izin dari perantara, namun ternyata proses perizinannya tidak ditangani di tiga lembaga.

Panitia mengaku melewatkan izin tersebut. Padahal mereka memberi sejumlah uang kepada jurnalis tersebut, kata sumber tersebut.

Mengadu ke walikota

Untuk mengatasi permasalahan ini, selain melalui jalur hukum, panitia juga mengupayakan dialog. Menurut Dipa, panitia kuliner lintas agama itu akan bertemu dengan komunitas anti Syiah di ruangan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pagi ini.

Panitia berencana menjelaskan visi dan misi lembaga serta tujuan acara. Setelah itu, giliran komunitas anti Syiah yang menyuarakan protesnya kepada walikota.

Hingga berita ini diturunkan, dialog kedua kubu masih berlangsung.—Rappler.com

BACA JUGA

Sidney hari ini