GNPF MUI membantah melewati waktu unjuk rasa saat demo 4 November lalu
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan buatan AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteks, selalu merujuk ke artikel lengkap.
GNPF MUI mengaku masih melakukan negosiasi dengan Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla di dalam Istana hingga pukul 18.30 WIB.
JAKARTA, Indonesia – Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) membantah telah melanggar kesepakatan dengan Polri dengan tetap memprotes jilid Bela Islam usai aksi pukul 18.00 WIB pada Jumat, 4 November hingga protes. Mereka berdalih aksi itu terus berlanjut karena masih bernegosiasi dengan Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla di Istana Wakil Presiden.
“Aksi berlanjut hingga setelah pukul 18.00 WIB, namun saat itu kami masih berunding dengan Wapres, Menkopolhukam, dan Panglima TNI di Istana,” kata Ustadz Bachtiar Nasir saat memberikan keterangan pers, Sabtu, 5 November di telah memberi. Jakarta dan dikutip mengatakan media.
Bachtiar melanjutkan, selama berada di Istana Wapres, massa masih menunggu perkembangan perundingan. Juru runding GNPF MUI ini sebelumnya sudah dua kali mencoba menemui Presiden Joko Widodo tetapi gagal. Jokowi memilih melanjutkan kegiatannya meninjau pembangunan sarana transportasi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Pihak istana menawarkan untuk bertemu dengan para pembantu presiden sebagai utusan resmi Presiden Jokowi. Namun, GNPF MUI menolak tawaran tersebut. Usai berkunjung ke Istana untuk ketiga kalinya, negosiator GNPF MUI ditemui Wakil Presiden JK dan beberapa pejabat pemerintah.
“Pada pukul 18.30 WIB, negosiasi masih berlangsung,” kata Bachtiar.
Sementara itu, pengunjuk rasa di lapangan terdengar mengimbau massa untuk tidak keluar dari lokasi demonstrasi, sebelum pemerintah mengambil keputusan untuk menangkap Gubernur nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dalam kasus dugaan penistaan agama. Mereka juga mengaku siap jika harus tinggal lebih lama dan berdemonstrasi.
Tolak provokasi
Saat beberapa pengunjuk rasa mulai kembali ke rumah masing-masing, situasi di depan Istana justru memanas. Aksi yang semula berlangsung damai itu berakhir ricuh. Beberapa massa bertindak anarkis dengan melempari aparat kepolisian dengan batu dan membakar 3 unit kendaraan milik aparat keamanan.
Dalam jumpa pers yang digelar pada Sabtu, 5 November 2018, Kepala Bagian Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, memperlihatkan beberapa foto provokasi dan provokator yang menimbulkan kerusuhan. Dalam salah satu foto, seorang pemuda yang mengenakan atribut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terlihat memukul sebuah mobil dengan tongkat bambu.
Mengenai HMI yang menyebabkan kerusuhan, foto ini adalah bukti yang tak terbantahkan #AksiDamai411 #belaquran https://t.co/znqAPp0OpF pic.twitter.com/gaZ2j2Qx8E
— zulfanny (@zulfanny) 5 November 2016
Ketua Umum PB HMI, Mulyadi P. Tamsir membantah ada kadernya yang dituduh melakukan kerusuhan di depan Istana Negara. Bendera yang dibawa saat demo 4 November berwarna hijau tua dan tiang bendera terbuat dari bambu yang dibelah.
“Foto yang disebarkan, benderanya berwarna hijau muda. HMI (warna bendera) hijau tua dan kami membuat 500 bendera. Tiang benderanya juga bambu belah, kalau di foto waktu ditabuh itu bambu bulat,” kata Mulyadi. media di Sekretariat PB HMI di Jakarta, Sabtu, 5 November.
Ia juga membantah adanya bentrokan antara massa HMI dengan massa Front Pembela Islam (FPI). Mereka mengaku juga menyayangkan peristiwa kerusuhan saat demonstrasi di depan Istana Negara. Akibat kerusuhan itu, 18 anggota polisi terluka. Salah satunya luka parah setelah terkena lemparan batu. – Rappler.com