• April 9, 2025
Gruduk Jakarta, Perjuangan Bonek “menghidupkan kembali” Persebaya.

Gruduk Jakarta, Perjuangan Bonek “menghidupkan kembali” Persebaya.

JAKARTA, Indonesia – Kesetiaan Bonek, sebutan suporter Persebaya Surabaya, patut diacungi jempol. Sejak 2013, mereka menyaksikan pertandingan di stadion membela tim Persebaya yang “asli”.

Ya, Persebaya yang berdiri sejak tahun 1927 (dikenal dengan nama Persebaya 1927) sejak tahun itu tak mampu bersaing menyusul penyatuan liga antara Liga Utama Indonesia (IPL) dan Liga Super Indonesia (ISL). Penyatuan liga terjadi setelah Komite Penyelamat Sepak Bola Seluruh Indonesia (KPSI) yang dipimpin oleh La Nyalla Mattalitti bergabung dengan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).

Alhasil, Persebaya 1927 tidak bisa tampil di ISL karena dilarang ikut pertandingan playoff tim yang bisa lolos ke ISL.

PSSI sejatinya mengakui Persebaya sebagai satu-satunya yang berlaga di Divisi Utama. Persebaya yang tidak mendapat dukungan mayoritas Bonek kemudian berganti nama menjadi Surabaya United dan kini Bhayangkara Surabaya United.

Gara-gara itu, Bonek kala itu sedang galau, mereka bersumpah tidak akan menonton pertandingan tersebut sampai Persebaya yang sebenarnya bermain.

Dan benar adanya, Bonek menjauhi hiruk pikuk mendukung tim di stadion. Namun bukan berarti semangat mereka mati. Boneka ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Mereka terus berjuang dengan lemah. Mulai dari menolak menonton tim Persebaya ISL, hingga menempuh jalur hukum. Perjuangan Bonek harus melalui beberapa breakout.

Saat KLB digelar di Surabaya, pada 17 April 2015, puluhan ribu Bonek berdemonstrasi dan menolak KLB PSSI yang digelar di Surabaya karena menganggap organisasi ini sarang mafia dan pengurusnya gagal mengelola sepak bola. Perjuangan mereka berhasil. Pemerintah kian yakin akan membekukan PSSI setelah sederet masalah dilontarkan sebelumnya.

Tapi, perjuangan mereka belum berakhir. Sebab, PSSI tetap menawarkan tempat bagi Persebaya “palsu”.

Ketika PT Persebaya Indonesia memperoleh hak merek dan logo Persebaya dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bonek kembali menuntut PSSI dan klub yang mengaku bernama Persebaya dan berada di bawah PT MMIB untuk menggunakan nama tersebut.

Nama mereka akhirnya berganti menjadi Surabaya United, lalu Bhayangkara Surabaya United. Namun di balik itu, PT MMIB rupanya masih mengajukan banding atas keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut dan menggugat PT Persebaya Indonesia pemilik hak atas nama Persebaya Surabaya.

Bonek kembali bersorak saat Pengadilan Niaga Surabaya menolak gugatan PT MMIB pada Kamis, 30 Juni dan menetapkan nama, merek dagang, dan logo Persebaya Surabaya adalah hak PT Persebaya Indonesia. Tak puas, MMIB kini mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

Berjuang untuk bersaing

Apa pun hasil bandingnya, hal itu belum menjadi fokus. Saat ini mereka sedang memperjuangkan hak klubnya untuk bersaing.

Sejumlah aksi digelar di Surabaya. Belum puas, pergerakan dilanjutkan ke Jakarta, pada 2-3 Agustus. Sekaligus mengabadikan momen Kongres Luar Biasa (KLB) pada 3 Agustus di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.

Tua dan muda, baik laki-laki maupun perempuan mengorbankan waktu dan uangnya untuk mendukung perjuangan Persebaya bersaing. Semua lini bergerak, bahkan Tulang luar Jawa dan Indonesia juga menunjukkan perjuangannya.

“Kalau tidak bisa hadir secara fisik, mereka akan memberikan donasi untuk gerakan kami,” kata salah satu pentolan Bonek, Hasan Tiro, di Stadion Tugu, Jakarta.

Alhasil, dana masuk ke rekening bersama tersebut hingga Selasa (2/8) pagi berjumlah lebih dari Rp 24 juta. Ia yakin bantuan akan terus mengalir hingga hari H pertarungan Arek Bonek Persebaya yang asli.

Banyak uang yang masuk dari Malaysia, Swiss, Jerman dan beberapa negara lain karena mendengar perjuangan Bonek di media sosial.

Gerakan bertajuk #GrudukJakarta itu ternyata viral di media sosial. Solidaritas dan kerinduan mereka terhadap Persebaya yang berkompetisi mengalahkan kebutuhan mereka untuk bekerja bahkan bersekolah.

Beberapa Bonek justru melakukan estafet, berangkat dari daerah masing-masing dan beberapa kali berganti truk untuk sampai ke Jakarta.

“Saya ganti truk delapan kali dari Nganjuk, akhirnya sampai juga,” kata Soleh.

Ramadan Oktavianto, merupakan boneka terkecil yang terlihat di antara boneka lainnya. Dia baru berusia 12 tahun, dia ikut lari estafet, mengemudikan truk dan… menjemput.

Ia diarahkan setelah tersesat dan bertemu dengan pendukung PSIS Semarang, Panser. Setelah ditolong, akhirnya dia bisa sampai di Jakarta.

“Sekolah TIDAK apa pun TIDAK masuk, yang penting bisa gabung Bonek dan Persebaya,” ucapnya polos.

Bermodal Rp 50 ribu, ia meninggalkan Blitar, Jawa Timur, dan hanya berpamitan dengan neneknya. Sedangkan ayah dan ibunya bercerai.

“Saya masih punya sisa Rp 20 ribu,” ucapnya polos.

Pertarungan ini belum berakhir. Sesampainya di Jakarta, baru langkah awal Bonek bisa menyemangati tim kesayangannya agar berhak bertanding setelah dianiaya PSSI.

Mampukah Persebaya bersaing?

Salah satu tuntutan Bonek sejak awal perjuangannya adalah keinginan agar Persebaya asli mendapatkan hak berkompetisi. Perebutan hak merek dan logo Persebaya kembali terjadi.

Setidaknya Bonek dan Persebaya memenangi pertarungan terakhir hingga saat ini. Namun hak bertanding masih menunggu persetujuan di Kongres PSSI.

Saat dikonfirmasi, Presidium Bonek Andi Pecie mengatakan pihaknya yakin Persebaya tidak bisa bertanding paling lambat tahun 2017.

“Mau main dimana saja, kasta apa saja. Kami tidak punya masalah. Yang terpenting, hak Persebaya dikembalikan. Harapannya, Persebaya bisa bermain pada 2017, kata Andi.

Namun sebelum itu akan dilakukan aksi ke arena KLB agar PSSI setidaknya mengakui Persebaya, karena selama ini PSSI sepertinya sengaja menyingkirkan tim tersebut dari Kota Pahlawan.

“Persebaya saat ini menjadi anggota PSSI. Sebab, tidak ada satu pun surat yang menyatakan Persebaya tidak lagi menjadi anggota PSSI, tegasnya.

Menurutnya, Bonek juga siap menghadapi PSSI agar PT MMIB segera dirobohkan dan diusir dari Arena Kongres.

“Mereka malah mengakui PT MMIB dan itu konspirasi PSSI. Nanti kami akan meminta PT MMIB keluar dari kongres karena bukan anggota PSSI. Meski keputusan pengadilan menang, kami berhak menggunakan logo dan nama Persebaya. Bukan mereka,” katanya.

Melihat peta politik di PSSI saat ini, keberadaan klub Bhayangkara Surabaya United yang sahamnya sudah menjadi milik Polri membuat Persebaya tidak mungkin memaksakan diri untuk diakui PSSI.

Sebab, ada kesepakatan besar, untuk bisa menyatukan BSU dengan Persebaya, atau merger. Selama Joko Driyono masih bertahan, sepertinya Bonek harus bertahan lebih lama karena lebih memilih tim Persebaya abal-abal untuk bertanding, seperti yang terjadi pada unifikasi Liga IPL-ISL dan kompetisi ISL 2015.

Apalagi, Bonek saat ini punya dua tuntutan besar, selain minta berkompetisi, mereka juga meminta PT MMIB tidak ikut kongres.—Rappler.com

HK Malam Ini