GMF AeroAsia bersaing di industri perawatan pesawat
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC), ada sejumlah industri yang masih didorong untuk bersaing di kawasan ini. Salah satunya adalah industri pemeliharaan, perbaikan dan renovasi (MRO), atau pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pemerintah membebaskan bea masuk terhadap 21 pos tarif komponen pesawat terbang melalui paket kebijakan ekonomi kedelapan, menyusul empat pos tarif komponen pesawat terbang yang diusulkan Kementerian Perindustrian untuk dihapuskan pada tahun 2013.
“Industri penerbangan semakin efisien dan memiliki daya saing sehingga dunia usaha industri dalam negeri memiliki daya saing menghadapi persaingan, khususnya menghadapi AEC,” kata Saleh saat membuka fasilitas operasi MRO Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia mengunjungi Bandara Soekarno. daerah. Hatta, Tangerang, Banten, akhir pekan lalu.
Dalam rapat terbatas tanggal 29 Februari, Presiden Joko Widodo mengingatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tidak hanya memikirkan keuntungan ekonomi saja, namun juga menjamin daya saing daerah dan perannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
GMF AeroAsia merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia, badan usaha milik negara yang bergerak di bidang penerbangan.
Menurut Saleh, saat ini sebanyak 70 persen penerbangan yang dioperasikan di Indonesia masih menjalani perbaikan dan pemeliharaan di perusahaan MRO luar negeri.
“Sebagian besar renovasiberada di luar negeri. Dengan adanya insentif dan stimulasi dari pemerintah, industri MRO kami tetap antusias untuk menarik peluang tersebut kembali ke Indonesia. “Pesawat yang terbang di Indonesia idealnya dilayani di Indonesia,” kata Saleh.
Mengutip catatan Kementerian Perindustrian, layanan penerbangan rute nasional mengalami peningkatan sebesar 18 persen pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013, disusul peningkatan sebesar 32 persen pada rute internasional.
Sementara lalu lintas barang nasional mengalami peningkatan sebesar 91 persen dan rute internasional sebesar 71 persen.
Diperkirakan saat ini terdapat 63 maskapai penerbangan nasional, dengan populasi 657 pesawat, didominasi 231 pesawat seri Boeing 737.
Selain itu, terdapat 182 pesawat lainnya milik sekolah penerbangan serta perusahaan perkebunan dan pertambangan.
Pemerintah juga menerbitkan PP no. 69 Tahun 2015 tentang Impor dan Penyerahan Alat Angkut Tertentu serta Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkut Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang intinya memberikan insentif PP yaitu tidak dipungut nilai PPN. berbagai jenis alat angkut, salah satunya adalah pesawat terbang.
Kementerian Perindustrian juga telah memfasilitasi pertumbuhan industri komponen pesawat terbang untuk mencapai kemandirian Industri Penerbangan Nasional (Industri Pesawat Terbang, Industri Komponen Pesawat Terbang, dan Industri Jasa Perawatan Pesawat Udara) yang dapat dicapai pada tahun 2025.
“Beberapa industri komponen pesawat terbang telah tumbuh dan berkembang serta tergabung dalam Asosiasi Produsen Komponen Pesawat Terbang Indonesia (INACOM),” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Angkut, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti. Putu Suryawirawan kepada Rappler, Minggu malam, 6 Maret.
Antara lain berbagai produk komponen yang dihasilkan kaca depan, interior, penyemaian rotator, roda pendaratan, aeronautika, kubah, dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan PT Dirgantara Indonesia dalam pembuatan pesawat N-219.
Saleh mengatakan, pemerintah berharap GMF AeroAsia memanfaatkan produk komponen dan menjalin kerja sama dengan industri komponen dalam negeri untuk mendukung kegiatan pelayanan pemeliharaan udara, sehingga industri komponen dalam negeri berkembang dan terjadi efisiensi serta penghematan devisa negara.
Fasilitas terlengkap di dunia
Menurut Komisaris Utama GMF dan Direktur Pemeliharaan dan Teknologi Informasi PT Garuda Indonesia Tbk Iwan Joeniarto, pihaknya mengapresiasi dukungan pemerintah yang memberikan dampak positif bagi perkembangan industri ini.
Daya saing yang kuat membuat industri nasional percaya diri dan mampu bersaing dengan operator asing. GMF juga optimis untuk terus berekspansi karena peluang yang terus terbuka. Saat ini terdapat 2.500 karyawan yang bekerja di GMF AeroAsia yang awalnya merupakan divisi teknologi Garuda Indonesia.
Fasilitas perawatan pesawat dilakukan di kawasan berikat GMF seluas 972.123 meter persegi di Cengkareng. “Kami memiliki empat hanggar, hanggar keempat merupakan hanggar terbesar di dunia seluas 66.940 meter persegi,” kata Iwan.
Di salah satu fasilitas operasional, kata Iwan, pihaknya juga sedang mengerjakan pengecatan lebih dari 30 pesawat milik Virgin Atlantic.
Hingga saat ini, GMF telah mendapat kepercayaan dari ratusan pelanggan yang tersebar di 60 negara. Di Indonesia sendiri pelanggan utamanya adalah Garuda Indonesia, Citilink dan Sriwijaya Air. Sementara beberapa maskapai dari luar negeri seperti KLM (Belanda), Saudi Arabian Airlines (Arab Saudi), Virgin Australia (Australia), Jet Airways (India) dan Air Asia Group.
Saat ini GMF AeroAsia dapat melakukan perawatan pesawat meliputi 8 jenis pesawat antara lain Boeing 737 Classic, Boeing 737 New Generation, Boeing 747, Boeing 777, Airbus A320, Airbus A330, ATR dan Bombardier CRJ-1000.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Mariani Soemarno mengatakan instruksi Jokowi diikuti.
“BUMN dan anak perusahaan juga harus lebih efisien, agar mampu bersaing dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat,” kata Rini kepada Rappler usai diskusi seputar BUMN, pekan lalu. – Rappler.com
BACA JUGA: