Filosofi pencuri teriak pencuri The Great Thief
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Kemarahan masyarakat terhadap keserakahan koruptor diutarakan secara jenaka oleh Agus Noor dan tim kreatif panggung Indonesia Kita. Ruangan Graha Bhakti Budaya dipenuhi penonton yang tak henti-hentinya tertawa menikmati respon para pemain di panggung bertajuk Pesta Pencuri, yang dilaksanakan sebanyak tiga kali, pada tanggal 21-22 Juli 2017 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Ini merupakan produksi Indonesia Kita yang ke-24.
Sebenarnya kita tidak hanya marah pada koruptor. Kita juga patut geram melihat ada kelompok yang menganggap koruptor sebagai pahlawan. Tersenyumlah sambil mengenakan rompi oranye. Sebuah ironi yang digambarkan oleh William Shakespeare seperti dikutip Agus Noor, “Perampok yang tersenyum mencuri sesuatu dari pencurinya.” Para pencuri tidak lagi bekerja secara diam-diam, melainkan terang-terangan, seperti perampok yang bekerja siang hari.
Karena itulah pencuri membutuhkan selendang ajaib Wewe Gombel yang berfungsi seperti itu jubah tak kasat mataini harry potter. “Soalnya kalau saya mencuri dan menemui pemilik rumah, saya malu. Bukan enak,” kata Cak Lontong.
Di atas panggung, penonton melihat gambaran situasi yang kita alami, melalui reaksi cerdas komedian Cak Lontong dan Akbar, lawakan ala Mataraman dari trio Gareng Rakasiwi, Wisben Antoro dan Joned, penampilan panggung Inayah Wahid, Happy. Salma dan Alexandra Gottardo, serta duet maut yang membuat Marwoto dan Susilo Nugroho tertawa.
Diskusikan filosofi pencuri yang menangis pencuri. Inilah pesan utama dari pertunjukan 2,5 jam tersebut. Lalu lagunya, Romo Cat ini yang dibawakan oleh penyanyi kondang Silir Pujiwati pun membuka acara tersebut. Dua orang pencuri, Cak Lontong (Lies Hartono) dan Insan Nur Akbar berbincang selama setengah jam, misalnya berdiskusi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan maling. “Kalau ada yang teriak maling… maling, jangan lari. Hanya sebuah langkah biasa. Mereka belum tentu meneriaki kita. “Jangan lupa tersenyum,” kata Cak Lontong.
Koruptor merupakan strata tertinggi dalam dunia pencurian. Ada kode etik bagi pencuri, di antaranya, kata Cak Lontong, jangan mencuri di rumah oknum koruptor. “Karena hartanya haram, kita kena haram dua kali,” ucapnya. Penonton gerrrr…tertawa. Termasuk Menteri Agama Lukman Saifuddin yang menyaksikan pertunjukan pada Sabtu malam, 22 Juli 2017.
Cak Lontong dan Akbar berencana “naik kelas” dengan mencuri selendang sakti Wewe Gombel yang dikuasai sosok bernama Pencuri Hebat.
Cerita kemudian berpindah ke suasana di rumah mewah Nyai Salma yang diperankan aktris Happy Salma. Ia mengaku kehilangan harta berharga yang disimpan di dalam kotak (yang ternyata adalah selendang).
Nyai Salma yang terus berganti suami membicarakan hal ini dengan putrinya, Noni yang diperankan aktris Alexandra Gottardo, dan Si Mbok, pengurus rumah tangga yang diperankan Inayah Wahid.
Saat Nyai Salma kesal karena syalnya hilang, muncullah dua orang “penjaga” yang diperankan Susilo dan Marwoto. Keduanya mengenakan seragam lengkap dengan lencananya.
Nyai Salma kesal karena merasa banyak membantu “penjaga”, kenapa rumahnya masih dicuri. Susilo dan Marwoto disuruh mencari pencurinya.
Trio GAM muncul, ketiganya juga pencuri. Mereka mengingatkan kita bahwa ada lima sila dalam mencuri. Diantaranya, jika mencuri jangan berlebihan. “Kalau ada dua sepeda, jangan dicuri semuanya, nanti yang berikutnya akan dicuri, menuntut,” kata Gareng. Pencuri terus-menerus. Ia pun mengingatkan kedua rekannya untuk menghormati senior dan menjaga musyawarah mufakat dalam melakukan pencurian. Jleb.
Kedua wali Marwoto dan Susilo mencari kambing hitam untuk memenuhi perintah Nyai Salma untuk menemukan harta berharga selendang sakti. Keduanya menilai sosok Gareng paling cocok, menjadi korban, dipaksa mengaku sebagai pencuri harta benda Nyai Salma. Goreng, babak belur.
Taktik Cak Lontong dan Akbar mendekati Noni untuk mencuri selendang “merah jambu tua alias merah”. Mbok sudah curiga sejak awal. Namun Noni yang diberi peran sebagai gadis lugu, dan menurut Cak Lontong “agak bodoh”, tertarik pada Cak Lontong yang mengaku sebagai Pangeran Polim Kerajaan Antasari. Noni mengambil selendang itu dari kamar ibunya.
Adegan bergeser ke suatu tempat mistis yang diyakini sebagai lokasi Pencuri Besar. Inayah si Mbok yang dibungkus semacam kotak kain mengaku sebagai pencuri ulung. Ia menggoda Cak Lontong dan Akbar yang mendapat selendang palsu, KW Lima.
“Aku menyimpan selendang Wewe Gombel yang asli,” kata Si Mbok. Inayah bermain bagus dan banyak melepaskan tembakan tajam, termasuk kepada Nusron Wahid yang menyaksikan pertunjukan tersebut.
Salah satu dialog yang menggelitik di sini adalah menjadikan selendang ajaib sebagai pencuri sebagai sosok yang “baik”.paria“.
Rekayasa alur
Berbelok Di akhir lakon, sebenarnya Pencuri Hebat itu adalah Nyai Salma. Tampil dengan kostum sporty dan seksi, Nyai Salma yang biasa mengenakan kebaya Kartini mengungkapkan kekecewaannya kepada semua pihak termasuk Si Mbok yang mengkhianatinya dan mencuri selendang yang ternyata KW.
Nyai Salma mengaku merekayasa sebuah plot yang membuatnya kehilangan selendang sakti yang sepertinya masih bisa ia kendalikan. Menciptakan situasi kacau, sehingga semua orang saling tuduh. Pencuri, teriak pencuri. “Saya akan selalu menjadi Pencuri Hebat”, yang tertinggi di antara semua pencuri. Kami akan mencuri seluruh alam semesta. Dan hati nurani mencuri,” kata Nyai Salma.
Agus Noor dalam catatan pengantar pementasannya mengatakan, ketika ia menyusun program Indonesia Kita setahun lalu, ia tidak menyangka lakon Partai Para Pencuri akan cocok dan sangat kontekstual dengan situasi saat ini.
“Tentunya kita sudah lama mengetahui adanya perilaku koruptif yang secara halus menggunakan uang negara untuk kepentingan pribadi,” tulis Agus, penulis cerpen yang hampir selalu masuk dalam cerpen pilihan. Kompas.
Agus mengutip novelis Megan Whalen Turner dalam novelnya yang berjudul, Pencuri, “pencuri sulit membuat keributan.” Menurutnya, penyaluran anggaran dan proyek kini bukan hanya lunak, tapi nyaris tak tahu malu.
Para pencuri uang negara bahkan tampak bersatu untuk melakukan perlawanan ketika merasa habitatnya terganggu, kata Agus. Karena pencuri bersatu, mereka tidak dapat dikalahkan. Mengerti pada titik ini, bukan? – Rappler.com