Film ‘Banda’ mengungkap sejarah kelam yang nyaris terlupakan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Film dokumenter ‘Banda The Dark Forgotten Trail’ tidak hanya berkisah tentang pala, tapi juga masyarakat yang tinggal di pulau tersebut.
JAKARTA, Indonesia — Berapa banyak anak muda yang tertarik dengan sejarah Indonesia? Ada yang tahu kalau Banda punya peran penting sehingga penjajah saat itu ingin menukarnya dengan Nieuw Amsterdam (yang sekarang bernama Manhattan, New York)?
Untuk menyelesaikan konflik ini, Perjanjian Breda ditandatangani pada tanggal 30 Juli 1677 antara Belanda dan Inggris.
Dalam perjanjian tersebut, salah satu pulau kecil di Kepulauan Banda yaitu Pulau Run diserahkan kepada Belanda yang sebelumnya dikuasai Inggris. Sebagai imbalannya, Inggris mendapatkan Nieuw Amsterdam yang sebelumnya dikuasai Belanda.
Pertempuran yang berakhir dengan Perjanjian Breda ini terjadi karena Belanda menginginkan pala yang banyak diproduksi di Pulau Banda.
(BACA: ‘Banda The Dark Forgotten Trail’ mengeksplorasi sejarah perdagangan rempah-rempah Indonesia)
Sejarah penting seperti ini ingin dihidupkan kembali melalui film dokumenter Banda Jejak Gelap yang Terlupakan yang diproduseri oleh Sheila Timothy dan disutradarai oleh Jay Subiakto. Film berdurasi 94 menit ini ditulis oleh Irfan Ramli.
Selain menyoroti kehebatan Pulau Banda karena palanya, film dokumenter ini juga menyoroti kisah kelam yang terjadi di pulau di Maluku ini.
Genosida pertama di Indonesia terjadi di Pulau Banda saat VOC tiba. Kejadian ini menimbulkan kegaduhan di Banda sehingga banyak penduduk asli yang memutuskan bersembunyi dan bermigrasi.
Menurut Irfan, sejarah kelam tersebut patut dijadikan pembelajaran untuk saat ini. Lihat bagaimana masyarakat bisa berebut sengketa pertanahan seperti yang terjadi antara VOC dan masyarakat Banda saat itu.
“Jika melihat sejarah, kekayaan alam bisa merusak ketentraman warga Banda. Kita harus bisa belajar dari sejarah, kata Irfan dalam acara Rappler Talk: Behind the film Banda The Dark Forgotten Trail yang digelar pada Kamis, 20 Juli di Go-Work Co-Working Space, Jakarta Pusat.
(BACA: Rappler Talk: Dibalik Film ‘Banda The Dark Forgotten Trail’)
Sejalan dengan tekad produser, film ini mempunyai pesan penting bagi setiap penontonnya. Pesan ini sempat dibagikan oleh Sheila.
“Sejarah itu penting dan harus ada dampakuntuk saat ini,” kata Sheila yang juga menjadi salah satu narasumber bersama Irfan dan Jay.
Sheila sendiri mengaku target film ini adalah anak muda. Namun, ia juga tak memungkiri bahwa film dokumenter sebenarnya tidak sesuai dengan target pasarnya. Namun, ia menyatakan tidak akan menyajikan film sejarah ini dalam bentuk fiksi.
“Jika film ini dijadikan fiksi, pasti ada beberapa segmen yang tidak bisa dimasukkan ke dalam film fiksi. “Itulah mengapa kami memilih film dokumenter,” kata Sheila, yang merupakan sutradara film layar lebar seperti Pintu Terlarang.
(TONTON: Trailer film ‘Banda The Dark Forgotten Trail’)
Jay yang berperan sebagai sutradara menambahkan, salah satu lagu grup indie yakni Baradasar akan menjadi salah satu lagu pengiring di film ini. Alasannya karena lagu tersebut cocok dan disukai banyak anak muda saat ini.
“Saya sendiri menyukai band indie. “Mereka sangat orisinal, punya warna tersendiri, dan liriknya sangat cocok dengan film ini,” kata Jay.
Selain Bara Suara, narasi bahasa Indonesia pada film ini akan dibawakan oleh aktor Reza Rahadian. “Bagi saya, narator tidak bisa dijadikan bahan lelucon. Karena ada ironi, ada juga penekanannya, kata Jay.
Bagi anda yang ingin menonton film Banda: Jejak Gelap yang Terlupakan Jadi, Anda harus bersabar untuk beberapa waktu lagi. Film baru ini rilis pada 3 Agustus 2017 dan bisa dinikmati di bioskop Tanah Air. —Rappler.com